79 Kegaduhan Dalam Rapat Kay-pang
Begitu pula halnya dengan Swat
Tocu, yang kaget bukan main. Selain tenaganya sendiri seperti lenyap, dia juga
merasakan sambaran tenaga yang dahsyat sekali.
Swat Tocu telah mengetahui
berapa tinggi dan kuatnya tenaga dalam dari Koksu Mongolia tersebut, dan
sekarang tenaga menangkisnya begitu hebat, sehingga ia jadi bercuriga.
Hanya saja disebabkan memang
dia memiliki lweekang yang sempurna, dia telah berhasil mencegah kuda-kuda
kakinya tergempur.
Cepat sekali Swat Tocu
mengatur pernapasannya. Begitu pula halnya dengan Yo Ko. Mereka berdiam diri
sejenak buat meluruskan pernapasan mereka.
Mempergunakan kesempatan ini
Tiat To Hoat-ong melompat bangun, dia segera bermaksud angkat kaki dari lembah
itu, dia ingin melarikan diri.
Baru saja dia bergerak
beberapa langkah, telah berkelebat sesosok bayangan putih.
Waktu Tiat To Hoat-ong
mementang matanya lebar-lebar, segera terlihat betapa orang yang menghadang di
depannya itu adalah Oey Yong, nyonya Kwee Ceng.
Hati Tiat To Hoat-ong
tercengang dan kecut kaget, karena dia mengetahui siapa adanya Oey Yong dan
berapa tinggi kepandaian yang dimiliki nyonya tersebut.
Oey Yong waktu itu telah
mengejek: “Hemmm, Koksu yang mulia, hendak kemanakah kau? Apakah semua anak
buahmu akan ditinggalkan begitu saja!?”
Halus suara nyonya itu, ramah
sikapnya, akan tetapi sinar mata Oey Yong sangat tajam sekali.
Muka Tiat To Hoat-ong jadi
berobah dan waktu itu dia melihat kesempatan satu-satunya adalah berlaku nekad
menerjang Oey Yong, karena jika dia terlambat dan Yo Ko bersama Swat Tocu
berhasil telah meluruskan pernapasan mereka, tentu ke duanya akan mengejarnya.
Segera juga terlihat betapa
Tiat To Hoat-ong tanpa mengatakan sesuatu apapun juga, telah melompat menerjang
kepada Oey Yong, dia telah menghantam dengan ilmu sobocnya.
Oey Yong memperdengarkan suara
tertawa dia berkelit ke samping dengan salah satu gerakan Tah-kauw-pang-hoat
dari pintu perguruan Kay-pang.
Waktu itu terlihat Tiat To
Hoat-ong tidak mau berhenti sampai di situ saja, karena dia telah menyerang
lebih hebat lagi.
Lima atau enam kali serangan
Tiat To Hoat-ong dielakkan dengan mudah oleh Oey Yong. Dan pada jurus ketujuh,
waktu Tiat To Hoat-ong akan menyerangnya lagi, di saat nyonya Kwee Ceng
tersebut mulai membalas menyerang.
Serangan Oey Yong aneh sekali,
dia seperti dapat melihat Tiat To Hoat-ong, sehingga Koksu negara tersebut
seakan tidak memiliki jalan keluar buat meloloskan diri dari libatan Oey Yong.
Beberapa kali Tiat To Hoat-ong
yang mulai gugup serta bingung telah melancarkan serangan yang dahsyat, namun
Oey Yong selalu dapat memunahkannya dengan mudah, dan nyonya Kwee Ceng itu
membalas dengan totokan-totokan ke dua tangannya.
Akan tetapi Tiat To Hoat-ong
benar-benar licin, hingga selalu saja ia bisa menghindar diri. Dalam keadaan
seperti itu Tiat To Hoat-ong juga telah berpikir keras, karenanya di saat Oey
Yong bermaksud menotoknya lagi, tangan kanan Tiat To Hoat-ong merabah jubahnya,
dia telah mengeluarkan sesuatu dan melemparkan kepada Oey Yong.
Benda itu tidak sampai
mengenai sasaran telah meledak di tengah udara dengan suara ledakan yang
nyaring. Asap bergumpal tebal sekali.
Oey Yong terkejut, dia menduga
pada asap beracun, karena itu dia melompat mundur.
Tiat To Hoat-ong tanpa
mensia-siakan kesempatan itu telah melompat berdiri, tanpa menoleh lagi, dia
telah mementang ke dua kakinya dengan mempergunakan ginkangnya dia berlari
sangat cepat sekali.
Oey Yong yang jadi mendongkol
dan penasaran telah membentak: “Mau kemana kau?”
Sambil membentak begitu, Oey Yong
telah mengerahkan ginkangnya untuk mengejar.
Pertempuran yang berlangsung
di lembah tersebut bertambah kacau.
Kwee Ceng yang memang memiliki
hati mulia dan pengasih, tidak mau turunkan tangan keras. Dia hanya menghantam
pingsan setiap lawannya, tanpa melukai mereka.
Sedangkan Kwee Hu yang pada
dasarnya memang memiliki tabiat yang aseran dan agak telengas (ingat: tangan
kanan Yo Ko ditabas buntung oleh Kwee Hu), telah turun ke gelanggang dengan
menggerakkan pedangnya membinasakan puluhan orang pengemis palsu yang membawa
pedang pendek di pinggang masing-masing. Setiap kali pedang Kwee Hu menyambar
tentu akan meminta korban jiwa.
Loo-boan-tong yang memang
memiliki sifat jenaka, dia telah mempermainkan pengemis-pengemis yang membawa
pedang pendek di pinggang mereka. Baru kemudian setelah puas dia menghajar
pingsan orang tersebut.
Begitulah, pertempuran
tersebut berlangsung dengan kacau balau, sedangkan api yang berkobar tinggi dan
besar di beberapa bagian dari lembah tersebut semakin mengerikan, karena banyak
pohon-pohon yang telah termakan oleh jilatan lidah api tersebut.
Asappun telah memenuhi lembah
tersebut, karena angin berhembus keras sekali.
Disamping itu, hawa panas yang
luar biasa membuat semua orang yang berada di dalam lembah itu merasakan tubuh
mereka seperti di panggang dan juga keringat telah membasahi sekujur tubuh
mereka.
Diantara teriakan dan jerit
kematian, tampak korban-korban telah menggeletak memenuhi sekitar lembah
tersebut.
Yeh-lu Chi juga tidak tinggal
diam. Pangcu Kay-pang ini bersama dengan beberapa orang Tianglo pengemis
tersebut telah melabrak musuh.
Akan tetapi justru ada tiga
orang Tianglo yang telah berbalik menyerang Yeh-lu Chi. Mereka adalah Pheng
Tianglo dengan ke dua kawannya, yang berusaha membokong Yeh-lu Chi.
Di waktu itulah Yeh-lu Chi
baru menyadarinya bahwa ke tiga Tianglo inilah yang merupakan musuh dalam
selimut. Sambil menghadapi mereka bertiga, Yeh-lu Chi berulang kali telah
berteriak, memberitahukan kepada semua kawan-kawannya, maupun orang-orang
Kay-pang, agar mereka berhati-hati terhadap Pheng Tianglo bertiga, yang
tampaknya berhianat.
Dan karena Pheng Tianglo
bertiga telah terbuka kedoknya, mereka segera mengeluarkan aba-aba agar anak
buah mereka berbalik menyerang Kay-pang.
Sekarang keadaan lebih kacau
lagi, karena justru pengemis yang tidak membawa pisau pendek menyerang pengemis
yang sama tidak membawa pedang pendek. Begitu juga terhadap pengemis yang
membawa pedang pendek dengan pengemis yang memihak kepada Yeh-lu Chi, mereka
telah bertempur dengan kacau balau.
Sekarang antara kawan dan
lawan benar-benar sudah sulit dikenalkan lagi, karena sekarang mereka asal
menggerakkan senjata saja.
Oey Yong yang mendengar
teriakan Yeh-lu Chi seperti itu jadi sangat gusar.
“Engko Ceng, ke mari kau!”
teriaknya memanggil Kwee Ceng.
Kwee Ceng waktu itu tengah
menghadapi beberapa orang pengemis yang ingin mengeroyoknya, para pengemis itu
membawa pisau pendek di pinggang masing-masing.
Mendengar panggilan isterinya,
segera juga Kwee Ceng telah mengibaskan ke dua tangannya, maka para pengemis
itu terpental keras sekali, terpelanting bergulingan di tanah dengan keadaan
tidak sadarkan diri.
Cepat dan gesit sekali, Kwee
Ceng menghampiri Oey Yong. Belum lagi dia mendekati isterinya, Oey Yong telah
berseru: “Engko Ceng, kita harus menangkap si gundul keparat itu dulu, baru
kita bicara menghadapi semua orang-orangnya!”
Kwee Ceng yang jujur, percaya
bahwa apa yang dikatakan oleh isterinya, yang memang diketahuinya sangat cerdik
dan pandai mengatur, telah mengiyakan.
Tanpa sungkan-sungkan Kwee
Ceng telah menyerang dengan jurus keenam dari Hang-liong-sip-pat-ciang.
Hebat serangan yang dilakukan
Kwee Ceng.
Tiat To Hoat-ong tengah
kehabisan tenaga dan sekarang justru dia dihantam oleh seorang tokoh rimba
persilatan yang memiliki kepandaian sangat sakti seperti Kwee Ceng, karenanya
dia menjadi gelagapan.
Mati-matian Tiat To Hoat-ong
berusaha menghadapinya dengan ilmu Sobocnya.
Akan tetapi Tiat To Hoat-ong
dalam keadaan letih dan kehabisan tenaga, setelah menghadapi tiga kali serangan
Kwee Ceng, yang lalu menyerang mempergunakan jurus Hang-liong-sip-pat-ciang,
membuat Tiat To Hoat-ong akhirnya terpental keras, sambil memuntahkan darah
segar!
Koksu negara tersebut pun
tidak bisa segera bangun berdiri lagi.
Di waktu itu Oey Yong tidak
tinggal diam, dia telah melompat menyerang kepada ketiak Koksu itu.
Walaupun dalam keadaan terluka
dan pandangan matanya tengah berkunang-kunang, Tiat To Hoat-ong tidak menerima
begitu saja totokan Oey Yong. Dia menyadari dirinya sudah tidak bisa
menghindarkan diri dari totokan tersebut.
Karenanya dia jadi nekad
sekali dan telah menghantam kepada Oey Yong tanpa berusaha menangkis totokan
yang dilakukan nyonya Kwee Ceng tersebut, dengan mempergunakan seluruh sisa
tenaganya.
Oey Yong tertawa mengejek. Dia
mana mau adu jiwa dengan lawannya tersebut. Cepat sekali Oey Yong menarik
pulang totokannya, kemudian dia mengulangi lagi menotok setelah mengelakkan
diri dari serangan Tiat To Hoat-ong.
Kali ini Tiat To Hoat-ong
tidak berdaya mengelakkan diri dari serangan Oey Yong, segera juga jalan darah
Yang-kie-hiat nya kena tertotok. Lemaslah tubuhnya dan punah tenaganya.
Di waktu itu cepat sekali Oey
Yong meminta Kwee Ceng agar menelikung Tiat To Hoat-ong, sedangkan Oey Yong
sendiri telah mengeluarkan sebatang pedang pendek.
“Dengarlah semua.....!” Oey
Yong telah berseru dengan suaranya yang nyaring sekali. “Sesungguhnya, di dalam
hal ini jika memang kalian masih mencintai Koksu kalian, cepat buang senjata
kalian dan berlutut menyerah!”
Sambil mengancam begitu, Oey
Yong telah mengandalkan mata pedang pendeknya di tenggorokan Koksu negara
tersebut.
Walaupun dalam keadaan
tertotok dan tidak berdaya karena tenaganya seperti telah lenyap semuanya, tokh
Tiat To Hoat-ong masih dapat mengetahui dengan baik apa yang terjadi pada
dirinya, karena pikirannya masih terang. Dia jadi gelisah dan bingung, karena
jiwanya sekarang benar-benar terancam.
Sedangkan para pengemis palsu
yang menjadi pengikut Tiat To Hoat-ong telah terkejut dan bingung. Akhirnya
setelah saling pandang satu sama lainnya, mereka melemparkan senjata
masing-masing dan berlutut tanda menyerah.
Oey Yong telah menoleh kepada
semua orang gagah dan kemudian kepada Yeh-lu Chi: “Yeh-lu Pangcu, mintalah
pertolongan kepada semua Ho-han, buat menangkapi semua pengkhianat Kay-pang!”
Yeh-lu Chi menyadari tugas apa
yang harus dilakukannya, segera dia mengiyakan.
Dengan ikut sertanya Yo Ko,
Swat Tocu, Ciu Pek Thong dan para orang gagah lainnya, maka Pheng Tianglo
bertiga, juga para pengikutnya telah berhasil diringkus.
Pengemis-pengemis palsu itupun
telah diringkus oleh pengemis-pengemis Kay-pang. Ternyata, walaupun mereka
berpakaian sebagai pengemis, skan tetapi di dalamnya mereka mengenakan pakaian
alat negara.....!
Segera juga kepanikan dan
kegaduhan di lembah tersebut dapat di atasi.
Waktu itu Kwee Ceng masih
mencekal menelikung Tiat To Hoat-ong, yang dalam keadaan tidak berdaya.
Walaupun dalam keadaan tidak
bertenaga dan tidak berdaya seperti itu, Tiat To Hoat-ong sama sekali tidak
memperlihatkan perasaan gentar waktu para orang-orang gagah mendatangi. Mereka
ditatapnya dengan sorot mata yang bengis sekali.
Lengky Lumi dan Gochin Talu
tidak berani memberikan perlawanan lebih jauh, karena mereka kuatir begitu
mereka melakukan gerakan, mungkin Tiat To Hoat-ong akan segera dibinasakan.
Demikian juga halnya dengan
Cing Pang An dan tokoh-tokoh kerajaan yang lainnya. Semuanya tidak berani
menimbulkan gerakan yang bisa mendatangkan kecurigaan.
Dalam keadaan seperti ini, Yo
Ko telah bertanya kepada Tiat To Hoat-ong, tampak berwibawa sekali.
“Tiat To Hoat-ong, kami sudah
tidak mencampuri urusan pemerintahan, di mana Kaisar Boan itu sekarang
berkuasa, akan tetapi kalian telah datang ke mari menimbulkan korban-korban
yang tidak sedikit jumlahnya, seperti sekarang? Mengapa pihak kerajaan memusuhi
pihak Kay-pang?!”
Tiat To Hoat-ong yang tertotok
jalan darahnya yang membuat tenaganya lenyap, sebenarnya masih bisa bersuara,
sebab Ah-hiat (jalan darah gagu) nya tidak ditotok Oey Yong. Akan tetapi Koksu
negara tersebut terlalu angkuh buat menjawab pertanyaan Yo Ko. Dia hanya
mengawasi mendelik, tidak sepatah perkataan juga yang disahutinya.
Yo Ko yang melihat sikap dari
Tiat Ta Hoat-ong telah tersenyum.
“Lihatlah, bukankah dengan
kedatangan kalian ke mari jelas-jelas kalian mencari kesulitan buat diri kalian
sendiri!” katanya lagi.
“Ciissss! Phuiiii!” Tiat To
Hoat-ong tiba-tiba meludah. “Jika memang kau ingin membunuhku, bunuhlah!”
Yo Ko tersenyum, dan menoleh
kepada Kwee Ceng.
“Kwee Pehhu, tolong kau lepaskan
Koksu ini, agar boanpwe bisa meminta pengajaran yang baik darinya!” kata Yo Ko.
“Dia memiliki keperkasaan yang lumayan, di mana dia tidak memperlihatkan sikap
gentar dan penakut, walaupun telah terjatuh ke dalam tangan kita!
“Keberaniannya seperti ini,
disamping ketabahan yang dimilikinya benar-benar harus dibuat sayang, karena
justru berada pada orang yang tidak tepat, di mana dia seorang manusia yang
jahat dan telengas sekali! Hemmm, lepaskanlah Kwee Pehhu!”
Kwee Ceng menurut, dia
membebaskan Tiat To Hoat-ong, bahkan totokan pada diri Koksu itu juga telah
dibebaskan.
Tiat To Hoat-ong
menggerak-gerakkan tangannya, dia tertawa dingin waktu melancarkan jalan
darahnya itu.
“Hemm, mengapa kalian tidak
berani membunuhku?!!” ejeknya.
Yo Ko tetap membawa sikap yang
tenang dan sabar.
“Kami bukan tidak berani
membunuhmu, Koksu!” sahutnya. “Akan tetapi justru kami menghargai akan
keberanian dan ketabahanmu itu. Nah, jika memang engkau ingin pergi, pergilah!”
Tiat To Hoat-ong tercengang,
sehingga dia memandang Yo Ko dengan mata terpentang lebar-lebar. Kemudian dia
memandang Kwee Ceng dan yang lain-lainnya.
Sampai akhirnya Tiat To
Hoat-ong bertanya ragu-ragu: “Kalian akan membiarkanku pergi!”
Yo Ko mengangguk. “Ya!”
sahutnya sambil tersenyum.
“Kalian tidak akan menyesal!”
Yo Ko hanya menggeleng.
“Hemmm, sesungguhnya inilah
suatu tindakan yang tolol sekali!” kata Tiat To Hoat-ong sambil memperdengarkan
suara tertawa dingin. “Tahukah kalian, dengan membebaskan diriku, tentu di
waktu-waktu mendatang kalian akan berurusan lagi denganku, berarti kerugian
akan berada di pihak kalian!”
Yo Ko sabar sekali, dia hanya
tersenyum.
Akan tetapi Oey Yong, walaupun
telah menjadi nenek, tokh tetap saja tidak dapat menahan diri. Nyonya yang
nakal ini telah menyahuti:
“Hemmm, engkau tidak perlu
sesumbar disini. Jika memang kami ingin mencincang dirimu sekarang, tentu akan
dapat kami lakukan! Setelah Sin-tiauw-tay-hiap membebaskanmu, mengapa kau tidak
cepat-cepat berlutut mengucapkan terima kasih dan cepat-cepat angkat kaki buat
menyembunyikan ekor.”
Mendengar ejekan dari Oey
Yong, muka Tiat To Hoat-ong berobah merah padam karena menahan gusar.
“Hemmm, kau tidak perlu
terlalu memandang rendah seperti itu kepadaku!” katanya dengan suara yang
bengis. “Nah, jika kalian ingin membinasakan diriku, bunuhlah!” Sambil berkata
begitu, Tiat To Hoat-ong membuka jubahnya.
Yo Ko mengulap-ngulapkan
tangannya......!
“Tidak perlu sampai begitu!”
katanya sambil tetap tersenyum. “Pergilah! Akan tetapi ada satu yang ingin
kumohonkan kepada Koksu entah mau menerimanya untuk disampaikan kepada Kaisarmu
itu atau tidak.....?!!”
“Apa pesanmu?” tanya Tiat To
Hoat-ong setelah berdiam diri beberapa saat.
“Yang kuminta justru tidak
banyak dan tidak akan memberatkan. Agar Kaisar kalian tidak memancing untuk
menimbulkan kerusuhan mendatangkan korban jiwa yang tidak sedikit lagi!
Terutama sekali supaya Kaisar kalian memerintah dengan baik! Asal rakyat dapat
hidup senang dan makmur, kami tentu tidak akan berusaha mengganggunya!”
Mendengar perkataan Yo Ko
seperti itu, muka Tiat To Hoat-ong bersinar, akan tetapi dia sengaja
memperdengarkan suara tertawa dingin.
“Hemmm, sekarang pun memang
rakyat telah hidup senang dan makmur di bawah pemerintahan Kaisar kami!”
katanya dengan angkuh sekali.
“Akan tetapi disamping semua
ini, masih banyak yang ditindas, itulah yang membuat kami tidak gembira!”
menyahuti Yo Ko dengan senyum ditahan, sabar sekali.
Tiat To Hoat-ong mengangguk.
“Baik! Baik! Akan kusampaikan
permintaanmu itu kepada Kaisar kami!” kata Koksu tersebut.
Dan tampak Koksu itu telah
memutar tubuhnya, sedangkan Gochin Talu dan Lengky Lumi serta orang-orang Koksu
yang lainnya telah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut.
Waktu itu Tiat To Hoat-ong
melangkah di samping Yo Ko, tiba-tiba dibenaknya timbul serupa pikiran. “Hemmm,
jika si buntung keparat ini dapat kuserang mampus dengan sekali pukulan, tentu
yang lainnya tidak begitu sulit buat dihadapi!”
Karena timbul pikiran semacam
itu, justru Tiat To Hoat-ong memiliki pikiran jahat terhadap Yo Ko.
Kebetulan waktu dia melirik,
Yo Ko tengah menoleh kepada Kwee Ceng seperti ingin mengatakan sesuatu.
Segera Tiat To Hoat-ong
mengempos seluruh kekuatan sinkangnya di telapak tangannya, dia bermaksud
mempergunakan seluruh ilmu dan tenaga Sobocnya untuk ingin menghajar satu kali
dan Yo Ko segera terbinasa.
Apa yang dipikirkannya memang
dibuktikannya.
Dengan kecepatan yang di luar
dugaan, Tiat To Hoat-ong telah menggerakkan tangan kanannya menghantam dada Yo
Ko. Jarak mereka dekat sekali, karena dari itu, serangan Tiat To Hoat-ong
sangat berbahaya.
Walaupun seandainya Yo Ko
memiliki sepasang sayap, tokh tidak mungkin dia akan bisa menghindarkan
serangan dari Koksu negara tersebut. Karenanya, terlihat Yo Ko terancam bahaya
kematian.
Para orang gagah yang
menyaksikan keadaan seperti itu, jadi sangat terkejut. Mereka mengeluarkan
jeritan gusar bercampur kaget.
Tiat To Hoat-ong girang bukan
main, dia yakin bahwa serangannya akan berhasil membinasakan Yo Ko.