Beruang Salju Bab 78 Tanda Pengenal Pisau Pendek

Beruang Salju Bab 78 Tanda Pengenal Pisau Pendek
78 Tanda Pengenal Pisau Pendek

Disebabkan itu pula Yo Him juga menantikan dengan sabar. Setiap serangan lawannya dihadapi dengan tenang dan pertahanan yang gigih sekali.

Sedangkan Lengky Lumy semakin tidak sabar, berulang kali dia mengeluarkan suara bentakan yang mengguntur. Dia menyerang bertubi-tubi, setiap kali dia menyerang tenaganya berkesiuran menderu-deru.

Demikian juga halnya dengan Gochin Talu, dia mulai tidak sabar. Hanya saja cara menyerang dari Gochin Talu lebih tenang jika dibandingkan dengan Lengky Lumi.

Di antara berkesiuran angin yang begitu cepat dan kuat sekali, Yo Him masih sanggup buat mempertahankan kedudukan dirinya. Dia dapat mempertahankan kedudukannya dengan baik tanpa pernah terdesak.

Sedangkan ke dua lawannya semakin bernafsu menyerang. Yo Him jadi girang hatinya dia selalu memunahkan serangan lawannya dengan tersenyum simpul.

Waktu itu pertempuran yang tengah berlangsung antara Tiat To Hoat-ong dengan Swat Tocu semakin hebat. Ke duanya menggerakkan tangan mereka semakin lambat. Akan tetapi semakin lambat gerakan tangan mereka, tenaga yang mereka pergunakan itu semakin kuat, sehingga tubuh mereka bergoyang-goyang seperti akan rubuh. Yang luar biasa, sepasang kakinya mereka seperti telah tertanam dalam di dalam tanah, sama sekali tidak bergoyang walaupun tubuh mereka bergoyang seperti itu.

Swat Tocu yang memperoleh kenyataan seperti ini, beberapa kali berusaha mengempos seluruh kekuatannya, karena dia tidak mau jika harus binasa atau terluka bersama dengan lawannya. Swat Tocu bermaksud hendak merubuhkan lawannya.

Dalam keadaan demikian, segera juga Swat Tocu telah mengerahkan tenaga dinginnya itu semakin kuat.

Seluruh tubuh Tiat To Hoat-ong seperti dilapisi oleh lapisan es. Setiap butir keringat yang mengucur keluar dari pori-pori kulitnya, segera menjadi es.

Akan tetapi disebabkan Tiat To Hoat-ong memiliki ilmu sehebat Soboc, yang memiliki sifat sangat panas seperti api, maka dia masih tertolong jiwanya. Jika tidak, tentu tubuhnya telah dilapisi oleh es yang tebal sekali, yang akan membuat darahnya membeku dan tidak bisa beredar dengan lancar.

Tiat To Hoat-ong sendiri tidak tinggal diam, karena dia melihatnya jika dia hanya menyambuti dan menerima serangan Swat Tocu niscaya akhirnya dia yang bisa rubuh. Walaupun setiap tenaga serangannya itu bisa dipunahkan oleh Swat Tocu, akan tetapi dia tidak pernah berputus asa.

Dan dia telah berulang kali menyerang hebat sekali, dengan penuh kenekadan, karena mengetahui bahwa pertempuran kali ini merupakan pertempuran yang menentukan. Jika satu kali saja dia dirubuhkan oleh Swat Tocu, niscaya dia akan terluka di dalam yang parah sekali, yang akan biasa membuatnya binasa.

Dalam keadaan seperti itu, Yo Ko juga sudah tidak bisa tinggal diam, sambil mengeluarkan seruan nyaring, tiba-tiba Yo Ko telah melompat dan menyelak ditengah-tengah Swat Tocu dan Tiat To Hoat-ong.

Dia tidak mempergunakan tangan kirinya, hanya tangan kanannya yang kosong tersebut buat mengibas.

Cara mengibasnya itu disertai dengan kekuatan tenaga dalam yang hebat. Justru dengan caranya seperti yang itu Yo Ko berhasil memunahkan tenaga Tiat To Hoat-ong maupun tenaga Swat Tocu yang sejak tadi berhimpitan.

Yo Ko telah menghadapi Tiat To Hoat-ong sambil tersenyum mengejek.

“Hemmm, aku ingin sekali meminta pengajaran darimu, karena dari itu, maafkanlah aku telah mengganggu kegembiraan kalian.....!” setelah berkata begitu, tanpa menantikan lagi jawaban dari Tiat To Hoat-ong, tampak Yo Ko telah mengibaskan lengan baju sebelah kanan yang kosong itu.

Segera terlihat tubuh Tiat To Hoat-ong terhuyung lagi, karena waktu itu sebenarnya Tiat To Hoat-ong tengah mengerahkan tenaga dalamnya buat mengatur jalan pernapasannya. Sebab dia masih merasa letih sekali, dan sekarang telah tiba serangan dari Yo Ko, membuat dia jadi terhuyung mundur hampir kejengkang. Beruntung dia memang memiliki latihan lweekang yang sempurna, sehingga dirinya tidak sampai perlu jatuh terguling.

Dalam keadaan seperti itu Yo Ko tidak tinggal diam. Dia sebagai seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki nama sangat menggetarkan sekali, dan mengetahui bahwa Tiat To Hoat-ong lah yang merupakan sumber keributan yang ada selama ini. Karenanya Yo Ko telah bertekad, walaupun bagaimana Tiat To Hoat-ong harus dibinasakan, dimusnakan.

Itulah sebabnya Yo Ko tanpa membuang-buang waktu telah mengerahkan tenaga dalamnya yang tertinggi dan menyerang beruntun tanpa memberikan kesempatan sedikitpun kepada Tiat To Hoat-ong.

Tiat To Hoat-ong bukan main mendongkolnya, beberapa kali dia berseru memaki ka- lang kabutan serabutan dengan bahasa Boan.

Di saat itu terlihat Tiat To Hoat-ong telah terdesak hebat sekali. Berulang kali Tiat To Hoat-ong juga mengeluh di dalam hatinya.

Koksu negara ini yakin bahwa dalam beberapa jurus lagi dia tentu tidak akan sanggup menghadapi serangan Yo Ko, karena telah terkandung niat dalam hatinya buat meneriaki orang-orangnya, agar mereka ikut menyerbu dan dengan mempergunakan kesempatan di mana tengah terjadi kakacauan, Tiat To Hoat-ong ingin meloloskan diri.

Yo Ko sendiri telah memperhebat serangannya. Sebagai tokoh sakti Yo Ko mengetahui paling lambat tujuh jurus lagi tentu dia akan dapat merubuhkan Tiat To Hoat-ong.

Sedangkan waktu itu Tiat To Hoat-ong memang sudah tipis sekali harapannya buat dapat menghadapi Yo Ko, dan dia telah mengambil keputusan. Dia telah berseru dengan nyaring sekali: “Serang semuanya, keluarlah kalian.....!”

Berbareng dengan aba-aba yang diberikan Tiat To Hoat-ong, tampak beberapa ratus orang pengemis telah menerjang maju ke tengah gelanggang.

Mereka semuanya berpakaian sebagai pengemis, sehingga mempersulit orang-orang Kay-pang sendiri buat mengenali mana kawan dan mana lawan.

Seketika terjadi pertempuran yang sangat kacau sekali, karena tampak beberapa orang pengemis yang tidak bisa mengenali mana kawan dan mana lawan, telah terbunuh di dalam arena pertempuran tersebut.

Yeh-lu Chi jadi terkejut, cepat-cepat dia melompat ke tempat yang tinggi, dia telah berseru nyaring: “Semua murid Kay-pang mengambil tempat di kanan dan menghadapi mereka dengan tabah!”

Maka dari itu, bergeraklah barisan pengemis ke sebelah kanan, dan mereka telah berusaha untuk memisahkan diri dari pihak lawan yang menyamar dengan berpakaian sebagai pengemis juga.

Akan tetapi orang-orang Tiat To Hoat-ong juga tidak tolol.

Melihat bahwa para pengemis itu berusaha memisahkan diri ke sebelah kanan, sehingga kelak akan diketahui mana kawan dan mana lawan, segera juga tanpa membuang waktu mereka pun berduyun-duyun ke sebelah kanan.

Sambil bergerak ke kanan, merekapun telah menggerakkan senjata mereka, maka korban telah berjatuhan lagi dengan jumlah yang banyak.

Yeh-lu Chi yang menyaksikan ini jadi berkuatir sekali, karena anggota Kay-pang sendiri telah bingung, selamanya mereka tidak bisa mengenali mana kawan dan mana lawan. Hanya saja jika memang mereka diserang oleh pengemis lainnya, maka mereka beranggapan pengemis yang menyerang mereka itu adalah pengemis palsu yang menyamar, dan mereka memberikan perlawanan.

Akan tetapi dengan keadaan seperti itu, sangat kacau sekali keadaan di lembah tersebut. Rapat besar Kay-pang yang semula diselenggarakan untuk mengambil keputusan dan tekad dalam menghadapi bangsa penjajah itu, telah dibanjiri oleh darah.....

Sedangkan para orang-orang gagah yang menyaksikan pertempuran yang tengah berlangsung itu telah berusaha untuk mencari-cari mana murid Kay-pang yang sebenarnya dan mana yang menyamar. Akan tetapi selama itu mereka tidak berhasil membedakannya.

Dan para orang-orang gagah itu yakin bahwa mereka pasti akan berhasil menemukan tanda pengenal dari pengemis-pengemis palsu itu. Sebab walaupun bagaimana, di antara mereka, pihak musuh, akan ada tanda pengenal buat mereka mengenali satu dengan yang lainnya.

Karena dari itu, setelah memperhatikan sekian lama, akhirnya Oey Yong yang sangat cerdik sekali telah bisa melihat ada kelainan pada pengemis-pengemis lawan.

Dia menyaksikan betapa di setiap pinggang dari pengemis yang menyerang anggota Kay-pang tentu membawa sebatang pisau pendek yang diselipkannya di antara tengah-tengah pinggang mereka.

Segera juga Oey Yong mengambil kesimpulan bahwa pisau pendek itulah sebagai tanda pengenal mereka. Seketika Oey Yong telah bersiul nyaring dia melompat ke samping Yeh-lu Chi.

Dengan mengerahkan lweekangnya dia berseru nyaring: “Semua murid Kay-pang dengarlah baik-baik! Setiap pengemis yang membawa pisau pendek di pinggang mereka adalah lawan kita, bunuhlah mereka.....!”

Dengan adanya pemberitahuan seperti itu, seketika para murid Kay-pang telah memperhatikan setiap pengemis di pinggangnya, dan jika memang terdapat sebilah pedang pendek di pinggang mereka, maka murid-murid Kay-pang telah menyerangnya dengan hebat.

Sekarang mereka sudah tidak ragu-ragu lagi, sebab memang mereka telah mulai dapat melihat mana kawan dan mana lawan.

Sedangkan pengemis-pengemis palsu itu sama sekali tidak berani melepaskan pedang pendek mereka dari pinggang masing-masing. Walaupun mereka menyadari bahwa rahasia isyarat mereka telah diketahui oleh pihak lawan, sehingga tanda pengenal mereka itu malah membawa malapetaka buat mereka.

Jika mereka melepaskan pisau pendek tersebut, justru mereka kuatir akan dianggap oleh kawan-kawan mereka sebagai murid Kay-pang yang sebenarnya, dan murid Kay-pang juga akan menyerangnya, disamping kawan-kawan mereka sendiri yang akan menyerangnya. Karena dari itu, segera juga mereka memperhebat perlawanan tanpa membuang pisau pendek di pinggang mereka.

Dengan demikian terjadi pertempuran mati hidup yang menentukan.

Mereka sudah tidak memandang siapa lawan mereka. Jika memang pengemis palsu dengan pisau di pinggang melihat pengemis tanpa pisau di pinggangnya, segera menyerangnya dengan hebat dan mematikan. Demikian juga sebaliknya.

Begitulah, banjir darah terjadi di lembah tersebut.

Sedangkan para orang gagah yang menjadi sahabat Kay-pang telah ikut turun tangan juga. Dalam pertempuran tersebut, karena mereka memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, banyak pengemis palsu yang telah dibinasakan.

Sedangkan para pengemis palsu itu, yang:merupakan anak buah dari Tiat To Hoat-ong berusaha memberikan perlawanan yang gigih.

Dalam kekacauan seperti itu, tiba-tiba di tengah udara terlihat cahaya terang yang memijar dan seketika terlihat kobaran api di beberapa tempat.

Seketika timbul kepanikan dan kebingungan dari para pengemis itu.

Rupanya ada orang-orang yang telah membakar beberapa bagian dari lembah tersebut. Terutama sekali bagian yang menuju keluar dari lembah itu, api telah berkobar sangat besar.

Jika mereka tidak berhasil menemukan jalan keluar dari lembah ini, niscaya akan menyebabkan mereka tertembus hidup-hidup di dalam lembah tersebut.

Karena itu pertempuran semakin kacau, selain mereka berusaha untuk membunuh dan membinasakan lawan mereka, juga masing-masing berusaha agar dapat meninggalkan lembah tersebut.

Akan tetapi, tampaknya tidak mudah buat mereka meninggalkan tempat itu. Sebab pertempuran yang terjadi begitu kalut, sehingga membuat mereka selalu terlibat dalam pertempuran yang kacau balau. Dan mereka sendiri tidak mengetahui harus melakukan apa selain hanya menggerakkan senjata buat membinasakan lawan mereka yang terdekat.

Pertempuran antara Yo Ko dengan Tiat To Hoat-ong juga semakin hebat.

Dalam kekacauan seperti itu, beberapa kali Tiat To Hoat-ong berusaha melepaskan diri dari libatan Yo Ko, karena dia bermaksud akan melarikan diri. Akan tetapi Yo Ko sama sekali tidak mau melepaskannya, dia terus menyerang Tiat To Hoat-ong dengan hebat.

Swat Tocu yang menyaksikan pertempuran yang telah kalut seperti itu, segera melompat ke samping muridnya, yaitu Ko Tie, dia telah berseru menganjurkan agar muridnya itu melompat ke punggungnya, buat menggemblok di situ.

Segera juga Ko Tie menuruti perintah dari gurunya, dia telah melompat ke punggung Swat Tocu.

Dengan demikian Swat Tocu tidak perlu menguatirkan lagi keselamatan muridnya di dalam keadaan yang begitu kacau. Dengan segera Swat Tocu dapat menggerakkan tangannya menghantami pengemis-pengemis yang memiliki pedang pendek di pinggangnya.

Setiap kali Swat Tocu menggerakkan tangannya, maka akan berjatuhan korban. Dengan begitu korban yang berjatuhan semakin banyak korbannya.

Tiat To Hoat-ong melihat dengan keadaan seperti itu tentu tidak akan menguntungkan dirinya dan pihaknya. Beberapa kali dia berseru dalam bahasa Boan, memberikan petunjuk kepada anak buahnya.

Sedangkan Yo Him yang tengah terlibat dalam pertempuran dengan Lengky Lumi dan Gochin Talu, juga tidak kurang serunya. Dia menghadapi ke dua lawannya yang berusaha untuk merubuhkannya, sebab mereka bermaksud untuk segera membantui orang-orangnya.

Akan tetapi kepandaian Yo Him sangat tinggi, jangankan merubuhkan dan membinasakan Yo Him, sedangkan buat mendesak Yo Him saja mereka tidak sanggup.

Bahkan, tampak beberapa kali Yo Him membuat mereka kelabakan dan berusaha memperbaiki kedudukan mereka agar dapat memberikan perlawanan yang lebih gigih pada Yo Him.

Sasana yang melihat keadaan telah kacau seperti itu, pun tidak tinggal diam.

Gadis tersebut mencabut pedangnya, yang dibolang-balingkan. Dia mendengar bahwa pengemis yang membawa pisau pendek di pinggangnya adalah musuh, maka pedangnya bekerja dengan cepat sekali kepada pengemis-pengemis yang membawa pedang pendek di pinggang mereka.

Sasana sambil bertempur mempergunakan pedangnya, dia juga berusaha mendekati Yo Him. Akhirnya gadis tersebut berhasil menggeser kedudukan dirinya, dia telah berada di dekat Yo Him.

“Him Koko, jangan kuatir, aku akan segera membantumu!” berseru si gadis.

Sambil berseru begitu pedangnya juga telah menikam dengan sebat sekali ke arah punggung Lengky Lumi, yang waktu itu berada dekat sekali dengannya.

Sebenarnya Lengky Lumi tengah mencurahkan seluruh perhatiannya pada serangan-serangan Yo Him, dan dia jadi kaget tidak terkira waktu merasakan dari punggungnya telah menyambar angin serangan yang tajam sekali.

Cepat-cepat Lengky Lumi mengelakkan serangan itu, akan tetapi gerakannya terlambat sedikit maka pundaknya telah terluka dan darah mengalir keluar......

Y

Dengan kalap tampak Lengky Lumi telah mencabut senjatanya, yaitu sepasang Tia-kauw, yaitu gaitan yang menyerupai poan-koan-pit, hanya saja senjata ini bisa dipergunakan buat menggaet senjata lawannya.

Dengan menggerakkan sepasang senjatanya tersebut, maka Lengky Lumi bisa memberikan perlawanan kepada tikaman-tikaman pedang Sasana.

Begitu juga halnya dengan Gochin Talu, yang telah mencabut senjatanya, sehingga Yo Him harus melayaninya dengan hati-hati dan waspada sekali, sampai akhirnya Yo Him juga telah mencabut keluar pedangnya, dia bersilat dengan tangkas sekali.

Pertempuran yang terjadi di lembah itu benar-benar sangat kacau sekali.

Swat Tocu yang melihat Yo Ko masih belum berhasil merubuhkan Tiat To Hoat-ong, segera juga melompat sambil ngulur tangannya dengan bermaksud mencengkeram pundak Tiat To Hoat-ong. Swat Tocu bermaksud dengan membantui Yo Ko, dia bisa menyudahi pertempuran tersebut lebih cepat, sehingga mereka berdua dapat menawan Tiat To Hoat-ong, yang bisa dipergunakan buat menggertak anak buah si Koksu Mongolia itu.

Akan tetapi Tiat To Hoat-ong benar-benar sangat licik. Dia memiliki pundak yang licin dan keras seperti belut.

Memang cengkeraman Swat Tocu berhasil mengenai sasarannya, akan tetapi dia tidak berhasil mencengkeramnya, karena jari-jari tangannya telah melejit.

Dalam keadaan seperti ini, Swat Tocu jadi penasaran sekali, dia membisiki Ko Tie, katanya: “Kau saksikan, aku akan menyerang dengan hebat lagi!” sambil berkata begitu, Swat Tocu telah mengerakkan tangannya lagi, dia telah menghantam dari dua jurusan ke punggung Tiat To Hoat-ong.

Sedangkan waktu itu Tiat To Hoat-ong tengah menghadapi serangan Yo Ko, yang datang menyambar dengan hebat.

Tiat To Hoat-ong jadi dikepung dari dua jurusan, membuat Koksu negara itu mengeluh. Jika dia menyambuti serangan Yo Ko dengan kekerasan dia akan menerima hantaman dari Swat Tocu.

Akan tetapi jika memang dia menghindarkan diri dari serangan Swat Tocu, tentu dia akan dihantam oleh gempuran Yo Ko. Karena itu pula, Tiat To Hoat-ong jadi serba salah, benar-benar dia dalam keadaan terdesak sekali.

Diantara berkesiuran angin serangan yang sangat hebat sekali, dan hanya di dalam beberapa detik itu, Tiat To Hoat-ong segera mengambil keputusan yang nekad.

Dengan mengeluarkan suara raungan yang sangat bengis, Tiat To Hoat-ong mempergunakan tangan kirinya menangkis serangan Yo Ko, sedangkan tangan kanannya menyanggah serangan Swat Tocu.

Gerakan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong sebenarnya sangat berbahaya sekali bagi dirinya. Jika memang dia kurang tinggi tenaga dalamnya, dia bisa saja terbinasa tergencet dan tertindih di antara tekanan ke dua tenaga tenaga raksasa yang hebat itu.

Waktu itu dua kekuatan tenaga yang menyerang dirinya, tenaga Yo Ko dan Swat Tocu telah sampai dan saling bentur dengan tangan Tiat To Hoat-ong.

Akan tetapi Tiat To Hoat-ong hanya sebentar saja mempergunakan kekerasan menangkis kekuatan tenaga ke dua lawannya, hanya satu-dua detik belaka. Segera dia segera mengambil sikap lunak, sehingga ke dua macam tenaga itu seperti dapat disalurkan dari tangan kiri ke tangan yang kanan.

Jelasnya tenaga Yo Ko disalurkan ke tangan kanan buat menghadapi gempuran tenaga Swat Tocu, sedangkan tenaga Swat Tocu disalurkan ke tangan kiri untuk menghadapi tenaga Yo Ko. Dengan cara memindah dan meminjam tenaga lawan, Tiat To Hoat-ong berhasil dengan baik.

Memang sesungguhnya Koksu negara tersebut dengan perbuatan nekadnya itu mempertaruhkan jiwanya.

Jika dia gagal memindahkan dua kekuatan tenaga raksasa tersebut, niscaya dia akan terbinasa dengan tubuh yang hancur lebur.

Dalam keadaan seperti ini, segera juga Tiat To Hoat-ong membarengi dengan mengeluarkan bentakan nyaring sekali, tubuhnya telah melompat bergulingan di tanah.

Sedangkan Yo Ko sendiri merasakan tubuhnya tergoncang keras, walaupun tidak sampai merobah kedudukan ke dua kakinya, namun itu membuktikan tenaga yang menerjang kepada dirinya sangat kuat sekali.
DONASI VIA TRAKTEER Bagi para cianpwe yang mau donasi untuk biaya operasional Cerita Silat IndoMandarin dipersilahkan klik tombol hati merah disamping :)

Posting Komentar