Beruang Salju Bab 59 Daya Juang Wie Liang Tocu

Beruang Salju Bab 59 Daya Juang Wie Liang Tocu
59 Daya Juang Wie Liang Tocu

Wie Liang Tocu tersenyum mengejek.

“Tidak perlu kau menjual nama kerajaan kalian! Hemmm, walaupun bagaimana penjajah tetap tidak kami hormati, dan akan kami usir ke negeri asal kalian!

“Sekarang justru aku ingin membinasakan kalian karena ada beberapa orang Kay-pang yang telah kalian celakai. Di samping itu pula kalian berdua telah membujuk tiga orang anggota kami untuk berkhianat! Memang mereka bermaksud berkhianat, akan tetapi tanpa uluran tangan kalian jelas maksud buruk mereka tidak akan dilaksanakan..... Maksud jahat kalian yang ingin menghancurkan Kay-pang telah kami ketahui.....!” Setelah berkata begitu Wie Liang Tocu berulang kali memperdengarkan suara tertawa mengejek.

Sedangkan Gochin Talu waktu mendengar perkataan Wie Liang Tocu, telah memandang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar, katanya: “Ohhh, jika demikian kalian dari Kay-pang tentunya telah mengetahui hubungan kami dengan ke tiga Tianglo Kay-pang yang setia pada negara dan rakyat itu.....? Mereka bermaksud untuk bekerja sama dengan pihak kerajaan karena mereka tidak mau mencelakai rakyat dan mereka ingin hidup tenteram dan damai.....!”

“Tidak perlu kalian memutar balik kenyataan yang ada. Dengan adanya kalian di negeri kami sebagai penjajah, karenanya rakyat kami telah hidup sengsara dan menderita! Peperangan di masa lalu saja telah menyebabkan sebagian besar dari rakyat kami hidup sengsara dan menderita karena tindasan kalian!

“Karena itu, sebagai penjajah kalian tidak perlu bicara akan memperjuangkan kepentingan rakyat kami. Hmmm, tidak ada penjajah yang akan berbuat baik pada negeri yang dijajah! Baiklah sekarang kalian bersiaplah untuk menerima kematian!”

Gochin Talu mendadak tertawa bergelak-gelak keras sekali, sampai tubuhnya tergoncang, kemudian katanya dengan sikap meremehkan Wie Liang Tocu: “Hmmm, kau bicara dengan seenaknya karena memang lidahmu itu tidak bertulang! Hemmm, jika memang kami tidak datang ke negeri kalian untuk membebaskan rakyat kalian dari penderitaan karena raja kalian yang dungu itu, mana mungkin rakyat bisa hidup dengan tenang dan tenteram?

“Sekarang walaupun kami sebagai bangsa asing yang berkuasa di negeri kalian inilah disebabkan maksud baik kami untuk memulihkan ketenteraman dan keamanan di negeri kalian. Di samping itu memberikan kemakmuran kepada kalian!

“Seharusnya kalian berterima kasih kepada kami! Seperti apa yang telah diutarakan oleh ke tiga orang tokoh Kay-pang kepada kami, mereka itu menyatakan terima kasih yang tidak terhingga kepada kami, karena dengan adanya kami, tentu rakyat negeri ini akan terpimpin dengan baik sekali.....!”

Muka Wie Liang Tocu berobah merah padam. Dia adalah salah seorang Tianglo dari Kay-pang. Memang beberapa saat yang lalu dia telah mendengar berita pengkhianatan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dan Nyo Tianglo. Ke tiga yang pernah dipecat oleh Oey Yong dan diturunkan tingkatannya menjadi murid delapan karung.

Ke tiga orang itu bermaksud meminta bantuan kerajaan Boan ini untuk dapat menindas musuh-musuh mereka, merebut kekuasaan tertinggi di Kay-pang. Dengan begitu, mereka mengharapkan bantuan dari jago-jago kerajaan tersebut.

Akan tetapi ke tiga Tianglo itu rupanya tidak menyadarinya bahwa dengan meminta ikut campurnya pihak Boan-ciu, berarti mereka sama saja telah menyerahkan Kay-pang berada dalam telapak tangan kerajaan penjajahan tersebut. Walaupun kelak mereka bertiga diangkat sebagai pemimpin tertinggi Kay-pang, akan tetapi mereka akan dikendalikna dan hanya merupakan pemimpin boneka saja.

Dengan mengeluarkan suara berkata: “Kalian tidak perlu berdebat bicara denganku. Mari kita coba-coba kepandaian kita!” tampak Wie Liang Tocu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan ringan telah mencelat, ke dua tangannya telah digerakkan dan dia menyerang dengan beruntun kepada Gochin Talu.

Lengky Lumi yang sejak tadi berdiam diri saja, tiba-tiba telah mencelat maju sebelum Gochin Talu mengelakkan serangan Wie Liang Tocu. Justru Lengky Lumi telah mendahuluinya, dia telah menangkis dengan kuat mewakili Gochin Talu, yang waktu itu mundur beberapa langkah.

Gerakan yang dilakukan oleh Lengky Lumi membuat Wie Liang Tocu jadi gusar, karena dia memang tengah menyerang Gochin Talu, sekarang menyelak Lengky Lumi, membuat dia marahnya semakin meluap. Dia mengempos semangat murninya, dia menyerang semakin hebat dan kuat, karena waktu ke dua tangannya digerakkan serentak, di waktu itulah tenaga dan ke dua telapak tangannya telah mengalir keluar dengan cepat dan dahsyat menyambar ke arah Lengky Lumi.

Tenaga lweekangnya yang menyambar dari ke dua tangan Wie Liang Tocu bisa menghancurkan sebongkah batu yang besar dan kuat, maka sekarang disambut oleh Lengky Lumi dengan mempergunakan kekerasan juga. Terjadi bentrokan yang sangat kuat, membuat tubuh Lengky Lumi tergetar dan hatinya tercekat kaget, karena dia sama sekali tidak menyangka bahwa pengemis tua ini memiliki tenaga dalam yang begitu hebat.

Karenanya, begitu dia merasakan desakan tenaga dari lawannya yang luar biasa kuatnya. Lengky Lumi telah melompat miring ke samping kanannya, berbareng tampak ke dua tangannya digerakkan pula dengan cara disilangkan. Tangan kanan akan mencengkeram tulang iga Wie Liang Tocu, sedangkan tangan kirinya diulurkan untuk menotok beberapa jalan darah tubuh lawannya.

Wie Liang Tocu tidak jeri oleh totokan dan cengkeraman karena dengan gerakan yang berani sekali dia bukannya mengelakkan diri dari serangan lawannya, malah telah mempergencar serangannya lagi, sehingga angin serangannya itu menyambar tambah kuat saja.

Lengky Lumi tidak menyangka sama sekali bahwa pengemis tua ini dapat berlaku begitu sebat dan juga tenaga yang dipergunakannya dahsyat sekali.

Walaupun kepandaian yang dimiliki Lengky Lumi memang merupakan kepandaian yang tidak lemah, kenyataannya tidak dapat dia menerima serangan yang kuat seperti itu dari lawannya dengan mempergunakan kekerasan. Karenanya waktu merasakan menerjangnya angin serangan dari ke dua telapak tangan lawannya, cepat bukan main tampak Lengky Lumi telah menyingkir lagi.

Lalu dengan dibarengi oleh suara bentakan yang sangat keras, diapun telah menggerakkan sepasang tangannya, menyerang dengan dahsyat.

Serangan Lengky Lumi hanya berhasil membendung kekuatan tenaga serangan dari Wie Liang Tocu, setelah itu tubuh Lengky Lumi mundur beberapa langkah lagi. Hampir saja dia terpelanting dari atas genting. Untuk itu cepat-cepat dia telah mengendalikan kuda-kuda ke dua kakinya dan dia berhasil berdiri diam pula.

Wie Liang Tocu tidak menyerang lebih jauh, dia memandang dengan tatapan mata yang tajam sekali.

“Hemmm, kepandaian kalian tidak seberapa..... aku telah menetapkan bahwa hari ini kalian harus mampus.....!” Setelah berkata begitu Wie Liang Tocu melirik kepada anak buah Gochin Talu yang menimbulkan suara berisik di bawah genting karena mereka telah berkumpul di sana.

Di saat itu Gochin Talu tidak membuang-buang kesempatan yang ada. Di saat Wie Liang Tocu tengah melirik ke bawah dan lengah, dia telah menjejakkan kakinya. Tubuhnya telah melambung tinggi ke tengah udara, tangan kanannya menyambar akan menghantam batok kepala pengemis tua itu.

Merasakan menyambarnya angin pukulan, Wie Liang Tocu melirik, dia menghantam pula dengan tangan kanannya. Benturan tenaga yang terjadi tidak bisa dielakkan.

Waktu menyerang, Gochin Talu begitu bernafsu, karenanya kini dia sudah tidak sempat menarik pulang tangannya pula, dan telah menyebabkan tenaga mereka saling bentrok kuat sekali, menimbulkan getaran dan tubuh Gochin Talu terpental balik ke arah asalnya, kemudian meluncur jatuh di atas genting, sehingga dia menginjak hancur pecah beberapa genting.

Untung saja Lengky Lumi yang sejak tadi berwaspada ketika melihat keadaan kawannya, telah menyambar Gochin Talu. Dengan demikian Gochin Talu tidak sampai ambruk amblas ke dalam hancuran genting itu, dia bisa melompat lagi berdiri di bagian lainnya.

Wie Liang Tocu memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring. Di saat ke dua orang itu belum lagi sempat untuk memperbaiki kedudukan mereka, dia telah melompat menyerang lagi. Serangan tangan kanannya menuju kepada Gochin Talu, sedangkan tangan yang lainnya manghantam kepada Lengky Lumi.

Gochin Talu maupun Lengky Lumi telah mengetahui bahaya yang tengah mengancam mereka, karenanya ke duanya pun mengempos semangat mereka untuk menghadapi serangan itu dengan kekerasan. Untuk mengelakkan diri dari hantaman Wie Liang Tocu sudah tidak keburu lagi karenanya kini baik Lengky Lumi maupun Gochin Talu telah menangkis serangan yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu. Gerakan yang dilakukan itu sangat kuat dan cepat maka tenaga mereka saling bentrok satu dengan yang lainnya.

Kekuatan tenaga yang saling bentrok itu menimbulkan getaran yang dahsyat dan telah menghancurkan beberapa genting. Tetapi Wie Liang Tocu tidak menarik pulang tangannya, di mana sepasang tangan itu dengan kekuatan yang sangat dahsyat sekali menindih tangan Lengky Lumi dan Gochin Talu.

Gochin Talu maupun Lengky Lumi masing-masing tidak bisa menarik pulang tangan dan tenaganya mereka, disebabkan tenaga menindih dari lawannya tetap menggencet tangannya, jika memang mereka memaksakan diri untuk menarik pulang tenaga dan tangan masing-masing, maka mereka akan menghadapi ancaman bahaya yang cukup besar. Di sana kekuatan tenaga dalam dari Wie Liang Tocu akan menghantam terus kepada mereka, yang akan membuat dada mereka masing-masing hancur remuk dan terluka di dalam yang berat.

Begitulah, mereka berkutetan mengadu kekuatan tenaga lweekang, dan mereka tidak bergeming dari tempat mereka berada.

Sedangkan orang-orangnya Gochin Talu yang berkumpul di bagian bawah dari bangunan tersebut telah mengeluarkan suara yang berisik. Tetapi mereka tidak ada yang berani melompat naik ke atas genting untuk membantui majikan mereka, karena mereka melihat lawan dari majikan mereka merupakan pengemis yang memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya.

Sedangkan majikan mereka dan sahabatnya itu, Lengky Lumi, yang diketahui oleh mereka memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dibuat tidak berdaya oleh pengemis tua tersebut. Jika saja mereka memaksakan diri untuk membantui majikan mereka, bukannya memberikan bantuan diharapkan oleh majikan, babkan akan membuat mereka sama saja mengantarkan kematian masing-masing di tangan Wie Liang Tocu,

Waktu itu tampak Wie Liang Tocu telah mengempos semangatnya. Sepasang tangannya itu tampak tergetar karena dia telah mengerahkan tenaga dalam yang jauh lebih kuat lagi.

Gochin Talu dan Lengky Lumi menyadari jika memang mereka memaksakan diri untuk bertahan terus seperti itu tentu diri mereka sendiri yang akan rugi dan kena dicelakai oleh Wie Liang Tocu, karena mereka semakin terdesak dan akhirnya akan binasa di tangan si pengemis tua tersebut. Sedang mereka berkutetan memberikan perlawanan terhadap tenaga tindihan dari Wie Liang Tocu, ke duanya telah memutar otak dengan keras untuk mencari daya dan jalan guna meloloskan diri dari tangan Wie Liang Tocu.

Waktu itu, ada salah seorang pahlawan Gochin Talu yang menyaksikan Wie Liang Tocu tengah berada dalam keadaan terkepung oleh tenaga Gochin Talu dan Lengky Lumi. Tampak jelas Wie Liang Tocu tidak bisa menarik pulang ke dua tangannya dan berada dalam keadaan berdiri tegak tidak bisa maju dan tidak bisa mundur. Pahlawan Gochin Talu ini yang melihat keadaan Wie Liang Tocu seperti itu ingin memanfaatkan kesempatan tersebut, karenanya dia telah diam-diam telah melompat ke atas genting, lalu mengayunkan goloknya membacok dari belakang si pengemis tua tertebut.

Wie Liang Tocu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya tengah dibokong oleh lawan tersebut. Akan tetapi pengemis tua ini berdiam diri saja di tempatnya, sama sekali tidak merobah posisi dirinya, dia telah menindih terus Gochin Talu dan Lengky Lumi dengan tenaga dalamnya. Karenanya, ketika golok menyambar dekat sekali di punggungnya, Gochin Talu dan Lengky Lumi yang menyaksikan hal itu jadi girang bukan main. Mereka mengharapkan pahlawannya itu bisa menyerang pada sasarannya dengan tepat, sehingga Wie Liang Tocu bisa dicelakainya dan dibuat tidak berdaya.

Akan tetapi harapan mereka itu merupakan harapan kosong belaka. Karena di saat itu, waktu golok hanya terpisah beberapa dim saja dari sasarannya, tidak terduga sama sekali Wie Liang Tocu mengambil tindakan yang mengejutkan, yaitu ke dua tangannya tetap menindih kekuatan tenaga ke dua lawannya, sedangkan kaki kanannya tahu-tahu telah melayang ke belakang.

Gerakan kaki dari Wie Liang Tocu begitu cepat dan di luar dugaan sama sekali, malah tahu-tahu tangan dari penyerang gelap itu telah kena ditendang dengan keras. Orang itu merasakan tangannya kesemutan dan tahu-tahu belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, goloknya telah terbang dari cekalan tangannya, malah tubuhnya sendiri ikut melayang ke tengah udara.

Ketika tubuh orang itu meluncur jatuh di atas genting, tubuhnya itu amblas masuk ke dalam dengan menghancurkan genting dalam jumlah yang banyak, dan terdengar suara pekiknya, suara jerit kesakitan bercampur perasaan kaget.

Wie Liang Tocu sama sekali tidak merobah cara untuk menindih ke dua lawannya itu, dia terus juga mengempos semangatnya. Karenanya, seketika itu juga Gochin Talu dan Lengky Lumi yang semula tengah gembira dan bergirang hati sebab menduga salah seorang pahlawannya akan berhasil menyerang Wie Liang Tocu, berbalik jadi menurun semangatnya. Karena selain orang mereka itu telah dirubuhkan dengan kegagalannya menyerang, justru sekarang tenaga Wie Liang Tocu yang menindih tenaga mereka tampak semakin kuat dan dahsyat saja.

Tubuh Gochin Talu dan Lengky Lumi sampai gemetaran, karena mereka harus mengerahkan seluruh tenaga yang ada pada mereka. Dan juga tampak mereka telah menginjak retak genting-genting itu.

Jika saja genting-genting itu pecah dan hancur, niscaya akan membuat mereka kehilangan keseimbangan tubuh. Dan waktu itulah mereka akan bercelaka sebab dengan lenyap keseimbangan tubuh dan kuda-kuda ke dua kaki yang tergempur berarti sulit bagi mereka untuk mengerahkan tenaga dalamnya, dan mereka akan tertindih oleh kekuatan tenaga dalam lawannya.

Wie Liang Tocu berulang kali memperdengarkan suara tertawa mengejek, tampak dia juga telah menindih semakin kuat. Butir-butir keringat memenuhi kening dan muka Wie Liang Tocu.

Namun keadaan Gochin Talu dan Lengky Lumi pun semakin parah, juga keringat membasahi tubuh mereka yang mulai gemetaran. Dan dibarengi dengan suara “krakkk!” di mana genting tempat mereka berpijak itu telah hancur pecah, tubuh mereka amblas ke dalam dan di saat itulah lenyap keseimbangan tenaga mereka, karenanya di waktu tenaga dalam dari Wie Liang Tocu menghantam terus ke duanya telah terluka di dalam yang cukup parah.

Dikala tubuh mereka telah tiba di lantai dalam ruangan di bawah genting yang hancur itu, muka mereka berdua pucat pias, di samping itu pula ke duanya telah memuntahkan darah segar yang banyak sekali dan berulang kali.

Wie Liang Tocu tidak membuang-buang waktu lagi, tubuhnya telah meluncur turun juga untuk menyusul. Karena Wie Liang Tocu dalam kesempatan ini bermaksud untuk menurunkan tangan kematian pada ke dua lawannya itu. Maksudnya di saat lawannya tersebut tidak memiliki kesempatan memberikan perlawanan lagi, Wie Liang Tocu ingin menghabisi nyawa mereka.

Waktu tubuh Wie Liang Tocu tengah meluncur turun dari lobang bekas hancuran genting di mana tubuh Gochin Talu dan Lengky Lumi tadi meluncur jatuh, tampak Lengky Lumi dan Gochin Talu tengah berdiri memuntahkan darah segar.

Tanpa berayal lagi, cepat luar biasa tangan Wie Liang Tocu telah melayang. Gerakannya ini hebat bukan main, selain cepat juga tenaga dalam yang dipergunakannya sangat kuat sekali. Angin serangannya itu telah meluncur dahsyat sekali.

Gochin Talu dan Lengky Lumi jadi mengeluh, karena walaupun bagaimana mereka tidak bisa memberikan perlawanan lagi. Sekarang, mereka hanya pasrah untuk menerima kematian di tangan Wie Liang Tocu belaka.

Girang bukan main hati Wie Liang Tocu karena melihat ke dua lawannya tidak mungkin terhindar dari tangannya, dan berarti dia akan berhasil membunuhnya. Akan tetapi waktu tangan Wie Liang Tocu meluncur semakin dekat, di samping itu juga dia tengah mengempos menambah kekuatan tenaga pukulannya, mendadak sekali menyambarnya juga selendang putih yang cukup lebar.

Angin yang menyambar ke arah tangan Wie Liang Tocu itu tidak lain dari selendang tersebut, dan selendang putih itu digerakkan oleh sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali. Sesosok tubuh itu adalah seorang manusia bertubuh tinggi besar dan tampaknya memiliki kekuatan lweekangnya sangat dahsyat.

Waktu Wie Liang Tocu menarik pulang tangan dan serangannya dengan gusar, di saat itulah dia mengenali bahwa orang tersebut adalah seorang Lhama yang pernah berjumpa dengannya, tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Wie Liang Tocu pernah ketemu muka dengaa Lhama yang jadi Koksu negara itu di istananya pangeran Ghalik beberapa waktu yang lalu.

Tiat To Hoat-ong setelah berhasil menggagalkan serangan maut Wie Liang Tocu kepada Gochin Talu dan Lengky Lumi dan tertawa gelak-gelak dengan suara yang menyeramkan sekali.

“Bagus! Bagus! Rupanya ada orang Kay-pang yang hendak mencari urusan dengan orang-orangku.....! Hemmm, apakah kau telah memiliki enam kepala dan duabelas tangan sehingga berani bentrok dengan pihak kerajaan?” Sambil berkata begitu, Tiat To Hoat-ong mengawasi bengis sekali pada Wie Liang Tocu.

Sedangkan pengemis tua inipun tidak mau kalah dengan lawannya, memperdengarkan suara tertawa yang nyaring penuh ejekan, katanya: “Kukira siapa, tidak tahunya hanya seorang kerbau gundul saja! Mari! Mari kita bermain sepuas hati!” Dan berbareng dengan perkataannya itu, tampak Wie Liang Tocu tidak berdiam diri saja, karena dengan menggerakkan tenaga lweekangnya, tampak ke dua tangannya telah digerakkan dengan serentak.

Akan tetapi Tiat To Hoat-ong seorang Kok-su Mongol yang telah memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, terlebih lagi diapun telah mahir dengan ilmu andalannya, yaitu Soboc. Ilmu yang sangat hebat dan aneh.

Sekarang menyaksikan Wie Liang Tocu menyerangnya dengan serangan yang begitu kuat dan hebat, tidak berayal lagi Tiat To Hoat-ong menggerakkan selendangnya yang berwarna putih

Selendang putih itu memang merupakan sebagian dari jubah Tiat To Hoat-ong dan terbuat dari kain belaka, akan tetapi di tangan Tiat To Hoat-ong, Koksu yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, kain tersebut telah berubah sifatnya bisa lunak dan keras. Jika dipergunakan dengan tenaga lunak, akan selunak kapas, akan tetapi jika memang kain itu dipergunakan dengan tenaga yang bersifat keras, akan sekeras lapisan dan lempengan baja belaka yang bisa menghancurkan lawan dengan sekali hantam saja.

Selendang kain putih itu menyambar ke arah batok kepala Wie Liang Tocu, menyebabkan Tianglo pengemis yang memiliki kepandaian tinggi itu harus menarik pulang serangan dan tenaganya. Diapun mengelakkan diri ke samping kanan.

Akan tetapi belum lagi Wie Liang Tocu sempat untuk merobah cara menyerangnya, waktu itu selendang kain telah berobah arah sambarannya. Jika semula memiliki sifat yang keras sehingga menyerupai lempengan baja, sekarang selendang kain itu telah berobah menjadi lunak sekali, seperti juga seekor ular yang menyambar akan melilit batang leher We Liang Tocu.

Kagum juga Wie Liang Tocu menyaksikan kepandaian lawannya yang telah mencapai puncak kesempurnaan seperti itu. Namun Wie Liang Tocu sama sekali tidak merasa jeri atau gentar, malah dengan cepat dia telah mengulurkan tangan kanannya. Dia menyambar akan mencekal dan membetot selendang putih itu.

Akan tetapi, selendang putih tersebut bagaikan memiliki mata saja. Waktu tangan Wie Liang Tocu menyambar akan mencekal dan membetotnya, justru waktu itu selendang itu telah berbalik arah kembali ke arah Tiat To Hoat-ong.

Kekuatan tenaga yang terkandung dalam selendang putih itu memang bisa berobah menurut kehendak hati dari Tiat To Hoat-ong. Dengan demikian, sekarang setelah ditarik pulang, selendang putih itu kembali merupakan kain belaka yang lemas tidak mengandung kekuatan apapun juga.

Wie Liang Tocu mengawasi tajam sekali,

“Hemmm...... kepandaianmu ternyata cukup tinggi!” serunya. Sembari dengan seruannya, Wie Liang Tocu telah melompat dengan sebat, ke dua tangannya juga meluncur menyerang beruntun sampai lima jurus.

Tiat To Hoat-ong memperdengarkan suara tertawa dingin.

“Lebih bijaksana jika kau menyerahkan diri secara baik-baik untuk diadili oleh kami!” terdengar Tiat To Hoat-ong mengejek. “Hemmm, jika memang engkau berkepala batu, tentu engkau akan bercelaka dan menemui kematian dengan cara yang tidak menggembirakan!”

Setelah berkata begitu. Tiat To Hoat-ong beruntun mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan oleh Wie Liang Tocu. Dan kemudian dalam suatu kesempatan, selendang putihnya itu seperti juga seekor ular yang menyambar telah melibat ke dua tangan Wie Liang Tocu!

Tercekat hati Wie Liang Tocu, karena dengan terlibat sepasang tangannya, jelas dia tidak bisa mempergunakan sepasang tangannya itu buat membalas menyerang.

Dalam waktu hanya beberapa detik itu, Wie Liang Tocu telah mengambil keputusan yang nekad. Tahu-tahu dia telah menjejakkan sepasang kakinya, tubuhnya telah melompat menerjang kepada Tiat To Hoat-ong.

Karena sepasang tangannya tengah terlibat oleh selendang pendeta yang menjadi Koksu negara Boan-ciu tersebut. Wie Liang Tocu menggantikannya dengan ke dua kakinya yang menendang dengan beruntun bagian-bagian yang bisa mematikan tubuh lawannya. Akan tetapi Tiat To Hoat-ong dengan memperdengarkan suara tertawa mengejek mengelakkan diri ke samping kanan, sedangkan selendangnya itu tetap melibat ke dua tangan Wie Liang Tocu.

Di waktu tubuh Wie Liang Tocu tengah melayang di tengah udara dan sepasang kakinya itu gagal dengan serangannya. Tiat To Hoat-ong pun tidak mensia-siakan kesempatan seperti itu, dia telah menghentakkan selendang putihnya itu yang telah disaluri tenaga lweekangnya, sepasang tangan Wie Liang Tocu terbetot kuat sekali.

Wie Liang Tocu juga bukan seorang yang berkepandaian lemah, di dalam Kay-pang dia merupakan salah seorang tokoh yang memiliki kepandaian tertinggi. Bahkan Pangcu Kay-pang sendiri, yaitu Yeh-lu Chin menghormatinya benar.

Sekarang menghadapi bahaya yang tidak kecil buat keselamatan dirinya dengan sepasang tangan yang terlibat oleh selendang putih dan ia telah ditarik sehingga kehilangan keseimbangan tenaga. Dan tubuhnya cepat bukan main, Wie Liang Tocu melakukan gerakan melentik tanpa menantikan tubuhnya terbanting di lantai. Dengan demikian, bila menolong dirinya tidak sampai terbanting, dia berdiri di atas ke dua kakinya.

Tiat To Hoat-ong menyaksikan gerakan lawannya, memperdengarkan tertawa dingin. Dia menghentakkan lagi selendang putihnya itu.

Karena gentakan yang dilakukan oleh Koksu negara itu disertai dengan kekuatan tenaga lweekangnya yang dahsyat, dengan sendirinya tenaga itu membuat tubuh Wie Liang Tocu berjumpalitan lagi. Malah Wie Liang Tocu merasakan sepasang pergelangan tangannya dilibat oleh selendang putih itu seperti akan remuk, akibat kuatnya libatan selendang putih yang mengandung tenaga lweekang yang dahsyat.

Sambil mengeluarkan seruan gusar, Wie Liang Tocu berusaha mengerahkan seluruh tenaganya pada pergelangan tangannya, telah membetot ke dua tangannya dari lilitan selendang putih itu, maksudnya ingin menarik robek selendang itu.

Akan tetapi gerakan yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu ternyata gagal sama sekali. Selendang itu memiliki kekuatan yang sangat mengagumkan, dan tubuhnya berjumpalitan. Hal ini tidak tertolong lagi, di mana Wie Liang Tocu jadi terbanting keras sekali, sehingga dia merasakan matanya berkunang-kunang.

Cepat bukan main Tiat To Hoat-ong menghentak lagi, dia ingin mengulangi bantingannya itu.

Akan tetapi Wie Liang Tocu juga tidak manda dan berdiam diri saja, dia telah mengempos semangat dan tenaganya berusaha bertahan, agar dirinya tidak kena dibuat terpelanting pula.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar