Beruang Salju Bab 63 Pencarian Obat Di Istana Kaisar

Beruang Salju Bab 63 Pencarian Obat Di Istana Kaisar
63 Pencarian Obat Di Istana Kaisar

Dikala itu tampak Yang Kiong Sian telah melompat ke belakang sebuah tiang besar, tangannya melambai kepada Phoa Tiang Ie, yang segera menyusul menempati dirinya di belakang tiang itu di sisi Yang Kiong Sian.

Tidak lama kemudian waktu mereka memasang mata, tampak seseorang tengah melangkah dengan tindakan kaki yang lunglai dan tubuh sempoyongan dan mata setengah terpejamkan. Tampaknya orang ini berjalan dalam keadaan mengantuk.

Yang Kiong Sian mengedipkan mata kepada Phoa Tiang Ie, dia ingin memberitahukan bahwa inilah kesempatan baik mereka untuk menangkap orang itu. Karenanya, waktu orang itu lewat di dekat tempat mereka bersembunyi, dengan gerakan yang sangat gesit sekali Yang Kiong Sian telah melesat keluar dari balik tiang besar itu sambil mengulurkan tangannya.

Sedangkan orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu merasakan sambaran angin di sisi tubuhnya, segera dia membuka matanya untuk melihat. Akan tetapi, ketika melihat seseorang yang tidak dikenalnya berdiri bengis disampingnya, dia jadi kaget. Dan rasa kaget nya itu terlambat, sebab belum lagi dia bisa bertanya atau berteriak, justru tangan Yang Kiong Sian telah bekerja menotok beberapa jalan darahnya, seketika lenyap tenaga orang itu, tubuhnya lunglai dan rubuh di lantai.

Yang Kiong Sian bekerja cepat sekali, dia menyeret tubuh orang tersebut. Kemudian dia membuka totokannya, lalu katanya dengan suara yang bengis sekali: “Jangan menimbulkan keributan. Jika kau berteriak atau menimbulkan kegaduhan, sekali totok jiwamu akan kukirim ke Giam-lo-ong.....!”

Orang yang berpakaian sebagai pelayan istana itu, yang baru berusia antara tigapuluh tahun lebih, ketakutan bukan main, dia mengangguk berulang kali.

“Aku..... aku akan menurut.....!” katanya dengan suara yang kaku mempergunakan bahasa Han, karena tampak jelas dia merupakan seorang pelayan suku bangsa Mongolia, yang mungkin belum begitu lama dibawa ke daratan Tiong-goan.

“Kau harus menjawab setiap pertanyaanku dengan benar dan juga jujur. Sekali saja kau berdusta, maka jiwamu akan kukirim ke neraka! Mengerti kau?”

“Mengerti!?”

“Hemm, di mana letak ruangan tempat penyimpan obat Kaisar?! Cepat katakan!” bentak Yang Kiong Sian dengan suara bengis, namun perlahan sekali.

Muka orang itu memang telah pucat. Waktu ditanya perihal ruangan tempat penyimpanan obat-obatan milik Kaisar, mukanya jadi semakin pucat dan dia bingung.

“Aku tidak begitu jelas mengetahui tempat penyimpanan obat itu karena aku bertugas di bagian dapur.....!” berkata orang tersebut dengan suara gemetar.

“Dusta.....!” bentak Yang Kiong Sian semakin bengis. “Bagaimana mungkin kau tidak mengetahui ruangan tempat penyimpanan obat-obatan milik Kaisar, sedangkan kau termasuk sebagai salah seorang penghuni istana ini!”

Orang itu tambah ketakutan, katanya: “Aku tidak akan berdusta..... aku mengatakan yang sebenarnya. Memang aku tidak mengetahui jelas di mana letak ruangan tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar...... Akan tetapi yang kudengar dari cerita-cerita kawanku, katanya ruangan itu berada di sebelah selatan dari istana ini, di mana berhadap-hadapan dengan kamar pribadi Kaisar......!”

Yang Kiong Sian merasa cukup dengan keterangan tersebut, dia mengangguk sambil katanya: “Baiklah, terima kasih atas keteranganmu itu, dan agar kau tidak menimbulkan kerewelan, lebih baik kau beristirahat disini dulu...... Jika memang kau tidak berdusta dan kelak kami telah menemui ruangan tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar, kami akan kembali ke mari. Selain untuk membebaskan kau, juga kami akan menghadiahkan kepadamu beberapa tail emas sebagai tanda terima kasih kami!”

Berbareng dengan habisnya perkataan Yang Kiong Sian, tangan pengemis ini telah bekerja dengan cepat sekali, dia menotok beberapa jalan darah di tubuh pelayan istana tersebut. Dengan demikian tubuh pelayan istana tersebut jadi kaku tidak bisa bergerak dan juga tidak bersuara.

Dalam keadaan seperti itu, tampaknya Yang Kiong Sian ingin bekerja dengan cepat. Dia bersama dengan Phoa Tiang Ie telah melompat ke arah sebelah selatan dari bagian istana itu, di mana mereka mencari kamar pribadi Kaisar.

Waktu mereka tiba di sebuah ruangan yang mewah, ruangan yang merupakan ruangan untuk sidang Kaisar. Tampak penjagaan di tempat itu tidak ada sama sekali. Akan tetapi begitu melewati ruangan mewah tempat bersidang Kaisar tersebut, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie telah melihat di depan sebuah kamar berpintu berukiran emas, tampak berjaga dua orang Thaykam dengan perlengkapan senjata.

Segera juga Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menduga bahwa kamar yang dikawal itu tentunya kamar pribadi Kaisar.

Ke dua pengemis Kay-pang itu segera bekerja. Mereka berdiam diri di tempat persembunyian mengawasi keadaan di sekitar tempat itu.

Juga Yang Kiong Sian telah menduga, tentu ke dua pengawal itu adalah dua orang pengawal yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Karena ke dua pengawal itupun bertanggung jawab jika terjadi sesuatu atas diri kaisar, karenanya mereka harus mengadakan penjagaan yang ketat. Walaupun setiap hari mereka mengadakan penjagaan dan tidak pernah terjadi sesuatu yang luar biasa, tidak pernah ada penjahat yang datang, akan tetapi mereka tidak pernah kenal bosan melakukan penjagaan itu.

Dengan demikian, penjagaan di depan kamar pribadi Kaisar itu walaupun hanya dikawal dua orang saja, tokh keadaan ini sulit sekali untuk Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie menerobosnya. Karena ke dua pengawal itu selain memiliki kepandaian yang tinggi sekali tentunya, juga mereka melakukan dan mengadakan pengawal dengan ketat, dengan sepasang mata yang selalu terpentang lebar-lebar.

Yang Kiong Sian berbisik di sisi telinga Phoa Tiang Ie dengan suara yang perlahan sekali: “Sulit buat kita menerobos masuk, atau memang kita berusaha untuk memasuki kamar di seberang kamar itu saja, yaitu kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar..... Lihatlah kamar di seberangnya itu tidak dikawal..... berarti kita bisa memasuki jauh lebih mudah.....!”

Phoa Tiang Ie mengangguk beberapa kali. Begitulah mereka telah mencari kesempatan yang baik.

Selama itu mereka melihat bahwa ke dua pengawal itu tidak pernah lengah.

“Jalan satu-satunya kita harus memasuki kamar obat-obatan itu dari balik jendela yang berada di belakang kamar tersebut. Jika memang kita berusaha memasukinya dari depan niscaya ke dua pengawal itu akan mengetahui..... Lihatlah mereka tidak pernah lengah sedikitpun juga.....!” Phoa Tiang Ie telah memberikan usulnya.

Yang Kiong Sian menyetujui usul kawannya.

Begitulah mereka berdua telah jalan memutar untuk mengelilingi ruangan tersebut. Mereka mencari jendela dari kamar tempat penyimpanan obat-obatan Kaisar. Dan mereka berhasil. Mereka menemui sebuah jendela.

Seketika itu juga tampak Yang Kiong Sian tanpa membuang-buang waktu lagi telah bekerja. Ia telah membongkar jendela terbuka, dan cepat sekali daun jendela dapat dibukanya.

Waktu itu Phoa Tiang Ie sendiri selama Yang Kiong Sian membongkar jendela telah mengawasi sekeliling tempat itu, kalau-kalau ada pengawal istana yang lewat. Selama itu mereka dapat bekerja dengan aman, karena tidak seorangpun yang lewat di tempat itu.

Tidak lama kemudian daun jendela itu dapat dipentang lebih lebar. Segera juga Yang Kiong Sian melompat masuk, menyusul Phoa Tiang Ie. Mereka setelah berada di dalam kamar obat-obatan itu, segera iapun menutup kembali daun jendela, karena jika kebetulan ada pengawal yang lewat, tentu pengawal istana itu tidak akan menaruh kecurigaan apa-apa.

Setelah berada di dalam kamar obat itu, Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melihat banyak sekali obat-obatan yang tersimpan di situ, juga botol obat beraneka warna dan macamnya memenuhi kamar tersebut.

Dengan begitu jelas terlihat bahwa Kaisar Boan-ciu ini memang menyimpan berbagai macam obat-obatan yang jarang bisa diperoleh di luaran, dan juga merupakan obat-obat mujarab yang langka sekali di dunia.

Di antara bau obat-obatan tersebut, Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian telah memeriksa setiap botol obat itu. Menurut keterangan dari Sam-cie-sin-kay bahwa Lian-som merupakan hasil perkawinan antara Swat-lian dan Jin-som. Dengan demikian mereka mencari obat atau kembang Lian-som dari baunya, yang mereka duga tentu menyiarkan dua macam bau harum, yaitu harumnya Swat-lian dan Jin-som.

Akan tetapi mereka mencari ke sana ke mari, telah ratusan botol yang mereka buka dan ciumi, akan tetapi tetap saja mereka tidak berhasil menemui obat yang mereka cari itu. Sedang mereka bergelisah mencari terus tanpa kenal putus asa, tiba-tiba mereka mendengar suara langkah kaki yang ringan di luar kamar itu, di arah dekat jendela.

Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian jadi berobah, mereka saling pandang. Mereka menduga tentu ada pengawal istana yang mengendus jejak mereka. Ke duanya segera juga bersiap siaga.

Yang lebih mengejutkan mereka, justru waktu itu didengarnya jendela seperti dikorek. Muka Phoa Tiang Ie dan Yang Kiong Sian berobah semakin pucat. Mereka pun jadi was-was dan bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan, karena jendela itu hanya tertutup daunnya belaka dan tidak terkunci. Dengan begitu, sekali dikorek, tentu akan terbuka dan akan diketahuinya bahwa ada orang yang memasuki kamar obat tersebut.

Daun jendela itu memang terbuka dengan mudah dan di luar melompat dua sosok tubuh dengan gesit. Salah seorang di antara ke dua sosok tubuh itu telah mengeluarkan seruan tertahan.

Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie yang melihat ke dua sosok tubuh yang melompat masuk, jadi berbalik girang, karena seketika dia mengenali bahwa ke dua sosok tubuh itu tidak lain dari dua orang sahabat mereka, yaitu Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, yang semula memasuki istana dari sebelah timur.

Cepat-cepat Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie melompat keluar.

Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong yang melihat dua sosok tubuh melompat keluar dari balik lemari obat-obatan jadi terkejut bukan main. Tangan mereka dikibaskan untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan karena mereka menduga bahwa ke dua sosok tubuh yang keluar itu tidak lain dari dua orang pengawal yang berada di kamar obat-obatan Kaisar ini.

Namun cepat sekali mereka dapat mengenali ke dua orang tersebut, yaitu Yang Kiong Sian dan Phoa Tiang Ie

“Yang Toako.....!” berseru Bo Siang Hong dan Sun Kiang Lo dengan suara tertahan. “Kalian berdua telah berada disini?”

Begitulah mereka telah bertemu dengan girang, karena berempat mereka telah berhasil berada di kamar obat-obatan ini. Hanya sekarang yang membuat mereka bingung bagaimana caranya mencari kembang Lian-som.

Waktu itu Yang Kiong Sian telah mengemukakan usulnya. “Bagaimana jika kita membawa beberapa macam obat-obatan yang kita perkirakan sebagai Lian-som? Dengan berempat tentunya kita akan dapat membawanya cukup banyak dan dengan begitu pula akan membuat kita akan dapat memperlihatkan kepada Sam-cie Toako, obat manakah yang dicari itu.....?!”

Usul yang dikemukakan oleh Yang Kiong Sian ternyata disetujui oleh ke tiga orang kawannya. Karena mereka seketika telah mengiyakan dan mulai mengantongi sebanyak mungkin obat-obatan yang mereka perkirakan adalah obat-obat yang mereka cari itu.

Begitulah, dalam waktu sekejap mata saja, ke empat orang pengemis ini telah mengantongi banyak sekali bermacam-macam obat-obatan. Mereka memang berpikir, dalam sekian banyak obat yang mereka bawa itu, tentu salah satu di antaranya terdapat obat yang mereka cari itu.

Waktu itu, Yang Kiong Sian yang merasa telah cukup mengantongi bermacam-macam obat-obatan telah mengisyaratkan kepada ke tiga orang adiknya, bahwa mereka harus segera meninggalkan tempat itu. Begitulah mereka berempat telah keluar dari jendela kamar obat-obatan tersebut. Dan di saat mereka melompat keluar, keadaan sunyi dan sepi sekali, tidak terlihat seorangpun juga.

Ke empat pengemis ini dapat bernapas lega karena walaupun bagaimana mereka bergirang hati, usaha mereka memasuki istana Kaisar telah berhasil.

Sekarang yang menjadi harapan mereka adalah bahwa di antara obat yang mereka bawa itu tentu terdapat Lian-som. Dengan demikian tentu jiwa Wie Liang Tocu akan dapat tertolong.

Akan tetapi, waktu Yang Kiong Sian tengah menutup daun jendela, agar tampak seperti keadaan semula dan tidak mendatangkan kecurigaan, mendadak sekali menyambar sesosok bayangan dengan gerakan yang sangat ringan sekali. Dan sosok bayangan tersebut juga bukan hanya sekedar melompat menubruk saja, akan tetapi ke dua tangannya telah bekerja dengan cepat sekali menyerang dengan mempergunakan lweekang yang sangat dahsyat sekali.

Yang Kiong Sian yang waktu itu berada paling dekat dengan jendela kamar obat-obatan tersebut merasakan betapa angin serangan itu menyambar menyesakkan napasnya. Demikian pula halnya dengan ke tiga orang kawannya, ke tiga pengemis itu merasa dada mereka seperti ditindih oleh hawa panas yang luar biasa, membuat tubuh mereka bagaikan disambar oleh lidah api, membuat mereka berempat kaget bukan main.

Seketika itu pula sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, ke empat pengemis Kay-pang itu menyadarinya bahwa orang yang menyerang mereka itu tentunya memiliki kepandaian yang sangat tinggi dan istimewa sekali. Sedangkan Yang Kiong Sian tidak mau berayal lagi, dia telah menyampok tangan orang tersebut dengan tangannya yang telah disaluri oleh tenaga lweekangnya.

Dan kesudahannya sangat luar biasa. Dua kekuatan tenaga raksasa telah saling bentur, menggetarkan keadaan di sekitar tempat itu.

Yang membuat ke tiga pengemis lainnya terkejut dan hati mereka terkesiap, justru waktu itu tubuh Yang Kiong Sian telah terhuyung. Itulah benar-benar keadaan yang mengejutkan sekali, terbukti bahwa lweekang penyerang itu berada di atas lweekang Yang Kiong Sian.

Sedangkan ke tiga orang pengemis lainnya, yaitu Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong, cepat sekali menerjang kepada sosok bayangan yang baru datang dan telah menyerang Yang Kiong Sian itu. Mereka bertiga serentak telah melancarkan serangan ke bagian yang mematikan di tubuh orang itu.

Sosok tubuh itu memperdengarkan suara tertawa mengejek. Diapun tidak tinggal diam, karena dengan sebat sekali ke dua tangannya telah bergerak, menyampok tangan Phoa Tiang Ie dan juga kaki Bo Siang Hong. Gerakan orang itu benar-benar mengagumkan sekali, sebab begitu dia menggerakkan tangan dan kakinya, seketika itu tubuh Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie telah terpental ke belakang.

Tinggal Sun Kiang Lo yang menerjang sambil mempergunakan ke dua tangannya. Sun Kiang Lo merupakan pengemis yang memiliki ilmu cengkeram seperti cakar Garuda.

Menyaksikan cara menyerang Sun Kiang Lo yang menerjang kepadanya dengan ke sepuluh jari tangan, yang terpentang dengan demikian, memaksa sosok tubuh itu harus mundur beberapa langkah. Begitu sepasang tangan Sun Kiang Lo mengenai tempat kosong, sebat bukan main dia telah membarengi untuk menyerang lagi mempergunakan hantaman telapak tangannya.

Cara dia menghantam seperti itu benar-benar sangat kuat. Tenaga dalamnya berkesiuran dan terlihat betapa tubuh dari Sun Kiang Lo telah terpental.

Namun Sun Kiang Lo yang telah menyaksikan betapa Bo Siang Hong dan Phoa Tiang Ie tadi, telah dibuat terpental maka dia bersiap sedia. Sekarang di waktu dirinya sendiri yang terpental, dia cepat-cepat berjumpalitan dan mengempos semangatnya dan tenaganya guna memberati tubuhnya.

Di antara berkesiuran angin serangan lawan dan meluncurnya sang tubuh, Sun Kiang Lo berhasil memperlambat meluncur tubuhnya, sehingga dia tidak sempat menubruk dan membentur dinding. Dia telah jatuh dengan ke dua kaki terlebih dulu. Berdiri tegak dan wajahnya saja yang agak pucat, karena tampak jelas bahwa gempuran yang diterima dari orang itu telah menimbulkan goncangan-goncangan yang sangat kuat dan dahsyat sekali pada dadanya, menyebabkan dia terluka di dalam yang tidak ringan.....

Orang itu berdiri tegak dengan memperdengarkan berulang kali suara tertawa mengejek, wajahnya bengis sekali. Dialah seorang yang bertubuh tinggi besar dengan kepala yang botak dan juga memakai jubah kependetaan. Rupanya dia seorang Lhama, yang berusia antara empatpuluh tahun lebih.

“Hemm, anjing-anjing kurap dan budukan yang benar mencari mampus berani masuk ke dalam istana Kaisar! Aku Dalpa Tacin akan membuat kalian jera coba-coba kembali masuk ke dalam istana!”

Setelah berkata bengis seperti itu, dengan gerakan yang sangat cepat sekali tampak Dalpa Tacin bergerak dengan sepasang tangan yang menimbulkan angin berkesiuran sangat kuat sekali.

Dalam waktu yang sangat singkat sekali, segera juga terlihat bahwa Yang Kiong Sian berempat dengan Phoa Tiang Ie, Sun Kiang Lo dan Bo Siang Hong seperti terkurung oleh angin serangan ke dua tangan dari Dalpa Tacin.

Akan tetapi Yang Kiong Sian berempat merupakan Sie-mo-kay-pang yang memiliki kepandaian tidak rendah. Jika tadi mereka telah dibuat terpental karena mereka sama sekali tidak mengerahkan tenaga yang kuat. Disamping itu memang mereka tidak menyangka bahwa lawan demikian liehay. Tadinya mereka hanya menduga seorang pengawal istana biasa saja.

Sekarang setelah mengetahui bahwa mereka berhadapan dengan Lhama yang liehay dan tangguh, membuat Yang Kiong Sian jadi mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Berempat pengemis-pengemis Kay-pang ini telah bergerak dengan lincah, masing-masing mengincar bagian yang mematikan di tubuh si Lhama.

Dalpa Tacin memiliki semacam ilmu yang aneh. Setiap kali dia menggerakkan sepasang tangannya, maka dari ke dua telapak tangannya itu keluar angin yang panas sekali seperti kobaran api. Dan juga terlihat jelas sekali bahwa Dalpa Tacin bagaikan memiliki ilmu weduk, yaitu semacam ilma kebal yang tidak mempan oleh senjata tajam atau juga pukulan tangan kosong dan cengkeraman. Dengan demikian membuat Dalpa Tacin leluasa sekali untuk bergerak mendesak ke empat orang lawannya.

Sedangkan Yang Kiong Sian berempat semakin lama jadi semakin terdesak. Walaupun bagaimana memang terlihat jelas bahwa Sun Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie telah terdesak sangat hebat. Beberapa kali mereka berjumpalitan karena terpaksa harus mengelakkan diri dengan tergesa dari serangan lawan yang tangguh itu dengan gerakan yang terpaksa, jika tidak tentu mereka akan bercelaka.

Sedangkan Bo Siang Hong sendiri telah dua kali memuntahkan darah segar, sebab dadanya telah kena dihantam dengan hebat sekali oleh tangan Dalpa Tacin.

Dalpa Tacin sendiri yang memiliki kepandaian sangat tinggi biasanya tidak pernah memandang sebelah mata kepada lawan-lawannya. Akan tetapi sekarang setelah lewat belasan jurus dan ternyata dia belum juga berhasil merubuhkan lawan-lawannya itu membuat Dalpa Tacin penasaran bukan main.

Dengan mengeluarkan suara teriakan dan bentakan yang keras, Dalpa Tacin telah melompat menerjang sepasang tangannya telah berobah cara bergeraknya, di mana sepasang tangan itu sebentar menyilang ke atas dan ke bawah tidak dapat diduga sebelumnya. Hanya yang jelas dan pasti bahwa dari ke dua telapak tangan Dalpa Tacin mengalir kekuatan tenaga dalam yang luar biasa hebatnya dan selalu mendesak Yang Kiong Sian berempat dengan keras.

Yang Kiong Sian selama bertempur telah memperhatikan cara bertempur Dalpa Tacin. Sesungguhnya hatinya mulai tidak tenang, karena jika keadaan seperti ini berlangsung beberapa saat lagi, niscaya akan menyebabkan Dalpa Tacin bisa memanggil pengawal istana lainnya, atau juga pengawal istana lainnya bisa mendengar suara keributan tersebut dan berdatangan.

Dengan demikian, tentu Yang Kiong Sian berempat akan menghadapi ancaman yang cukup hebat. Dan tampak jelas, betapa Yang Kiong Sian berusaha secepat mungkin untuk mengetahui di mana letak kelemahan Dalpa Tacin.

Menurut penglihatannya, mengamati cara bersilat Dalpa Tacin, bahwa Lhama itu selalu mempergunakan telapak tangannya untuk menyerang dengan tenaga dalamnya. Dan biasanya seseorang yang telah mahir kepandaian lweekangnya, sehingga setiap kali menyerang mengandalkan lweekangnya tersebut untuk menyerang, tentu kelemahannya terletak di ke dua kakinya.

Setiap jago yang memiliki lweekang yang tinggi dan selalu mengandalkan lweekangnya niscaya jika tengah bertempur dengan lawannya akan mengerahkan seluruh kepandaiannya pada ke dua telapak tangannya, dan itu akan membuat dia lengah dan tidak menyalurkan kekuatan tenaga lweekangnya pada ke dua kakinya.

Dengan begitu, setelah memperhatikan sejenak lamanya, segera juga tampak Yang Kiong Sian merobah cara bersilatnya. Jika semula dia bersilat mengandalkan kekerasan untuk keras dilawan keras. Sekarang ini justru Yang Kiong Sian telah merobah cara bersilatnya. Dia telah mempergunakan kelunakan, dia lebih banyak mengelakkan diri dari setiap serangan lawannya, dan jika menyerang Yang Kiong Sian mengincar bagian bawah dari lawannya, yaitu ke dua kaki dari Dalpa Tacin.

Waktu itu, Yang Kiong Sian pun telah meneriaki ke tiga orang kawannya dengan mempergunakan kata-kata sandi, memberitahukan kelemahan dari Dalpa Tacin, agar mereka bertiga juga menyerang Dalpa Tacin dengan mempergunakan taktik seperti yang dipergunakannya, yaitu menyerang bagian bawahnya.

Serentak mereka berempat selalu menyerang bagian bawah penjagaan Dalpa Tacin.

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar