48 Akhir Perjalanan Pangeran Ghalik
Tampak ke duanya telah
mengerahkan tenaga dan kepandaian mereka. Jika Swat Tocu mempergunakan ilmu
Inti Es nya, maka Ciu Pek Thong telah mempergunakan ilmu Kong-beng-kun dan
lain-lainnya. Ternyata mereka berimbang. Tidak ada seorangpun di antara mereka
yang kalah atau menang, tidak ada juga di antara mereka yang terdesak.
Akhirnya, setelah bertanding
seratus jurus, Ciu Pek Thong melompat mundur, dia telah berseru: “Sudah! Kita
beristirahat dulu! Nanti kita Lanjutkan lagi!”
Jago yang menjadi Tocu dari
pulau salju itu, ternyata merupakan jago yang gemar juga akan ilmu silat yang
aneh-aneh, dan sekarang ini melihat Ciu Pek Thong memang benar-benar memiliki
kepandaian yang luar biasa, dia telah tertarik bukan main. Maka dia telah
menyanggupinya untuk sebentar lagi, setelah beristirahat, segera melanjutkan
pertandingan mereka.
Begitulah telah beberapa kali
mereka bertanding dan beristirahat, namun sejauh itu masih juga belum dapat
ditentukan siapa yang lebih rendah atau siapa yang lebih tinggi kepandaiannya.
Dengan demikian mereka semakin bersemangat saja, untuk bertanding terus.
Selama berdiam di tempat itu
Ciu Pek Thong jadi gembira sekali, sepanjang hari dia hanya mengadu ilmu dengan
Swat Tocu. Ilmu-ilmu yang luar biasa dan aneh telah mereka pergunakan, namun
sejauh itu mereka tetap berimbang tanpa melihat tanda-tanda salah seorangpun
diantara mereka yang akan jadi pecundang......
Yo Ko sendiri akhirnya
tertarik menyaksikan permainan menarik dari Ciu Pek Thong dan Swat Tocu, dia
ikut mengambil bagian untuk ikut bertanding mengadu ilmu, guna melewati
waktu-waktu senggang.......
Selama itu pula pangeran
Ghalik telah merundingkan dengan orang-orangnya, tempat yang baik buat mereka
menyembunyikan diri menyingkir dari kejaran tentara kerajaan yaitu di salah
sebuah gunung di Selatan. Karena mereka bisa memilih tempat yang baik untuk
hidup menyepi menghindar dari gangguan Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya.
Yo Ko sendiri telah memberikan
usul, dia bersedia mengajak pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to. Semula memang
Yo Ko masih menyangsikan pangeran ini karena dia kuatir pangeran ini
bersandiwara dengan Tiat To Hoat-ong untuk memancing jago-jago Tiong-goan.
Namun sekarang dia telah melihat bahwa pangeran Ghalik benar-benar telah
difitnah dan mengalami bencana untuk keluarganya dan juga kedudukan maupun
pangkatnya telah hancur porak poranda. Karena dari itu, Yo Ko bermaksud
mengajak pangeran Ghalik ke pulau Tho-hoa-to, di sana dia kelak menganjurkan
pangeran itu menuntut penghidupan yang tenang, tidak mencampuri lagi keruwetan
dunia.......
Pangeran Ghalik girang bukan
main. Dia memang telah sering mendengar perihal pulau Tho-hoa-to, pulaunya Oey
Yok Su itu, maka sekarang orang ingin mengajaknya ke sana, dengan sendirinya
dia jadi menyetujuinya.
Begitulah rombongan. pangeran
Ghalik telah berangkat pada keesokan harinya, untuk menuju ke pulau Tho-hoa-to.
◄Y►
Oey Yok Su sejak mudanya
memang memiliki personal yang aneh dan ku-koay, dia benci sekali jika orang
berani lancang datang ke pulaunya, dan tentu akan menghukumnya dengan bengis.
Tetapi belakangan ini, sejak
jatuhnya dan runtuhnya kerajaan Song, di mana para jago-jago dan orang-orang
gagah Tiong-goan yang membantu mempertahankan Siang-yang, akhirnya gagal,
mereka ditampung di pulaunya. Dan sejak waktu itulah, banyak para jago luar
biasa yang gagal menyelamatkan Siang-yang itu datang ke Tho-hoa-to untuk
berunding dengan Oey Yok Su.
Namun Oey Yok Su selalu
mengatakan dia telah lanjut usia dan tidak ingin dipusingi oleh urusan duniawi,
apalagi soal politik yang merencanakan untuk mengadakan pergerakan membangun
kerajaan Song kembali. Dia hanya mengijinkan orang-orang itu berkumpul di
pulaunya untuk mengadakan perundingan guna mengadakan suatu pergerakan, namun
dia sendiri tidak mencampuri.
Itulah sebabnya Yo Ko telah
mengajak pangeran Ghalik ke Oey Yok Su, untuk merundingkan apakah pangeran
Ghalik dimanfaatkan untuk pergerakan mereka atau memang hanya akan menganjurkan
pangeran Mongolia itu, yang tengah apes nasibnya, agar hidup menyepi saja......
Oey Yok Su menyambut
kedatangan mereka dengan gembira, dan semua pelayannya yang gagu dan tuli itu,
telah melayani tamu-tamu ini dengan baik.
Yo Ko setelah menceritakan
segalanya, berkata kepada tuan rumah ini: “Oey Pehpeh jika pangeran Ghalik
berdiam untuk satu atau dua tahun di pulau Oey Pehpeh, apakah hal ini tidak
akan memberatkanmu?!”
Oey Yok Su tidak segera
menyahuti, dia mengawasi pangeran Ghalik.
Pangeran Ghalik sendiri di
dalam hatinya telah berpikir. “Memang tidak percuma Oey Yok Su memiliki nama
besar, dia memang seorang yang gagah sekali..... baru kali ini aku melihatnya.
Sikapnya demikian angker dan menurut cerita orang-orangku dulu, kepandsian Oey
Yok Su sudah sulit diukur.....!”
Setelah mengawasi pangeran
Ghalik beberapa saat, Oey Yok tertawa, dia bilang:
“Dengan berdiamnya Tayjin di
pulauku ini sesungguhnya tidak akan merugikan aku, karena Tong Shia tidak
pernah sayang pada berasnya untuk menyediakan santapan tiga kali seharinya
kepadamu dan orang-orangmu. Hanya yang membuat aku harus berpikir dua kali
ialah mengenai pulauku ini..... Apakah dengan berdiam satu atau dua tahun di
pulau ini Tayjin dapat mempelajari dengan seksama dan nanti datang kembali ke
mari dengan membawa sepuluh atau sekian laksa tentara untuk menangkap dan
merebut pulauku ini?!”
Muka pangeran Ghalik berobah
merah, tapi dia tidak mendongkol oleh perkataan tuan rumah, dia anggap wajar
tuan rumah, mencurigainya. Bukankah sebelumnya dialah panglima yang berkuasa
penuh atas seluruh angkatan perang Mongolia? Bukanlah dia pula yang telah
mengatur untuk siasat mengadu domba antara para jago-jago Tiong-goan?
“Oey Loocianpwe, sesungguhnya
memang pernah aku berpikir untuk mengadakan pergerakan melawan rajaku sendiri,
walaupun bukan maksudku sekali-kali hendak berkhianat, namun aku telah didesak
demikian rupa. Namun Yo Tayhiap telah mengingatkan kepadaku bahwa pergerakan
itu akan membawa penderitaan buat rakyat, yang akan jadi bersengsara
karenanya.....
“Itulah sebabnya sementara ini
aku hanya ingin berdiam diri hidup menyepi. Jika memang kemungkinan-kemungkinan
ke arah itu tidak mungkin, maka biarlah aku melewati hari tuaku di tempat yang
tenang saja tanpa perlu melihat dan mendengar lagi urusan negara!”
Oey Yok Su mengangguk,
“Itulah pikiran yang bijaksana
sekali. Nama dan pangkat, semuanya itu merupakan hal kosong..... Selama Tayjin
tidak bisa membuang dua hal itu, selama itu pula seumur hidup Tayjin tidak
mungkin bisa mencicipi hidup yang tenang dan tentram.....
“Tetapi jika memang sekarang
aku Tong Shia mengatakan, jika saja Tayjin mau membantu memberikan
keterangan-keterangan yang Tayjin ketahui mengenai urusan kerajaanmu itu kepada
para enghiong yang akan mengadakan pergerakan membangun kerajaan Song, itupun
sudah merupakan hal yang sangat baik sekali, dan merupakan pahala yang tidak
kecil.
Muka pangeran Ghalik berobah
dia menggeleng perlahan.
“Maafkanlah, hal itu tidak
bisa kulakukan,” katanya dengan nada suara mengandung penyesalan. “Walaupun
leherku digorok tidak mungkin aku mencelakai kerajaanku sendiri......!”
Oey Yok Su tertawa
bergelak-gelak.
“Tetapi kau telah diperlakukan
tidak baik oleh Kaisarmu, bahkan hampir saja kau dan keluargamu hancur di
tangan Kaisarmu. Jika saja tidak ada enghiong-enghiong di daratan Tiong-goan
ini mengulurkan tangan membantumu, tayjin, apakah dengan adanya peristiwa ini
engkau tidak bersakit hati karenanya?
“Bukankah Tayjin juga telah
mengatakan batwa engkau sendiri sesungguhnya hendak mengadakan sebuah
pergerakan untuk menentang rajamu itu..... Apa bedanya jika sekarang engkau
membantu pergerakan dari para eng-hiong dengan keterangan-keterangan
berhargamu?!”
Pangeran Ghalik kembali
menghela napas dalam, dia bilang: “Untuk urusan ini, biar apapun yang terjadi,
aku tidak akan mengkhianati bangsaku! Karena, di dalam hati ini yang bersalah
adalah Tiat To Hoat-ong yang telah memfitnah diriku, sehingga aku mengalami
peristiwa yang tidak menyenangkan ini, karena dari aku akan berurusan langsung
dengan Tiat To Hoat-ong. Jika maksudku mengadakan pergerakan, itupun bukan hendak
menumbangkan kekuasaan Kaisar Kublai Khan, aku hanya ingin menumpas Tiat To
Hoat-ong......!”
Oey Yok Su tersenyum.
“Sekarang memang terlalu
tergesa-gesa jika Tayjin mengatakan ya atau tidak mengenai usulku si tua she
Oey ini, tetapi silahkan Tayjin pikirkan dulu beberapa hari lagi! Perlu Tayjin
ingat, biarpun sekarang kami bersedia untuk bersahabat dengan Tayjin, belum
tentu para enghiong-enghiong lainnya bersedia menerima kehadiran Tayjin di
antara mereka. Terlebih lagi buat mereka itu yang pernah sanak keluarganya,
saudaranya atau juga sahabat mereka, yang semuanya ditumpas oleh Tayjin di
waktu-waktu yang lalu. Tidak mudah begitu saja Tayjin akan dapat hadir di
antara mereka!”
“Hal itu memang telah
kupikirkan maka sekarang jika Oey Locianpwee bersedia menerima dan mengijinkan
aku berdiam beberapa saat di pulau ini, tentu budi yang besar itu tidak akan
kulupakan seumur hidupku......”
Oey Yok Su tertawa lebar, dia
bilang: “Janganlah kita bicarakan soal budi dan kebaikan, karena manusia hidup
di dunia ini belum tentu selamanya, baik dan belum tentu selamanya jahat.....
Siapa tahu? Hati manusia, siapa yang dapat menerkanya terlebih dulu?”
Mendengar perkataan Oey Yok Su
yang merupakan sindiran buat dia, muka pangeran Ghalik jadi merah. Dia tahu,
Oey Yok Su ingin artikan, boleh jadi dikemudian hari pangeran Ghalik malah akan
memusuhi jago-jago Tiong-goan. Malah setelah mengetahui keadaan di pulau
Tho-hoa-to kemungkinan bisa saja terjadi kelak dia akan datang ke pulau itu
bukan hanya seorang diri, namun membawa serta pasukannya.....!
Tetapi pangeran Ghalik tidak
mengatakan suatu apapun juga, dia tersenyum saja untuk kecurigaan tuan rumah
ini.
Waktu malamnya, Yo Him telah
menceritakan urusan yang menyangkut dengan diri Wang Put Liong, yang di dirinya
terdapat sebuah peta harta karun, yang tersimpan di dalam lapisan kulit
dadanya. Kini Wang Put Liong juga tengah berada di markas Kay-parg, karena
telah ikut bersama-sama dengan Liu Ong Kiang. Harta karun itu, jika
dipergunakan untuk biaya pergerakan para enghiong yang ingin menegakkan kembali
dan membangun kerajaan Song tentu besar sekali artinya....!” Yo Him telah
mengakhiri keterangannya.
Semua orang jadi mengangguk
girang, dan mereka telah merencanakan bagaimana nanti menjemput Wang Put Liong,
untuk menerima peta harta karun itu dan yang kemudian diserahkan kepada para
enghiong yang tengah berjuang dalam pergerakan membangun kerajaan Song kembali.
Yeh-lu Chi sendiri menyatakan
juga kepada Oey Yok Su, sebetulnya pangeran Ghalik merupakan musuh besar
Kay-pang. Seperti diketahui Yeh-lu sendiri telah memerintahkan beberapa orang
Tianglo, termasuk Wie Liang Tocu dan Tianglo lainnya, untuk pergi mencari
pangeran Ghalik, membalas sakit hati mereka, karena Kay-pang memiliki urusan
yang cukup luar biasa dengan pangeran itu. Yeh-lu Chi menceritakan segalanya
kepada kakek mertua tersebut dengan memberikan juga keterangan-keterangan
mengenai urusan Kay-pang dengan pangeran Ghalik.
Ternyata akhir-akhir ini pihak
Kay-pang telah berhasil menyelidiki, bahwa Louw Pangcu, Louw Yoe Kiak, yang
telah terbinasa dengan tongkat kuasa tertinggi Kay-pang lenyap di tangannya,
rupanya dicelakai oleh pangeran Ghalik. Memang semula jago-jago Kay-pang
menduga yang mencelakai bekas pangcu mereka itu adalah, jago-jago Mongolia.
Namun setelah diselidiki dengan seksama, setelah lewat puluhan tahun, barulah
terungkap bahwa sumber kecelakaan yang dialami oleh Louw Yoe Kiak disebabkan
pangeran Ghalik, yang telah mengatur jagonya pada waktu itu mengepung Louw Yoe
Kiak.
Itulah sebabnya Yeh-lu Chi telah
perintahkan para Tianglo Kay-pang untuk mengadakan pembalasan sakit hati kepada
pangeran Ghalik. Dan Yo Him baru mengerti, mengapa Wie Liang Tocu telah datang
menyatroni istananya pangeran Ghalik pada malam itu.
Banyak yang dibicarakan pada
orang-orang gagah itu, merundingkan bermacam-macam urusan yang telah mereka
alami dan akan kerjakan di hari mendatang nanti.
Oey Yok Su juga terkejut
mendengar cerita perihal Hosing Polong yang tangguh dengan ilmu sihirnya, yang
telah berhasil menguasai Yo Ko dan yang lain-lainnya dengan mempergunakan ilmu
sihirnya itu.
“Dialah seorang pendeta India,
yang memang namanya belakanngan ini banyak disebut-sebut!” kata Oey Yok Su.
“Waktu aku dua tahun yang lalu berkelana keluar dari pulau ini, untuk
mengumpulkan beberapa macam obat-obatan yang hendak kuramu, aku telah banyak
mendengar cerita perihal diri pendeta India yang pandai ilmu sihirnya memang
benar-benar hebat, sampai kau Ko-jie dan yang lainnya terkena
pengaruhnya......!”
Dan setelah berkata begitu,
Oey Yok Su menghela napas. Diapun sekarang baru mengakui, bahwa di atas yang
tinggi ada yang lebih tinggi, di atas yang pandai ada yang lebih pandai.
Walaupun ilmu silatnya tidak tinggi, namun ilmu sihirnya Hosing Polong itu
memang luar biasa sekali. Bukankah jika tidak ada Yo Him semuanya akan celaka?
Begitulah mereka
bercakap-cakap dan berkumpul sampai jauh malam, barulah mereka masuk tidur.
Cuma Oey Yok Su bersama Swat Tocu yang masih bercakap-cakap Mereka merupakan
tokoh tua yang memiliki kepandaian telah sempurna sekali. Dengan demikian,
jelas di antara mereka terdapat kecocokan satu dengan lainnya untuk
membicarakan dan merundingkan ilmu silat.
Sedangkan Ciu Pek Thong lebih
senang bermain dengan Ko Tie, anak itu dilarangnya untuk pergi tidur, harus
menemaninya bermain, disamping menemani gurunya! Sebetulnya, Ko Tie sudah
mengantuk, tetapi dasar Swat Tocu juga seorang yang ku-koay, bukannya dia
perintahkan muridnya tidur, tokh dia malah menganjurkan muridnya itu bermain
dengan Ciu Pek Thong di tengah malam buta rata itu......
Dan Yo Him bersama Sasana juga
asyik tengah memadu janji......
Keesokan harinya, Yo Ko telah
membicarakan urusan puteranya dengan Oey Yok Su. Dan meminta pendapat Oey Yok
Su.
Oey Yok Su tidak keberatan
jika memang Yo Him mencintai Sasana, tetapi pangeran Ghalik harus meninggalkan
kerajaan Boan sebagai negaranya. Selama pangeran Ghalik masih bersetia kepada
Kaisarnya, niscaya perkawinan Yo Him dengan Sasana akan membawa bencana tidak
ringan untuk pemuda itu sendiri.
Walaupun Oey Yok Su yang memang
agak ku-koay dan juga selalu melakukan apapun tidak memperdulikan peradatan
yang ada, dia bersedia untuk menikahkan Yo Him dengan Sasana di pulaunya ini.
Namun Yo Ko telah menyatakan
dia ingin merundingkan dulu hal itu dengan Siauw Liong Lie, isterinya yang
waktu itu tengah berada di Giok-lie-hong, di puncak Bidadari, tempat mereka
berdiam.
“Nanti jika kami telah
membicarakan dan Liong-ji setuju, waktu itu barulah kita mengambil keputusan,
untuk menilai keadaan pangeran Ghalik itu yang sesungguhnya dapat diterima
dalam kalangan kita atau tidak..... Janganlah perkawinan antara Yo Him dengan puteri
pangeran itu akan membawa bencana besar untuk anakku itu!”
Oey Yok Su mengangguk
mengiyakan. Diapun menasehati Yo Ko agar lebih hati-hati terhadap pangeran
Ghalik, karena tampaknya pangeran itu licik, diingatkan oleh Oey Yok Su.
Bukankah dulu merekapun telah dipermainkan oleh pangeran Ghalik yang mengatur
tipu muslihatnya yang keji, yang mengadu dombakan antara jago-jago Tiong-goan
satu dengan yang lainnya.
Yo Ko juga menyatakan terima
kasih atas nasehat yang diberikan Oey Yok Su. Mendekati fajar, barulah mereka
berpisah untuk tidur.
◄Y►
Pangeran Ghalik di dalam
kamarnya sepanjang malam itu sesungguhnya tidak tidur. Dia termenung memikirkan
bencana yang telah menimpah dirinya. Yang mendukakan hatinya adalah tindakan
Kaisar yang telah tidak mempercayainya dan menerima begitu saja fitnah Tiat To
Hoat-ong, sehingga dirinya ini dicap sebagai pemberontak dan penghianat.
Sejak muda, dia telah berjuang
sepenuh tenaga untuk membantu Kublai Khan menaklukkan dan merebut daratan
Tiong-goan menghancurkan kerajaan Song. Dan jasa yang telah dibangun oleh
pangeran Ghalik memang tidak sedikit, bahkan dia telah menerima kepercayaan
Kaisar Kublai Khan untuk memegang kekuasaan tertinggi atas semua angkatan
perang Mongolia. Tetapi sekarang, cuma hanya disebabkan pengaruh Tiat To
Hoat-ong yang memfitnahnya, Kaisar telah mengambil tindakan seperti itu yang
benar-benar menyakitkan hatinya.
Sekarang, diapun tengah berada
di Tho-hoa-to, di mana berkumpul jago-jago daratan Tiong-goan, yang dulu
merupakan lawannya. Bahkan di antara para jago-jago itu ada yang telah
menolonginya dan menyelamatkan dia dan puterinya dari tangan Tiat To Hoat-ong.
Untuk mengadakan suatu
pergerakan. Jelas itupun, memakan waktu yang sangat lama sekali disamping itu
pula, diapun memerlukan dukungan dari para jago-jago daratan Tiong-goan.
Sekarang dia berada di antara para jago-jago Tiong-goan, yang sebagian dari
mereka itu telah bersakit hati karena perbuatannya dulu yang membasmi dan
menumpas jago-jago daratan Tiong-goan lainnya, maka jika sekarang dia diterima
untuk berada di antara mereka, itupun merupakan hal yang tidak sepenuhnya, di
mana dirinya masih dicurigai.
Memang pangeran Ghalik
merupakan seorang panglima yang setia kepada raja dan negaranya. Tidak mungkin
dia memberikan keterangan-keterangan perihal kelemahan dari kerajaan Boan, agar
pergerakan dari para jago-jago daratan Tiong-goan yang hendak membangun kembali
kerajaan Song itu berhasil.
Pangeran Ghalik menyadarinya,
dalam beberapa hari mendatang tentu Oey Yok Su akan mendesak dia untuk
memberikan keterangan serta gambaran-gambaran mengenai kelemahan kerajaan Boan.
Dan inilah yang tidak diinginkannya.
Keruntuhannya sebagai seorang
panglima yang semula memiliki kekuasaan yang tertinggi dan menguasai semua
angkatan perang Boan, sekarang malah menjadi buronan dan dikejar-kejar oleh
pasukan Kaisarnya, mendatangkan kedukaan yang sangat bagi diri pangeran Ghalik.
Kedukaan itu semakin memuncak
jika dia teringat akan permintaaa Oey Yok Su, agar dia memberikan data-data dan
keterangan-keterangan mengenai kekuatan kerajaan Boan. Jika saja dia bersedia
memberikan, bukankah sama saja dia menghianat dan meruntuhkan Kaisarnya
sendiri?
Bukankah semula dia sebagai
panglima yang berkuasa penuh atas semua angkatan perang Mongolia? Dan dengan
demikian sekali saja dia membuka mulut memberikan keterangan
kelemahan-kelemahan dari pasukan kerajaan Boan, maka pergerakan dari para
orang-orang gagah yang ingin membangun kerajaan Song itu akan berhasil.
Namun jika sampai hal itu
terjadi bukankah fitnah Tiat To Hoat-ong telah terbukti bahwa ia memang telah
mengkhianati bangsa dan negaranya? Bukankah Kaisar pun akan melihat bahwa dia
benar-benar seorang pengkhianat dan dosanya tidak berampun lagi? Di mata
Kaisar, dia akan menjadi duri yang perlu dibasmi.
Karena kedukaan yang kian
memuncak, akhirnya pangeran Ghalik mengambil keputusan nekad.
Dia berdiri sambil menghampiri
meja tulis yang berada di kamarnya itu, dia menulis sepucuk surat yang panjang
lebar. Setelah selesai, dia membuka ikat pinggangnya dan kemudian melibatkan di
langkan. Akhirnya dia memasukkan kepalanya dilibatan tali itu. Tidak lama
kemudian tubuhnya telah bergelantung tidak bernapas lagi.
Keesokan paginya jago-jago
yang tengah berkumpul di Tho-hoa-to jadi panik dan kaget, mengetahui kematian
yang dialami pangeran Ghalik. Sasana yang pertama-tama menemui ayahnya mati
tergantung seperti itu. Dia menangis sampai matanya bengul dan merah.
Yo Him berusaha membujuknya
namun gadis itu tetap dengan kedukaannya.
Hek Pek Siang-sat pun telah
membaca surat peninggalan pangeran Ghalik itu, yang bunyinya antara lain:
“Puteriku Sasana dan
sahabat-sahabat lainnya.
Kukira memang telah tiba
waktunya aku memutuskan menentukan langkah-langkah apa yang paling bijaksana
untuk diriku. Dengan demikian, jelas tidak akan mempersulitkan diri kalian.
“Apa yang telah kulakukan di
masa lalu adalah untuk kejayaan dan ke-cemerlangan negaraku, namun tidak
kusangka, di saat Mongolia telah berhasil menancapkan kekuasaannya di daratan
Tiong-goan, telah berhasil meruntuhkan kerajaan Song dan membangun kerajaan
Boan-ciu, di mana kukira perjuanganku tidak sedikit di dalamnya, akhirnya harus
pula aku mengalami perlakuan yang menyedihkan sekali dari Kaisar.