Beruang Salju Bab 71 Pengemis Melarat Unjuk Gigi

Beruang Salju Bab 71 Pengemis Melarat Unjuk Gigi
71 Pengemis Melarat Unjuk Gigi

“Ya, kau yang mulai!” sahut si pengemis.

“Tidak! Kau saja!” kata Hong Tia Liang yang tidak bersedia menyerang.

“Hemm, jika aku yang menyerangmu, tentu dalam satu jurus kau telah dapat kurubuhkan!”

“Aku tidak percaya!”

Si pengemis tertawa.

Kemudian dengan cepat ia melangkah menghampiri Hong Tia Liang.

“Lihatlah, dalam satu jurus ini aku akan merubuhkan dirimu!” kata si pengemis.

Berbareng dengan habisnya perkataan pengemis itu. tangan kanannya telah digerakkan menghantam kepada Hong Tia Liang.

Cara menyerang si pengemis biasa saja, karena dia telah menyerang dengan gerakan tangan yang sederhana sekali, bahkan dia seperti tidak mempergunakan kekuatan tenaga sama sekali.

Hong Tia Liang sendiri semula menduga bahwa serangan dari si pengemis merupakan serangan menggertak belaka. Akan tetapi waktu angin serangan itu menyambar datang, dia jadi kaget sendirinya, karena dia merasakan angin serangan itu kuat sekali, menerjang ke dadanya. Bahkan Hong Tia Liang merasakan napasnya sesak dan pandangan matanya berkunang-kunang!

Waktu itulah Hong Tia Liang mati-matian mengempos semangatnya. Dia telah mengerahkan seluruh tenaganya, dan berusaha buat menghindar.

Akan tetapi terlambat......

Karena tampak tubuh Hong Tia Liang telah terpental bergulingan di lantai.

Si pengemis tertawa keras.

“Apa yang kukatakan tadi tidak salah, bukan?” tanyanya. “Jika aku yang menyerangmu tentu dalam satu jurus aku dapat merubuhkan dirimu! Tokh aku menyerangmu hanya mempergunakan dua bagian tenaga dalamku! Jika memang aku mempergunakan lima bagian tenaga dalamku, jangan harap engkau masih bisa bernapas dan hidup lebih lama lagi!”

Hong Tia Liang jadi menggidik. Dan dia mengakui jika saja memang si pengemis membuktikan perkataannya itu dan menyerang dia lebih kuat, jelas dia tidak bisa hidup lebih lama lagi.

Tadi saja serangan si pengemis telah membuat napasnya jadi sesak dan matanya gelap berkunang-kunang. Akan tetapi Hong Tia Liang tidak mau menyerah begitu saja.

“Tinggal..... tinggal empat jurus lagi!” katanya dengan suara tergagap.

“Ya, empat jurus lagi!” kata si pengemis. sambil tersenyum. “Selama empat jurus itu engkau boleh menyerang diriku. Jika memang aku tidak bisa merubuhkan dirimu, itulah nasibku yang benar-benar sial, karena aku harus menggorok leherku sendiri!”

Sambil berkata begitu, si pengemis telah tertawa bergelak-gelak.

Hong Tia Liang saat itu telah berhasil berdiri, mukanya pucat. Tubuhnya juga agak sempoyongan.

Sejenak lamanya dia berdiri, berusaha mengatur jalan pernapasannya, buat mengempos dan mengumpulkan tenaga dalamnya! Dan setelah dia merasakan bahwa tenaga dalamnya kumpul, Hong Tia Liang membentak bengis. Tubuhnya menerjang kepada si pengemis dengan terjangan nekad dan pukulan yang mengandung maut, karena dia bermaksud menghantam binasa si pengemis.....!

Hong Tia Liang rupanya menyerang dengan sekuat tenaganya. Dia percaya, jika memang serangannya ini berhasil mengenai sasarannya, niscaya si pengemis akan terhajar binasa. Akan tetapi pengemis itu memang benar-benar sangat tangguh sekali, selain lweekangnya yang telah mahir, ginkangnya sangat sempurna sekali.

Waktu melihat Hong Tia Liang telah menyerangnya, dia berdiam diri dulu sejenak. Baru kemudian di waktu serangan Hong Tia Liang akan tiba, dia telah mencelat dengan gesit sekali. Dalam waktu yang singkat dia telah lenyap dari hadapan Hong Tia Liang, karena pengemis itu telah berada di belakang orang she Hong tersebut.

Belum lagi Hong Tia Liang sempat memutar tubuhnya, waktu itulah tangan kanan si pengemis telah menepuk pundaknya, dengan tepukan yang tampaknya sangat perlahan sekali. akan tetapi hasilnya memang sangat luar biasa, karena tubuh Hong Tia Liang seketika terjungkal terjerunuk ke depan, di mana mukanya telah mencium tanah!

Hong Tia Liang terbang semangatnya, dia kaget tidak terkira. Dalam keadaan seperti itu Hong Tia Liang sudah tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Dia telah terjungkal dengan membarengi bergulingan belaka. Hanya itu satu-satunya jalan buat menghindarkan agar tidak menerima luka di dalam yang terlalu hebat.

Pengemis itu sendiri telah tertawa dingin, katanya dengan mengejek: “Nah, kau berdirilah, marilah kita teruskan lagi! Tinggal tiga jurus lagi!”

Sedangkan Hong Tia Liang telah merangkak bangun, dari hidungnya yang telah bocor mengalir keluar darah yang merah membasahi bibir dan pipinya. Waktu itu dia berdiri dengan hati yang bimbang dan ngeri. Sebab dia telah menyadari bahwa dirinya memang bukan menjadi tandingan dari pengemis tersebut. Kalau tokh pertempuran ini diteruskan, niscaya dirinya yang akan terbinasa seperti juga Wie Sung Ie, kawannya itu.

Akan tetapi si pengemis telah tertawa dingin berulang kali dan menantangnya agar dia menyerang lagi. Akhirnya dengan nekad, Hong Tia Liang menyerang lagi. Kali ini dia berlaku nekad dan kalap karena dia telah berpikir, jika tokh dia harus terbinasa di tangan si pengemis, maka sedikitnya dia harus dapat membinasakan pengemis itu juga, agar mereka mati bersama-sama.

Setelah menerjang dengan kuat, sepasang tangan dan kakinya digerakkan dengan serentak. Dia telah menyerang dengan membabi buta dan juga mempergunakan seluruh kekuatan tenaga yang masih bersisa di dirinya.

Orang she Tung, wanita setengah baya, gadis kecil dan ke dua pemuda itu, berdiri kagum memandang si pengemis yang mempermainkan Hong Tia Liang. Mareka sangat kagum atas kepandaian pengemis itu.

Sedangkan si pengemis sendiri yang menghadapi kenekadan Hong Tia Liang, tidak merobah cara bertempurnya, karena dia tetap saja tertawa-tawa dan berulang kali menggerak tangannya buat menangkis serangan lawannya. Dan jika memang Hong Tia Liang menyerang dengan desakan nekad, dia telah mencelat ke samping, sambil terus menghitung: “Tinggal dua jurus lagi....., tinggal satu jurus lagi!”

Hong Tia Liang semakin kalap saja waktu melihat telah empat jurus dia masih belum bisa merubuhkan pengemis itu. Sedangkan untuk mendesak saja dia sudah tidak bisa, apa lagi mengharapkan bisa merubuhkan pengemis itu.

Karenanya pada jurus yang terakhir itu, Hong Tia Liang sudah tidak memikiri keselamatan dirinya. Sambil disertai bentakan yang bengis tubuhnya mencelat cepat sekali, dia telah menyerang sekuat tenaga dengan ke dua telapak tangan yang dibuka.

Si pengemis sendiri tidak menyingkir, dia menantikan sampai tibanya serangan Hong Tia Liang. Setelah dekat, dia menyambuti dengan ke dua telapak tangannya.

“Bukkkk!” Luar biasa sekali tenaga tangkisan dari pengemis itu, sehingga tubuh Hong Tia Liang terpental sejauh empat tombak lebih, kemudian terbanting di lantai dengan napas yang telah putus! Dia telah menemui ajalnya!

Si pengemis berdiam diri sejenak, dia menghela napas dalam. Rupanya pengemis ini mengatur jalan pernapasannya buat memulihkan semangat dan tenaganya.

Hong Tia Liang tadi waktu menyerang kiranya telah mempergunakan seluruh sisa tenaganya, sehingga tenaga serangannya itu hebat bukan main. Walaupun si pengemis memang memiliki kepandaian yang tinggi, tokh kenyataannya serangan dari Hong Tia Liang menyebabkan goncangan yang tidak kecil pada kuda-kuda ke dua kakinya, di mana tenaga murninya telah tergoncang juga.

Itulah sebabnya si pengemis telah cepat-cepat mengatur jalan pernapasannya, karena dia bermaksud untuk dapat memulihkan tenaga dan semangatnya, agar tidak terluka di dalam akibat serangan nekad Hong Tia Liang tadi.

Orang she Tung itu cepat-cepat menghampiri si pengemis guna menyatakan terima kasihnya.

Sambil merangkapkan ke dua tangannya dia menjura kepada pengemis itu, katanya: “Terima kasih atas pertolongan yang diberikan in-kong!”

Si pengemis tertawa, dia telah menyingkir tidak mau menerima pemberian hormat yang dilakukan orang she Tung tersebut. Dia hanya bilang: “Jangan banyak peradatan..... jangan banyak paradatan...... sudahlah..... sudahlah..... itu suatu yang tidak berarti sama sekali, dia memang seorang manusia busuk yang patut memperoleh ganjaran!”

Sedangkan kawan orang she Tung, yaitu wanita setengah baya, gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga telah datang menghampiri dan menjura menghaturkan terima kasih kepada pengemis itu.

Si pengemis pun sama seperti tadi telah menghindar tidak mau menerima pemberian hormat tersebut, bahkan dia telah bilang juga: “Jika kalian selalu mempergunakan cara-cara peradatan, maafkan, aku si pengemis melarat tak bisa menemani terlalu lama!”

Karena si pengemis berkata begitu, ke lima orang tersebut jadi tidak memberikan hormat lebih lanjut, cuma saja orang she Tung itu telah berkata: “Sesungguhnya, memang kami sangat berterima kasih sekali. Jika memang in-kong tidak mau menerima pernyataan terima kasih kami, itulah yang tidak bisa kami katakan. Akan tetapi tetap saja di dalam hati kami sangat berterima kasih sekali!”

Sedangkan si pengemis telah tertawa, katanya: “Mengenai ucapan terima kasih, dapat dipergunakan dalam kesempatan lainnya, tetapi memang apa yang telah kulakukan ini demi kepentingan Kay-pang juga, perkumpulanku. Karena ke dua orang ini sesungguhnya merupakan dua orang musuh Kay-pang yang membahayakan dan memang harus dimusnahkan. Karena dari itu, mau atau tidak, memang aku si pengemis melarat harus dapat turun tangan membinasakannya, guna melenyapkan bibit bahaya buat kaum kami!

“Mereka adalah dua orang perwira kerajaan yang tengah menyamar dan bermaksud ingin mengacaukan rapat besar Kay-pang yang tidak lama lagi akan diselenggarakan!”

Mendengar perkataan si pengemis, orang she Tung tersebut telah memperlihatkan sikap yang terkejut, malah dia mengeluarkan seruan tertahan.

“Apa maksudnya ke dua orang itu berurusan dengan kami yang bukan anggota Kay-pang? Bukankah mereka memiliki tugas menyamar guna mengacaukan rapat besar Kay-pang? Jika memang mereka berdua tidak mencari urusan dengan kami, tokh penyamaran mereka itu, dapat berlaku dengan baik dan tidak akan diketahui?!”

Dengan bertanya seperti itu tampaknya memang orang the Tung tersebut diliputi perasaan heran.

Si pengemis tertawa, kaatanya untuk menjelaskan. “Kalian jangan heran justru mereka merupakan dua orang perwira yang memiliki adat aseran. Walaupun mereka memiliki tugas yang cukup berat dari atasannya guna menyamar dan menyelusup ke dalam rapat besar Kay-pang tokh kenyataannya mereka tidak bisa menahan diri, sehingga membuat mereka harus menemui kegagalan dalam melakukan tugas mereka dan malah telah menemui kematian di tanganku si pengemis melarat!”

“Dengan demikian, kami telah menyusahkan in-kong!” kata orang she Tung itu.

“Uh tidak, mengapa harus menyusahkan diriku? Bukankah semua ini kulakukan atas kehendakku sendiri!” kata si pengemis cepat sekali.

“Ya, justru karena kami, maka in-kong telah membunuh ke dua orang itu, menyebabkan dendam dari pihak kerajaan terhadap Kay-pang semakin besar juga!”

“Tidak, kalian jangan berpikir seperti itu!” kata si pengemis cepat. “Janganlah kalian menduga yang tidak-tidak!”

Setelah berkata begitu si pengemis menghela napas dalam-dalam, tampaknya dia tengah berpikir keras sekali, sampai akhirnya dia berkata lagi.

“Memang Kay-pang kamipun telah mengetahui perihal maksud pihak kerajaan yang ingin menghancurkan kami, karena bermaksud menanamkan kekuasaan yang besar di daratan Tiong-goan, sehingga tidak ada sesuatu kekuatan pun yang bisa menggoyahkan kedudukannya di tahta kerajaan! Jika memang mau dipikirkan masak-masak maka tampaknya memang sulit sekali buat dihadapi secara berterang.

“Karena sekali saja kami melakukan suatu kesalahan yang kecil, maka kesalahan kecil tersebut segera di pegangnya oleh pihak kerajaan sebagai bahan untuk dapat menghancurkan kami dengan kekuatannya! Hemm, akan tetapi kami dari Kay-pang tidak merasa gentar!”

Waktu berkata begitu, tampaknya si pengemis memancarkan perasaan gusar dari wajahnya. Sama sekali dia tak memperlihatkan perasaan gentar. Walaupun dia tengah berurusan dengan pihak kerajaan, di mana memang diapun telah membunuh ke dua orang dari kerajaan berarti pihak kerajaan akan melakukan pengejaran yang sangat ketat padanya.

Orang she Tung itu, bersama dengan wanita setengah baya, si gadis cilik dan ke dua pemuda itu, juga merasa kagum sekali.

Di saat orang she Tung itu, yang telah mem perkenalkan dirinya bernama Tung Lo Sang, ingin berkata-kata lagi di saat itulah terdengar suara langkah kaki yang sangat berat dan ramai.

Di ambang pintu rumah makan tersebut telah muncul lima orang tentara berpakaian lengkap, yang sebagian terbuat dan besi. Di pinggang mereka tampak tergantung masing-masing sebatang golok. Dan dua orang di antara mereka telah mencabut goloknya dari sarungnya, dan telah mencekalnya kuat-kuat, sinar dari golok yang berkilauan itu tampak mengerikan.

“Siapa yang telah berani membunuh Hong Ciangkun? Siapa yang telah berani membinasakan Hong Ciangkun?” teriak mereka dengan suara yang berisik sekali.

Akan tetapi si pengemis tersenyum mengejek, dengan tenang dia menyahuti: “Aku yang telah membunuhnya!”

Waktu itu tampak jelas sekali, ke lima orang ini yang rupanya telah menerima laporan dari seseorang mengenai pembunuhan tersebut dan datang tergesa-gesa, sudah tidak mau banyak bicara lagi. Mereka telah melompat dan cepat sekali telah menggerakkan golok masing-masing menyerang kepada si pengemis.

Gerakan mereka tampaknya tidak bisa diremehkan, karena ilmu golok mereka tidak ringamn. Tampaknya mereka berlima bukanlah tentara kerajaan biasa, sedikitnya mereka merupakan orang-orang yang memiliki kepandaian cukup tinggi hanya saja menyamar sebagai tentara negeri.

Sedangkan si pengemis telah berkata dingin, “Kalian menyingkir ke samping dulu, biarlah aku yang melayani mereka!” Kata-kata itu ditujukan kepada Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya.

Tung Lo Sang dan ke empat orang kawannya tidak berani membantah, mereka segera menyingkir ke samping ruangan. Mereka juga yakin bahwa pengemis ini memang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, sehingga tidak perlu dikuatirkan untuk melayani ke lima orang tentara negeri tersebut.

Di waktu itu tampak ke lima orang tentara negeri tersebut telah menggerakkan golok mereka masing-masing menyerang dengan hebat. Semula yang dua orang dulu menyerang dengan golok mereka, karena justru memang merekalah yang semula telah mencabut golok.

Menyusul kemudian ke tiga orang tentara negeri lainnya yang telah mempergunakan golok mereka ikut menyerang. Mereka telah menyerang dari segala jurusan dengan cara mengeroyok. Sinar golok telah berkilauan menyambar ke arah si pengemis.

Akan tetapi si pengemis tetap berdiri tenang-tenang di tempatnya, sama sekali ia tidak jeri dan tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Hanya saja matanya yang telah dipentang lebar-lebar dan telah mengawasi menyambarnya golok dari ke lima orang lawannya.

Waktu melihat senjata dan ke lima orang lawannya menyambar dekat, seketika itu juga si pengemis mulai bergerak. Dia dapat bergerak gesit sekali, karena dengan menggoyangkan tubuh bagian atas, dia dapat menghindarkan diri dari sambaran ke dua golok lawannya, sedangkan ke tiga golok dari lawan-lawannya yang lain dihadapi dengan cara menyentil, menyampok dan juga mengibas dengan lengan bajunya.

Dengan mudah dan dalam waktu sekejap mata saja, dia berhasil memunahkan serangan dari lawan-lawannya itu.

Rupanya ke lima orang tentara negeri itu jadi terkejut melihat pengemis ini dapat dalam satu gerakan saja telah memunahkan serangan mereka bertiga. Di antara seruan yang sangat nyaring dan bengis sekali, tampak mereka berlima telah mengulangi serangannya. Akan tetapi sekarang ke lima tentara negeri itu berlaku hati-hati. Dalam menyerang mereka pun memperhitungkan tenaga dan sasaran yang mereka intai dengan cermat.

Akan tetapi pengemis tersebut benar-benar sangat tangguh, karena dia memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, sehingga setiap serangan yang dilancarkan oleh lawannya, dapat dihadapi dengan baik.

Malah ketika salah seorang tentara negeri itu melompat dan menyerang dengan bacokan yang mematikan ke batang lehernya, si pengemis kali ini tidak menyingkir, dia tidak berusaha mengibas dengan lengan bajunya. Cuma saja, waktu golok menyambar detang, dia telah mempergunakan ke dua jari tangannya, di mana dia telah menjepit golok itu.

Hebat jepitan yang dilakukan oleh si pengemis. Karena golok tersebut tidak dapat bergerak lebih jauh, dan telah mandek di tengah udara. Cepat luar biasa si pengemis telah menggerakkan tangan kanannya, dia juga menotok ke arah biji mata lawannya.

Tentu saja hal ini membuat lawannya jadi kaget tidak terkira dan cepat-cepat telah melompat mundur, karena mau tidak mau dia harus melindungi ke dua biji matanya, di mana dia harus melepaskan goloknya dan melompat ke belakang. Terlambat sedikit saja, niscaya biji matanya akan menjadi korban yang tidak akan dapat dielakkan lagi, dan berarti dia akan buta seumur hidupnya.

Sedangkan si pengemis sendiri setelah memperoleh golok rampasannya, dia melompat dan menggerakkan goloknya itu berulang kali, membacok ke sana ke mari. Tampak golok-golok lawannya setiap kali terbentur oleh golok si pengemis, telah terpental dan hampir terlepas dari cekalan masing-masing.

Sedangkan si pengemis setelah bertempur belasan jurus lagi, merasa bahwa waktunya telah tiba. Dia mengeluarkan suara bentakan nyaring dan di saat itu goloknya telah menyambar-nyambar seperti juga menyambarnya petir. Dengan cepat pula telah berhasil menyampok dua golok dari ke dua orang lawannya, yang seketika terpental terlepas dari tangannya, karena golok itu telah menancap di langkan ruangan rumah makan tersebut.

Ke dua orang tentara negeri itu melompat mundur dengan wajah yang pucat dan merasakan telapak tangan mereka sangat nyeri sekali.

Dalam keadaan seperti ini, si pengemis telah mengeluarkan suara seruan sangat nyaring, tubuhnya berkelebat dan goloknya telah bekerja kembali, di mana dia telah membacok ke dua orang lawannya yang lainnya!

Ke dua lawannya itu telah berusaha menangkis, akan tetapi salah seorang di antara mereka rupanya menangkis dengan tergesa-gesa, sehingga tenaga menangkisnya itu tidak sepenuhnya, membuat goloknya jadi terdorong dengan kuat, terpental dan belakang golok itu telah menghantam mukanya.

Untung saja dia masih dapat mempertahankan meluncurnya golok tersebut. Dengan demikian telah membuat golok itu tidak sampai membelah kepalanya namun mukanya telah berlumuran darah segar.

Dengan mengeluarkan suara bentakan bengis, dia telah membacok buat mengadu jiwa. Golok lawannya, dengan muka yang berlumuran darah segar itu telah menderu-deru menyambar sekuat tenaga, karena dia bermaksud untuk binasa bersama-sama dengan si pengemis.

Dalam keadaan seperti ini, seketika juga si pengemis mempergunakan jurus yang mementingkan penyerangan di bagian bawah. Dia menekuk ke dua kakinya dan telah menggerakkan goloknya dengan cara menyilang, dia menyerang ke dua kaki lawannya.

Serangan tentara itu jatuh di tempat kosong karena si pengemis tahu-tahu telah berjongkok.

Belum lenyap kagetnya, justru ke dua kakinya telah disambar golok si pengemis. Karena dalam keadaan terdesak seperti itu sudah tidak ada lain jalan, dia melompat ke atas.

Lompatan yang dilakukannya sangat tergesa-gesa sekali, dan lebih cepat lagi gerakan golok dari si pengemis yang menyambar ke arah atas, ke arah selangkangannya.

Seketika tubuh di bagian bawah dari tentara negeri tersebut telah terbelah dua, darah mengucur deras sekali, dengan diiringi oleh suara jeritan kematian. Tubuhnya roboh menggeletak tidak bernapas lagi.

Si pengemis telah bersilat terus dengan goloknya yang berlumuran darah. Dia menyerang ke sana ke mari dengan gerakan yang sangat cepat.

Akan tetapi ke empat orang lawannya, yang kini telah ciut nyalinya dan juga telah lenyap keberanian mereka karena menyaksikan pemandangan yang ngiris atas kematian kawan mereka yang seorang itu, membuat mereka menyerang dengan hanya main berputaran tidak hentinya.

Setiap serangan mereka tidak memiliki arti dan juga selalu main kucing-kucingan belaka, jika memang si pengemis menyerang salah seorang.

Setelah membinasakan salah seorang lawannya, si pengemis juga terpikir bahwa dia tidak dapat mengampuni ke empat orang lawannya itu, karena salah seorang di antara mereka ada yang lolos dari tangannya tentu mereka akan datang membawa kawan lagi yang jumlahnya lebih banyak.

Setelah berpikir begitu, si pengemis menggerakkan goloknya lebih cepat pula dengan jurus yang sulit diterka ke arah mana sasarannya.

Tak lama kemudian, setelah lewat tiga jurus, terlihat si pengemis berhasil membacok pundak salah seorang lawannya, yang seketika menjerit nyaring dan terhuyung mundur dengan tubuh yang bergoyang-goyang. Muka orang tersebut pucat pias, dan tubuhnya menggigil, goloknya terlepas. Ternyata bacokan dari si pengemis hampir saja membuat pundak orang itu putus.

Sedangkan ke tiga orang tentara negeri yang lainnya ketika menyaksikan kawan mereka telah rubuh lagi, segera berseru nyaring, mereka telah melompat mundur untuk menjauhi diri.

Rupanya mereka bertiga yakin bahwa diri mereka bukan tandingan dari si pengemis. Jika memang mereka memaksakan diri juga buat bertempur terus, niscaya hanya akan menyebabkan mereka akan menemui kematian di tangan si pengemis. Karena dari itu mereka bermaksud hendak melarikan diri.

Akan tetapi si pengemis tidak mau membiarkan mereka melarikan diri, secepat kilat golok si pengemis telah bergerak, dia telah menyerang dahsyat sekali. Dalam penyerangannya itu dia melakukan tiga gerakan mengincar ke tiga orang lawannya sekali gus.

Si pengemis memang telah menyerang dengan gerakan yang sulit sekali dielakkan lawannya. Karena disamping kekuatan tenaga dalamnya yang hebat, juga setiap serangan itu memiliki gerakan yang aneh, menyebabkan ke tiga orang lawannya bermaksud hendak menangkis, namun ternyata tidak dapat. Karena memang gerakan si pengemis begitu aneh, dan tahu-tahu bahu mereka bertiga telah kena dibacok.

Seketika ke tiga orang itu mengeluarkan suara teriakan kesakitan.

Dengan tubuh terhuyung mereka mundur beberapa langkah dan berusaha mempertahankan diri dengan gerakan yang sangat lemah sekali, darah telah mengucur keluar dari tubuh mereka.

“Pengemis busuk, kami akan membalas kebaikan hatimu ini!” kata mereka hampir berbareng dengan suara mengancam dan mengandung dendam.

Akan tetapi si pengemis malah tertawa dingin. Dia telah membentak: “Kalian bermaksud hendak melarikan diri? Hemm, jangan harap. Tidak nantinya aku akan melepaskanmu....!”

DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar