Beruang Salju Bab 55 Ancaman Kaki Tangan Sun Kauw-cu

Beruang Salju Bab 55 Ancaman Kaki Tangan Sun Kauw-cu
55 Ancaman Kaki Tangan Sun Kauw-cu

“Kau tidak perlu rewel menanyakan apa sebabnya, yang pasti kau harus mampus.....!” berseru orang tua itu, dan membarengi dengan habisnya seruannya tersebut, tahu-tahu tubuhnya telah mencelat dengan gesit sekali, sepasang tangannya telah digerakkan, dia menyerang lagi.

Sekali ini orang tua tersebut menyerang dengan hebat, tenaga serangannya juga sangat kuat. Rupanya tadi telah dirasakannya betapa Yo Him bukanlah lawan yang mudah diserang, karenanya sekarang dia menyerang bertubi-tubi dengan pukulan yang jauh lebih hebat.

Yo Him melihat dirinya diserang terus menerus, jadi mengerutkan alisnya. Karena dia melihat orang tua yang selalu menyerangnya ini bukanlah seorang baik-baik yang dapat bicara.

Melihat menyambarnya tangan orang tua tersebut, Yo Him berkelit dengan cepat, berbareng tangan kanannya mengibas. Kali ini Yo Him tidak berlaku sungkan-sungkan lagi, karena waktu dia mengibas, dari tangannya itu telah meluncur kekuatan tenaga dalam yang cukup kuat, menderu-deru menyambar kepada orang tua itu.

Seketika tubuh orang tua tersebut terhuyung mundur dengan muka yang pucat, karena dia seperti juga diterjang oleh sesuatu pukulan yang sangat dahsyat dan hebat sekali. Seketika itu pula, setelah dia mundur beberapa langkah ke belakang, dengan muka yang pucat, dia memuntahkan darah segar beberapa kali!

Yo Him tertawa dingin, katanya: “Kau tampaknya bukan seorang manusia baik-baik! Aku tidak kenal denganmu, juga tidak memiliki kesalahan apapun juga, namun kau berulang kali berusaha menyerangku! Karenanya, sekarang aku akan memberikan hajaran yang setimpal dengan perbuatanmu itu, agar kau mau membuka mulut dan memberikan penjelasan yang sesungguhnya!”

Sambil berkata begitu Yo Him telah melangkah mendekati orang tua tersebut. Dia memang bermaksud untuk membekuk orang tua itu, untuk memaksanya agar dia mau membuka mulut guna memberikan keterangan padanya, apa sebenarnya yang diinginkan oleh orang tua itu.

Tetapi melihat Yo Him melangkah maju menghampirinya. orang tua tersebut cepat-cepat merogoh saku bajunya, dan mengeluarkan sesuatu. Kemudian tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia menggerakkan tangannya, melontarkan benda yang berada di tangannya.

Benda itu adalah semacam benda bulat seperti telor menyambar ke arah Yo Him. Melihat itu Yo Him telah menyampok dengan tangannya, dan tidak diduganya, tahu-tahu benda bulat yang semula diduganya adalah senjata rahasia, telah meledak dengan suara ledakan yang sangat keras sekali. Asap pun segera tersebar di sekitar tempat tersebut memedihkan mata.

Yo Him kaget juga, karena dia kuatir asap itu adalah asap beracun. Cepat sekali dia melompat ke belakang untuk menghindarkan diri dari asap tersebut.

Mempergunakan kesempatan tersebut, orang tua itu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat gesit sekali, karena dia bermaksud melarikan diri.

Sasana yang menyaksikan peristiwa itu, semula memang kaget, dia mengeluarkan seruan marah. Dan waktu melihat orang tua itu ingin melarikan diri, Sasana telah mengejarnya. Tubuh si gadis bergerak dengan lincah dan ringan sekali, di tangannya juga telah mencekal pedangnya, mata pedang ditujukan ke punggung orang tua itu.

Merasakan menyambarnya angin serangan di belakangnya, cepat-cepat orang tua itu telah mencelat ke samping, dia menghindarkan diri.

Akan tetapi Sasana tidak mau melepaskannya, dia telah menyerang lagi dengan pedangnya. Pedangnya berkelebat beberapa kali, dia telah menikam ke berbagai tempat yang bisa mematikan di tubuh orang tua itu.

Rupanya orang tua tersebut menyadari bahwa dia sulit melarikan dan meloloskan diri dari lawannya. Hanya saja yang melegakan hatinya, dilihatnya kepandaian Sasana tidak setinggi kepandaian Yo Him, karenanya dengan hati yang lebih tabah, dia menghadapi tikaman-tikaman pedang Sasana. Malah tangan kanannya cepat sekali mencabut senjatanya yaitu sebatang golok yang berukuran besar, dia menangkis dan balas membacok.

Gerakan golok orangtua itu memang merupakan bacokan yang berbahaya, karena jika lawannya tidak dapat bergerak gesit dan terkena bacokan tersebut, niscaya dia akan terbinasa di mata golok itu. Karenanya, Sasana tidak berani berayal, menyadari akan kepandaian orang itu memang cukup tinggi, maka dia memutar pedangnya menangkis beberapa kali, lalu berbareng pedang Sasana berkelebat-kelebat balas menyerang.

Begitulah mereka berdua telah terlibat dalam pertandingan yang menyebabkan sinar dan senjata masing-masing berkilauan tertimpah oleh cahaya lampu penerangan.

Yo Him sendiri telah berhasil menghindarkan diri dari gumpalan asap dari senjata rahasia aneh orang tua itu, sedangkan gumpalan asap itu telah menipis terhembus oleh siliran angin. Dengan tenang Yo Him menyaksikan pertandingan antara Sasana dengan orang tua itu.

Sebenarnya terkandung maksud di hati Yo Him untuk menerjang maju guna membekuk orang tua itu. Akan tetapi menyaksikan Sasana telah bertanding dengan orang tua tersebut, justru Yo Him jadi berpikir lagi. Ia ingin melihat ilmu pedang si gadis yang menjadi kekasihnya itu, apakah telah memperoleh kemajuan. Karena itu Yo Him telah berdiam diri saja, dan hanya menyaksikan jalannya pertempuran itu dari samping.

Orang yang berkumpul di tempat juga semakin banyak, karena mereka ingin menyaksikan keramaian yang menarik hati itu, terlebih lagi yang tengah bertempur adalah seorang gadis yang cantik manis.

Suara mereka yang berseru-seru memuji akan kelincahan Sasana, dengan pedangnya seperti mendesak hebat pada lawannya, menambah semangat Sasana. Karena semangatnya terbangun seperti itu Sasana semakin gencar dan hebat.

Orang tua itu sebelumnya memang telah mengetahui bahwa kepandaian Sasana dan Yo Him sangat tinggi. Waktu sebelum menempur ke dua orang itu, ia sama sekali tidak mempercayai keterangan yang diperolehnya, karena merasa yakin bahwa kepandaiannya sangat tinggi. Sebab itulah, walaupun dia telah mendengar perihal ke dua muda-mudi yang memiliki kepandaian tinggi, namun kenyataannya sama sekali dia tidak memandang mata.

Akibat kecerobohannya itu dan tidak memandang mata kepada Yo Him, orang tua tersebut berulang kali telah kena dihajar oleh Yo Him. Hal ini menyadarkannya akan kehebatan pemuda tersebut. Dan sekarang menghadapi Sasana ia berlaku jauh lebih hati-hati lagi. Dengan begitu, Sasana tidak semudah Yo Him untuk merubuhkan orang tua itu, apa lagi kepandaian Sasana memang berada di bawah kepandaian Yo Him.

Orang tua itu menggerakkan goloknya berulang kali dan setiap kali goloknya menyambar, ia menggerakkan untuk menyerang ke bagian yang mematikan di diri Sasana. Maksudnya agar si gadis tidak mendesaknya lebih jauh dan melonggarkan desakannya.

Akan tetapi, Sasana ternyata memang tetap mendesaknya dengan hebat, setiap serangan yang dilancarkannya itu merupakan serangan yang sulit untuk dihadapi. Apa lagi memang Sasana bertekad, walaupun bagaimana ia tidak boleh dirubuhkan lawannya itu di hadapan kekasihnya, yang tentu akan menyebabkan ia menderita malu.

Menghadapi kepandaian si gadis, orang tua itu berulang kali terancam bahaya tidak kecil. Ujung pedang Sasana hampir mengenai bagian-bagian tubuhnya. Hanya saja, disebabkan ia memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi juga, masih dapat menghindarkan dan menyelamatkan dirinya dengan baik, walaupun untuk selanjutnya dia terdesak lebih hebat.

Di antara menderu-deru angin sambaran golok dan pedang, ke dua orang yang tengah bertempur itu bergerak sangat gesit sekali. Dengan demikian telah membuat Sasana harus dapat memperhatikan baik-baik agar dirinya tidak terserang bokongan orang tua itu, yang tadi telah mempergunakan senjata asapnya.

Beberapa kali Sasana memang melihatnya orang tua itu telah menggerakkan tangannya ke sakunya, tangan kiri itu seperti ingin mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Hanya saja disebabkan Sasana menyerangnya dengan deras, sehingga orang tua itu tidak memiliki kesempatan untuk merogoh sakunya.

Akibat desakan Sasana itu, orang tua tersebut jadi mendongkol dan penasaran. Pernah sstu kali goloknya itu melayang ke kiri dan ke kanan menyambar deras sekali, memaksa Sasana untuk mengelakkan diri dengan melompat mundur. Mempergunakan kesempatan tersebut, orang tua itu telah menggerakkan tangan kirinya untuk merogoh sakunya, karena dia bermaksud untuk mengambil sesuatu dari dalam sakunya.

Akan tetapi Sasana cepat sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melayang seperti juga seekor burung rajawali, pedangnya telah meluncur menikam ke arah dada orang tua itu.

Adanya serangan seperti itu membuat orang tua tersebut batal kembali merogoh sakunya dan menggerakkan goloknya menangkis pedang Sasana. Lalu dia menyingkir ke belakang beberapa langkah mencegah Sasana melanjutkan serangannya.

Yo Him yang menyaksikan sejak tadi dari pinggir tidak sabar lagi. Dia telah melompat ke tengah gelanggang dan mengulurkan tangan kanannya.

Maksudnya ingin merampas golok orang tua itu, akan tetapi Yo Him gagal dengan keinginannya itu, karena begitu tangannya meluncur golok orang tua itu dimiringkan ke samping kanan, kaki kanan orang tua itu berusaha menendang selangkangan Yo Him.

Sambil memperdengarkan suara tertawa dingin, Yo Him telah menotok kaki orang tua itu. Memang apa yang dilakukan oleh Yo Him merupakan gerakan yang tidak terduga, begitu orang tua tersebut menyadari bahaya yang mengancamnya dan ingin menarik pulang kakinya sudah terlambat, sebab tepat sekali jalan darah Pai-tu-hiat nya telah kena ditotok jari tangan Yo Him, sehingga seketika orang tua tersebut terhuyung-huyung tidak bisa berdiri tetap lagi.

Dengan demikian Yo Him dapat mempergunakan kesempatan tersebut untuk menyusuli dengan hantamannya. Telapak tangan kirinya telah menyampok ke arah dada lawannya. Orang tua itu mengeluarkan suara keluhan kaget karena dia tengah terhuyung dan tidak bisa berdiri tetap.

Sekarang dia diserang begitu kuat oleh Yo Him, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melolosi diri dari gempuran tersebut. Tidak ampun lagi, dadanya menjadi tatakan dari telapak tangan Yo Him. Dengan mengeluarkan suara bentrokan yang keras, tubuh orang tua itu terpental dan bergulingan di tanah beberapa kali......

Yo Him tidak menyerang lebih jauh, dia hanya berdiri di tempatnya mengawasi orang tua itu. Sasana sendiri telah menyimpan pedangnya.

Orang tua itu tidak bisa segera bangun karena rupanya dia terluka di dalam yang cukup berat, mukanya pucat, dan tidak hentinya memuntahkan darah. Tubuh orang tua itu juga menggigil tampaknya dia tengah menahan sakit yang tidak ringan. Mulutnya mengeluarkan suara rintihan perlahan.

Yo Him menghampiri orang tua itu, katanya dengan sikap yang tenang dan sabar: “Paman, kau telah mendesak kami untuk turun tangan keras padamu.... Sebenarnya apa maksudmu mendesak dan menyerang kami sedangkan kita tidak saling kenal satu dengan yang lainnya dan juga kita tidak memiliki urusan apapun juga.....?”

Orang tua itu berusaha untuk merangkak bangun. Waktu itu matanya memandang penuh kebencian pada Yo Him sampai akhirnya dia berkata, “Baik! Kalian memperoleh kemenangan dengan cara mengeroyok seperti tadi. Hemm, di lain waktu aku akan mencari kalian untuk meminta penghajaran pula dari kalian!”

Rupanya orang tua yang angkuh itu tidak mau menerima kenyataan yang ada, bahwa sebenarnya kepandaiannya masih berada jauh di bawah kepandaian Yo Him. Sedangkan dibandingkan dengan Sasana saja belum tentu dia dapat menghadapi dengan baik gadis itu, yang kepandaiannya tidak lebih rendah dari kepandaiannya sendiri. Dan rupanya dia berkata begitu hanya sekedar menutupi malunya yang telah dirubuhkan oleh Yo Him.

Yo Him tercengang sejenak, dia kemudian tertawa tawar, katanya: “Paman, kami tidak bermusuhan denganmu..... Jika memang kami menghendakinya, dengan mudah kami dapat merubuhkanmu siang-siang tadi, malah dapat pula menghabisi sekalian jiwamu......

“Hanya saja disebabkan kami memang tidak menaruh dendam atau sakit hati padamu, disebabkan itu pula kami tidak menurunkan tangan keras padamu. Namun tampaknya engkau sama sekali tidak mau menerima kenyataan seperti itu..... Bahkan sekarang menaruh dendam pada kami, dan bermaksud kelak hendak mencari kami guna membalas sakit hatimu ini yang disebabkan kekalahanmu ditangan kami! Nah, sekarang katakanlah paman, apa alasanmu dengan perbuatanmu tadi, yang tidak hujan tidak angin telah menyerang kami secara membuta seperti itu.....?!”

Orang tua itu telah berdiri dengan susah payah, tubuhnya sering bergoyang-goyang, tampaknya seperti akan rubuh, namun dia memaksakan diri untuk bertahan. Sampai akhirnya dia menyahuti dengan suara yang kasar dan mata mendelik memancarkan kebencian yang sangat kepada Yo Him dan Sasana.

“Baiklah! Kalian dengarlah baik-baik, aku akan memberitahukan apa sebabnya kalian harus mampus ditanganku! Aku telah diutus oleh Sun Kauw-cu dari Lang-kauw..... Dan aku telah menerima tugas agar menghabisi jiwa kalian berdua.....! Walaupun bagaimana, kalian memang harus mampus dan tidak bisa melewati hari ini sampai besok menjelang terbitnya matahari pagi......!”

Waktu berkata-kata begitu tampak orang tua itu memancarkan kebencian yang bukan main pada Yo Him dan Sasana, matanya juga memancarkan sinar yang bengis sekali.

Yo Him dan Sasana tercengang juga mendengar orang tersebut utusan Sun Cie Siang Kauw-cu dari Lang-kauw itu. Sedangkan Kauw-cu itu sendiri telah hampir dirubuhkan oleh Yo Him, sekarang ini justru hanya mengutus orang seperti orang tua di hadapan mereka ini untuk membinasakannya.

Dengan sendirinya membuat Yo Him dan Sasana tidak mempercayainya. Bukankah Sun Kauw-cu dari Lang-kauw mengetahui bahwa Yo Him memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, sedangkan dia tidak berdaya untuk merubuhkan Yo Him, terlebih lagi utusannya yang hanya memiliki kepandaian tidak berapa tinggi itu......

“Lalu, apakah dengan hanya mengandalkan kepandaian seperti yang kau miliki itu, kau yakin akan dapat membinasakan kami?!” tanya Yo Him yang mulai mendongkol.

Orang itu tersenyum mengejek, hanya sejenak saja, karena dia kemudian meringis seperti menahan sakit, tangan kanannya juga telah memegang dadanya.

“Ya, kalian tidak akan melewati malam ini, tidak sempat buat kalian menyaksikan matahari pagi terbit dikeesokan pagi.....!” menyahuti orang tua itu. “Dan walaupun bagaimana kalian berdua memang harus mampus di tanganku.....!”

Yo Him tersenyum sabar, walaupun hatinya mendongkol, namun pemuda ini yakin bahwa orang tua itu hanya bicara besar untuk menutupi perasaan malunya belaka.

“Baiklah! Kami akan menantikan saja apa yang ingin kau lakukan pada kami!” kata Yo Him akhirnya.

Bola mata orang tua itu telah mencilak-cilak memain tidak hentinya, katanya: “Aku orang she Bin tidak pernah bicara kosong. Dan bisa kalian buktikan malam ini, di mana kalian tidak bisa melihat lagi terbitnya matahari pagi besok karena malam ini juga kalian berdua akan menemui kematian ditanganku!”

Setelah berkata begitu, orang tua she Bin itu telah mendengus beberapa kali, namun mata Yo Him dan Sasana yang awas melihat bahwa tangan kiri orang tua tersebut telah merogoh sakunya, seperti akan mengambil sesuatu apa dari dalam saku bajunya.

“Akh, dia mau main gila?!” pikir Yo Him. Sambil berpikir begitu, cepat luar biasa tampak Yo Him telah mencelat akan menyambar tangan orang tua she Bin itu.

Akan tetapi terlambat. Rupanya orang she Bin tersebut juga menyadarinya bahwa Yo Him jelas tidak mungkin membiarkan dia merogoh saku bajunya. Begitu melihat Yo Him menerjang kepadanya, dia telah berhasil mengeluarkan tangannya dari dalam sakunya, kemudian melontarkan empat benda bulat.

Yo Him hendak menyanggapi benda-benda itu, agar tidak terbanting. Akan tetapi gerakan orang tua itu yang cepat, dan cara membantingnya yang langsung dibantingkan dekat kakinya, telah menyebabkan ke empat benda itu meletus keras sekali. Dan seketika di sekitar tempat itu dipenuhi oleh gumpalan asap yang tebal sekali.....

Yo Him merasakan matanya pedih bukan main, dia menjejak ke dua kakinya, tubuhnya melompat ke belakang. Demikian juga halnya dengan Sasana, yang menjauhi diri dari tempat tersebut dan menghindar dari gumpalan asap itu.

Orang-orang yang menyaksikan di sekitar tempat tersebut terkejut waktu mendengar letusan dan melihat gumpalan asap yang memenuhi sekitar tempat tersebut. Mereka segera lari berebutan. Bahkan yang hatinya kecil serta penakut menjerit-jerit dengan ketakutan, menjauhi diri dari tempat itu.

Yo Him mengucek-ucek matanya, dia telah merasakan bahwa asap yang dari benda-benda bulat yang bisa meledak itu mengandung racun. Karena itu dia telah berusaha untuk dapat menghindarkan diri sejauh mungkin dari gumpalan asap.

Orang tua she Bin itu sendiri telah menjauhi diri, mempergunakan kesempatan di saat tempat itu tengah dipenuhi oleh asap yang menganggu pandangan mata. Orang tua ini telah berlari ke arah barat, dan terdengar suara siulannya yang nyaring sekali.

Suara siulan orang tua tersebut telah disusul dengan suara siulan dari berbagai tempat. Lalu tampak belasan tubuh yang menghampiri orang tua tersebut.

Belasan orang yang memapak orang tua she Bin itu, rupanya kawan-kawannya. Mereka umumnya memiliki wajah yang seram, dengan bentuk tubuh yang tidak rata, ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang jangkung tinggi!, ada yang pendek cebol..... tetapi mereka semuanya mencekal senjata tajam, dan bentuk senjata tajam mereka itu bermacam-macam bentuknya.

“Kita harus membinasakannya malam ini juga!” berseru orang tua she Bin itu.

Terdengar belasan orang kawannya itu mengiyakan dan dengan suara pekik yang berbisik sekali. Tampak belasan orang itu dengan senjata telanjang telah menyerbu ke arah Yo Him dan Sasana, yang waktu itu tengah sibuk mengucek-ngucek mata mereka yang pedih. Senjata belasan orang tersebut juga telah meluncur menyerang Yo Him dan Sasana dengan serentak.

Orang tua she Bin itu yang telah terluka di dalam, rupanya tidak dapat menyerang lagi, karena dia sudah tidak memiliki tenaga pula, karenanya dia hanya berdiri menyaksikan saja kawan-kawannya itu menyerang Yo Him dan Sasana.

Waktu itu, tampak jelas Yo Him dan Sasana mengelakkan serangan belasan senjata tajam yang menyerang diri mereka, tetapi mereka terus juga didesak. Sedangkan waktu itu baik Yo Him maupun Sasana tidak bisa melihat dengan jelas karena mata mereka terganggu oleh asap. Dan belasan orang itu rupanya memang telah terbinasa dengan gumpalan asap tersebut.

Dengan mendongkol tampak Yo Him telah menggerakkan sepasang tangannya, malah suatu saat, dia telah berhasil merampas senjata tajam dari salah seorang lawannya. Dengan gerakan yang sangat cepat sekali, dia telah memutar senjata itu, dia telah menangkis jatuh tiga batang senjata tajam lawannya.

Kemudian bagaikan seekor harimau terluka Yo Him telah mengamuk dengan senjata rampasannya itu, yaitu sebatang pedang. Gerakan Yo Him sangat cepat sekali dan setiap serangan yang dilancarkannya itu merupakan serangan yang bisa mematikan, terlebih lagi memang kepandaian belasan orang tersebut biasa-biasa saja dan tidak ada keistimewaannya, karena mereka hanya merupakan anggota Lang-kauw yang memiliki kepandaian biasa. Dalam waktu yang singkat sekali, tampak Yo Him telah bisa merubuhkan tujuh orang lawannya.

Sasana juga tidak tinggal diam. Sejak diserang oleh lawan-lawannya itu, dia menggerak-gerakkan pedangnya, bertubi-tubi menyerang kepada lawannya yang berada paling dekat dengannya. Dan tampak pedangnya itu telah berulang kali melukai beberapa orang lawannya.

Gerakan pedang Sasana selalu mengincar bagian-bagian yang bisa mematikan. Karenanya, lawan-lawannya akhirnya tidak berani terlalu mendesak.

Terlebih lagi setelah beberapa orang yang dirubuhkan Yo Him itu bangun dan melarikan diri dari tempat tersebut dengan menenteng senjata mereka. Sisanya jadi ketakutan dan mereka pun memutar tubuh, ikut melarikan diri.

Orang tua she Bin itu waktu melihat kawan-kawannya melarikan diri, diapun tidak bisa tinggal diam terus di tempat itu, karena dia telah memutar tubuhnya dia melarikan diri.

Yo Him dan Sasana tidak mengejarnya, karena mereka merasa, tidak bermaksud untuk terlalu mendesak lawan-lawan mereka. Hanya saja yang membuat mereka mendongkol adalah pandangan mata mereka yang, masih saja terhalang oleh asap yang timbul dari keempat benda bulat yang tadi meledak. Asap itu menyebabkan mata mereka berair dan juga tidak bisa melihat dengan jelas. Setelah berdiam diri sejenak, akhirnya sisa gumpalan asap itu sirna terhembus oleh angin.

Orang-orang yang semula ramai menyaksikan keramaian di tempat tersebut, telah bubar melarikan, diri entah kemana. Tidak ada orang lain, selain Sasana dan Yo Him berdua.

Setelah saling pandang sejenak, Yo Him menghela napas, dia tersenyum, katanya: “Sungguh keterlaluan Sun Kauw-cu itu. Rupanya dia memang memusuhi kita..... Dan juga tampaknya dia hanya ingin mengorban anak buahnya yang tidak berarti, untuk melakukan perbuatan-perbuatan hina belaka. Dengan demikian, jika memang anak buah yang dikirimnya itu menemui kematian, itulah memang tidak berarti apa-apa baginya, akan tetapi jika saja anak buahnya itu berhasil untuk mencelakai kita, tentu besar sekali artinya buat Sun Kauw-cu tersebut......!

“Hemm, dilihat demikian, tampaknya memang Sun Kauw-cu itu telah berusaha untuk menancapkan kekuasaannya di dalam rimba persilatan. Setiap orang yang tidak disenanginya tentu akan dimusnahkannya dengan mempergunakan berbagai cara dan jalan.....!” setelah berkata begitu, Yo Him menghela napas berulang kali.

Sedangkan Sasana mengangguk dan menghela napas. Namun gadis ini gembira juga, karena mereka telah berhasil merubuhkan lawannya itu, membuat lawan-lawannya itu akhirnya melarikan diri. Dengan demikian telah membuat mereka merasa puas juga, dan Sasana setelah menghela napas satu kali lagi baru berkata,

“Engko Him, apakah kita perlu mencari Sun Kauw-cu itu? Dia telah mengirim belasan orang kaki tangannya, dengan demikian, jelas dia berada di sekitar tempat ini! Kita bekuk saja salah seorang dari kaki tangannya itu, lalu kita memaksanya agar orang itu memberikan keterangan di mana beradanya Sun Kauw-cu?!”

Yo Him menggeleng.

“Sekarang bukan waktunya..... karena kita masih memiliki tugas yang jauh lebih penting.....!” kata Yo Him kemudian. “Perihal Sun Kauw-cu itu dapat kita urus di kemudian hari, juga sahabat-sahabat kita, para pendekar gagah dari rimba persilatan tidak akan tinggal diam, mereka pasti akan mengambil tindakan jika mendengar perihal sepak terjangnya Sun Kauw-cu tersebut..... karenanya kita tidak perlu terlalu tergesa-gesa.....!”

Sasana telah mengangguk.

“Ya..... jika memang kau berpandangan seperti itu, aku hanya menurut saja!” jawab si gadis.

Begitulah, mereka kembali ke rumah penginapan.

Di rumah perginapan, orang tengah ramai membicarakan pertempuran yang terjadi tadi. Dan waktu orang-orang yang tengah bercerita itu melihat datangnya Yo Him dan Sasana, ke dua orang yang tadi bungkam menutup mulut. Hanya diam-diam mereka melirik dengan kepala tertunduk takut.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar