80 Kecurangan Pendeta Membawa Ajal
Yo Ko sendiri sangat kaget
menyaksikan lawannya yang licik dan tidak tahu malu telah menyerang secara
membokong seperti itu. Akan tetapi sebagai tokoh sakti yang memiliki kepandaian
telah sempurna, walaupun dia merasakan angin serangan yang begitu panas
menyambar dirinya, tokh Yo Ko tidak jadi gugup.
Dengan gerakan yang sulit
diikuti oleh pandangan mata, tampak Yo Ko telah menggeser sedikit tubuhnya
dimiringkan.
“Breeetttt.....!” ternyata Yo
Ko telah mengambil keputusan yang cepat sekali, hanya di dalam beberapa detik
itu, di mana dia telah mengorbankan lengan baju sebelah kanan yang kosong itu.
Karena dia memutar tubuhnya
sengaja membiarkan lengan bajunya yang sebelah kanan tersebut yang menjadi
sasaran dari serangan Tiat To Hoat-ong, sehingga lengan baju tersebut menjadi
robek putus!
Semua orang mengeluarkan
jeritan kaget, karena mereka menduga Yo Ko telah terserang.
Tiat To Hoat-ong kaget tidak
terkira waktu tenaga serangannya mengenai tempat kosong dan hanya berhasil
merobek lengan baju Yo Ko. Belum lenyap kagetnya itu, justru Yo Ko telah
membarengi menghantam dengan tangan kirinya kepada Koksu tersebut.
Serangan tangan kiri Yo Ko
hebat sekali, jarak mereka pun terlalu dekat, Tiat To Hoat-ong pun belum menarik
pulang tenaga serangannya. Karenanya tidak ampun lagi dadanya tergempur hebat
sekali, sampai seluruh tulang dadanya hancur remuk ke dalam!
Oey Yong yang melihat Yo Ko
terancam keselamatannya, dalam berapa detik itu telah melompat untuk menyerang
Tiat To Hoat-ong. Waktu serangan Oey Yong pada punggung pendeta itu tiba,
justru baru saja Tiat To Hoat-ong terkena gempuran Yo Ko, di mana tulang
dadanya baru saja remuk.
Dan sekarang serangan Oey Yong
tiba, tulang punggung Koksu itu jadi remuk hancur, sehingga jelas, dia sudah
tidak memiliki kesempatan buat menjadi manusia lebih lama lagi.
Dengan mengeluarkan suara
jeritan yang menyayatkan, dan dari mulutnya menggelogok darah yang sangat
banyak sekali, karena jantungnya telah pecah, tubuh Tiat To Hoat-ong telah
terlempar ke depan. Dia rubuh dan tidak bergerak lagi, karena jiwanya telah
melayang!
◄Y►
Gochin Talu dan Lengky Lumi
terkejut menyaksikan apa yang telah dialami oleh Tiat To Hoat-ong.
Akan tetapi di waktu semua
orang tengah kesima memandang peristiwa tersebut, justru tampak Gochin Talu
telah melompat akan menghantam batok kepala Ko Tie yang berada digendongan Swat
Tocu. Maksudnya dia ingin mengambil jiwa itu, karena dia yakin bahwa dirinya
sudah tidak mungkin bisa terelak dari kematian.
Lengky Lumi sendiri tidak
tinggal diam, yang berada di dekatnya Kwee Hu, karenanya dia telah menghantam
dengan ke dua telapak tangannya.
Hebat bukan main cara
menyerang Gochin Talu dan Lengky Lumi.
Akan tetapi Swat Tocu yang
tengah menggendong Ko Tie, mana bisa membiarkan muridnya itu dihantam kepalanya
oleh Gochin Talu.
Karena dari itu, waktu
sambaran angin serangan Gochin Talu telah dekat, dengan gerakan yang sangat
hebat, Swat Tocu memutar tubuhnya, kemudian dia menyambuti serangan Gochin Talu
dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya balas menghantam.
Tubuh Gochin Talu menggigil
hebat, karena seketika dia merasakan dirinya seperti dibungkus es.
Dengan disertai oleh keluhan
perlahan, tubuhnya mengejang kaku dan rubuh menggetetak di tanah tidak bergerak
lagi, sepasang matanya mendelik. Rupanya dia telah terbinasa dengan cara yang
sangat mengenaskan sekali.
Rupanya angin serangan dari
tenaga dingin yang dilontarkan Swat Tocu telah membuat seduruh darah di tubuh
Gochin Talu telah membeku.
Kematian yang dialami oleh
Gochin Talu telah dilihat oleh Lengky Lumi. Dia jadi kaget bukan main, pada
waktu itu dia telah menyerang Kwee Hu.
Bicara soal kepandaian
walaupun Kwee Hu liehay, tokh dia belum setangguh Lengky Lumi.
Karena dari itu, waktu dirinya
diserang hebat seperti itu, telah membuat Kwee Hu jadi terkejut, dia
mengeluarkan seruan kaget dan mempergunakan pedangnya buat menabas tangan
Lengky Lumi.
Akan tetapi Oey Yong yang
melihat puterinya terancam bahaya yang tidak kecil, segera juga membentak
nyaring. Dia telah melompat sambil menghantam dengan tangan kanannya.
Telak sekali telapak tangan
Oey Yong menghantam tulang iga Lengky Lumi. Tulang rusuk itu remuk dan juga
seluruh isi perutnya telah hancur.
Lengky Lumi rubuh, masih
sempat mengeluarkan jerit kematian yang sangat panjang, kemudian terguling
beberapa kali di tanah dan diam tidak bergerak lagi. Jiwanya telah melayang.
Oey Yong menghela napasnya
dalam-dalam.
“Dia mencari mati sendiri!”
menggumam nyonya Kwee Ceng waktu suaminya menegurnya, menyatakan Oey Yong
menurunkan tangan terlalu keras.
Yo Ko juga menghela napas. Dia
telah melihat tokoh-tokoh kerajaan telah terbinasa demikian rupa, karena mereka
ingin berbuat curang.
Cing Pang An yang waktu
melihat peristiwa tersebut, hatinya kebat kebit. Waktu semua orang tidak
memperhatikan dirinya, segera juga diam-diam memutar tubuhnya. Dia bermaksud
akan melarikan diri.
Akan tetapi baru saja beberapa
langkah Cing Pang An berlari, di waktu itu ke dua kakinya digaet sesuatu,
sehingga dia terjerembab dan bergulingan di tanah. Mukanya berlumuran darah,
karena dari hidungnya telah bocor darah segar......
Ternyata yang teliah menggaet
kaki Cing Pang An tidak lain dari Ciu Pek Thong.
Malah cepat sekali Ciu Pek
Thong telah menjambak punggung orang she Cing tersebut. Dia telah membantingnya
lagi ke tanah.
Cing Pang An merasakan matanya
berkunang-kunang dan pusing, dia mengeluh dan dengan tidak mengenal malu dia
sesambatan minta diampuni.
Akan tetapi Yeh-lu Chi yang
telah gusar, karena melihat bahwa orang-orang seperti Cing Pang An lah yang
telah menimbulkan kerusuhan di lembah ini pada rapat besar Kay-pang,
menghampiri dengan penuh kemarahan.
“Hemmmm, jika kami terjatuh di
dalam tangan kalian, belum tentu kalian memiliki belas kasihan terhadap kami!”
sambil berkata begitu, tangan Yeh-lu Chi telah bergerak menghantam batok kepala
Cing Pang An, yang seketika remuk dan ia binasa di waktu itu juga .
Semua orang gagah yang
menyaksikan kini menghela napas, mereka berusaha mencari jalan keluar dari
lembah tersebut dengan menggiring para tawanan mereka, karena mereka bermaksud
menghindarkan jilatan lidah api yang masih tetap berkobar sangat besar sekali.
Bau sangit terbakarnya mayat-mayat manusia tercium memuakkan.
Akhirnya para orang gagah itu
berhasil menemukan jalan keluar disela lamping yang agak curam. Mereka dengan
hati-hati meninggalkan lembah tersebut......
◄Y►
Penutup
Rapat besar Kay-pang tetap
diselenggarakan tiga hari kemudian di lembah tersebut.
Dalam rapat besar tersebut
telah diambil permufakatan dan tekad bersama untuk meneruskan perjuangan mereka
menentang pemerintah penjajah.
Bahkan semua orang gagah yang
berkumpul di dalam kesempatan rapat besar tersebut menyatakan tekad mereka
juga, yang akan membantu Kay-pang, jika saja ada anggota Kay-pang yang
mengalami kesulitan di waktu-waktu mendatang.
Begitulah, rapat besar
Kay-pang telah menghasilkan tiga keputusan.
Keputusan pertama mengadakan
kerja sama yang erat dengan semua para orang-orang gagah di dalam rimba
persilatan yang setia negara, dan ke dua merupakan persetujuan bersama untuk
menghadapi penjajah dengan gigih, walaupun harus menebus dengan jiwa dan raga,
keputusan yang ke tiga menegaskan jika memang ada anggota Kay-pang yang
berkhianat, maka pasti akan dihukum berat sekali.
Begitulah, keputusan tersebut
disiarkan di dalam rimba persilatan, sehingga semua orang-orang gagah di dalam
rimba persilatan menaruh hormat kepada Kay-pang.
Di bawah pimpinan Yeh-lu Chi,
memang Kay-pang mengalami kemajuan yang pesat, terutama sekali memang Kwee Ceng
dan Oey Yong bersedia menyediakan waktu mereka buat membantu Yeh-lu Chi dalam
memimpin Kay-pang. Banyak persoalan besar yang dihadapi Kay-pang diselesaikan
oleh Oey Yong dan Kwee Ceng, ke dua pendekar besar di jaman ini.
Yo Him dan Sasana juga telah
meresmikan hubungan mereka dalam bentuk sebuah perkawinan, atas desakan Yo Ko
dan Siauw Liong Lie.
Hal ini disebabkan Siauw Liong
Lie, maupun Yo Ko, memang ingin cepat-cepat menggendong cucu, itulah sebabnya
mereka mendesak agar Yo Him sngera menikah dengan Sasana. Walaupun gadis itu
keturunan Boan-ciu, tokh dia seorang gadis yang baik.
Begitulah perkawinan Yo Him
dengan Sasana telah dimeriahkan sebuah pesta yang sangat ramai sekali, di mana
hampir seluruh orang gagah dari segala macam golongan telah hadir di dalam
pesta perkawinan tersebut.
Hanya saja yang membuat hati
Sasana sering tidak tenang. Dia bermaksud untuk meninggalkan daratan Tiong-goan
dan hidup di tempat terpencil.
Selama dia masih berada di
daratan Tiong-goan, selalu dia teringat kepada nasib buruk yang dialami
ayahnya, sehingga selalu mendatangkan kesedihan belaka.
Beruntung Yo Him sangat
mencintainya dan pandai sekali buat menghiburnya, karenanya dengan demikian
Sasana dapat dikurangi kedukaannya.
Begitulah hari demi hari telah
berlalu cepat sekali, sedangkan Kaisar Mongolia yang telah berkuasa penuh di
daratan Tiong-goan semakin kuat kedudukannya, sehingga tipislah harapan dari
para orang-orang gagah itu buat mengusir penjajah dari tanah air mereka.
Yo Ko dan Siauw Liong Lie telah
hidup mengasingkan diri di sebuah tempat yang sulit sekali dicari manusia.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui di mana Siauw Liong Lie bersama Yo Ko
menyembunyikan diri maupun mengasingkan diri di hari tua mereka, karena dari
itu, mereka telah hidup sebagai dewa dan dewi belaka.
Yo Him dan Sasana sendiri
tidak mengetahui di mana beradanya ke dua orangtua mereka.
Waktu Yo Ko dan Siauw Liong
Lie akan berpisah dengan Yo Him dan mantu mereka, kedaanya tidak mau
menyebutkan di mana mereka akan menetap.
Itulah sebabnya mengapa Yo Him
sendiri tidak mengetahui di mana ayah dan ibunya berada pada waktu itu, yang
menurut kabar-kabar yang tersiar di dalam dunia Kang-ouw, Yo Ko dan Siauw Liong
Lie telah berhasil menyempurnakan ilmu mereka. Ke duanya telah sempurna dan
akhirnya naik menjadi dewa dan dewi.
Waktu Yo Ko dan Siauw Liong
Lie meminta diri kepada semua orang-orang gagah yang berkumpul di dalam pesta
perkawinan Yo Him dengan Sasana, justru Ciu Pek Thong ngotot ingin ikut bersama
ke dua manusia dewa itu.
Dan akhirnya memang Yo Ko
bersama Siauw Liong Lie meluluskan permintaan Ciu Pek Thong.
Sejak saat itu, tidak pernah
terdengar lagi sepak tcrjang Ciu Pek Thong maupun Yo Ko dan Siauw Liong
Lie......
◄Y►
Yo Him mengajak Sasana untuk
berkelana, banyak yang mereka lakukan, untuk berusaha membangun kembali
kerajaan dan bangsanya yang telah diinjak-injak oleh orang Mongolia, yang kini
menjajah daratan Tiong-goan tersebut.
Disamping itu, Yo Him juga
berhubungan dengan para orang gagah di seluruh daratan Tiong-goan, dalam
mengumpulkan bahan-bahan yang sekiranya dapat dipergunakan untuk menghadapi
penjajah Mongolia.
Akan tetapi keadaan di daratan
Tiong-goan waktu itu sudah mengalami banyak sekali perobahan sejak Kublai Khan,
Kaisar penjajah dari Mongolia tersebut mengeluarkan berbagai peraturan yang
pelaksanaannya mengalami pengawasan yang ketat sekali.
Sejak kematian Tiat To
Hoat-ong, bukan kepalang amarah dan murkanya Kaisar Kublai Khan. Kaisar ini
mengerahkan seluruh bala tentara dan para pahlawannya untuk mengejar
pembunuh-pembunuh Tiat To Hoat-ong.....
Kematian Koksu negara tersebut
telah mendatangkan kegoncangan yang tidak kecil di daratan Tiong-goan, terutama
sekali di kota raja.
Hal ini disebabkan karena
memang Tiat To Hoat-ong orang yang penting dalam kerajaan Mongolia tersebut,
juga sangat dimanjakan oleh Kaisar Kublai Khan. Dan sekarang Koksu yang sangat
disayang oleh Kaisar telah tiada. Karena dari itu bisa dibayangkan betapa murka
dan sakit hatinya Kaisar Kublai Khan terhadap para pembunuh Koksu tersebut.
Perintah yang dikeluarkan oleh
Kublai Khan merupakan perintah yang keras sekali. Dan kekuasaan yang diberikan
kepada para panglimanya yang melakukan pengejaran kepada para pembunuh Tiat To
Hoat-ong diberikan kekuasaan yang penuh.
Sehingga mereka berhak buat
menangkap orang yang dicurigai dan menahannya serta memeriksanya. Jika perlu,
kalau orang yang ditangkap karena dicurigai itu tidak mau bicara, boleh
dibunuh.
Kekuasaan untuk membunuh yang
diberikan oleh Kaisar Kublai Khan ini telah menimbulkan kegoncangan yang tidak
kecil di daratan Tiong-goan, di mana rakyat jadi begitu ketakutan. Sebab bisa
saja jika seorang tentara kerajaan Mongolia merasa tidak senang atau tidak
menyukai seorang penduduk, ia lalu mempergunakan alasan bahwa orang tersebut mencurigakan,
dan ditangkap, kemudian tanpa diperiksa lagi dibunuhnya dengan kejam.
Banyak pembesar tua Mongolia
yang agak arif, telah mengajukan tentangan terhadap perintah Kaisar yang satu
itu, yaitu melakukan pengejaran terhadap para pembunuh Tiat To Hoat-ong. Yang
mereka tentang sekali justru kekuasaan yang diberikan oleh Kaisar terhadap para
panglimanya untuk memiliki hak membunuh dengan bebas tanpa memeriksa dan
mencari bukti-bukti terhadap kesalahan orang yang dicurigai itu.
Akan tetapi Kaisar Kublai Khan
yang telah kehilangan Tiat To Hoat-ong, Koksu yang sangat disayanginya itu,
tidak memperdulikan tanggapan dari para pembesar itu.
Usul mereka yang mengatakan
keberatan dengan adanya perintah dan kekuasaan istimewa yang diberikan kaisar
kepada para panglimanya, telah dibekukan dan sama sekali. Tidak dilayani oleh
Kaisar tersebut.
Yo Him bersama Sasana dan juga
para orang-orang gagah di daratan Tiong-goan yang melihat keadaan seperti itu
yang tengah berlangsung di daratan Tiong-goan, jadi berduka sekali. Kemana
mereka sekali-kali bertemu dengan para tentara Mongolia yang tengah melakukan
keganasan, akan tetapi merekapun tidak bisa selamanya turun tangan buat
membinasakannya.
Terdapat cukup banyak bala
tentara Mongolia yang dikerahkan Kaisar Kublai Khan. Karena dari itu, jika Yo
Him dan Sasana membinasakan satu atau dua orang bala tentara Mongolia yang
tengah melakukan keganasan, tentu di tempat lainnya terdapat bala tentara
lainnya yang tengah melakukan keganasan dan kejahatan juga.
Karenanya hal ini telah
membuat Yo Him dan Sasana merasa bahwa semua itu hanya menimbulkan kedukaan
yang semakin mendalam, jika saja mereka tetap menyaksikan kemelut yang timbul
di daratan Tiong-goan.
Akibat matinya Koksu negara
Mongolia tersebut, entah telah berapa ribu rakyat yang akhirnya menjadi korban,
karena mereka menjadi sasaran dari keganasan bala tentara Mongolia tersebut,
yang dilindungi kekuasaan yang diberikan Kaisar mereka.
Dengan begitu pula, akhirnya
Yo Him memutuskan untuk mengajak Sasana hidup menyepi di sebuah tempat yang
sangat sunyi dan juga jarang sekali didatangi orang.
Semula Sasana keberatan untuk
mengikuti keinginan suaminya tersebut, di mana Sasana mengemukakan bahwa mereka
masih muda usia dan tidak selayaknya mengikuti jejak ke dua orang tua mereka,
Yo Ko dan Siauw Liong Lie yang kini telah hidup menyepi.
Tetapi Yo Him mengatakan, jika
memang mereka masih menyaksikan keganasan-keganasan yang dilakukan oleh para
tentara Mongolia, tentu mereka selalu akan berduka dan merasa sedih menyaksikan
semua itu, di mana rakyat menjadi korban keganasan dari semua tindakan dan
perbuatan para tentara Mongolia itu.
Akhirnya Sasana menyarankan
agar mereka selama beberapa tahun ini tetap berkelana. Walaupun tenaga mereka
tidak seberapa jika dibandingkan dengan jumlah rakyat Tiong-goan yang menderita
atas keganasan dari para tentara Mongolia tersebut, tokh semua tindakan dan
perbuatan mereka mempunyai arti yang sangat penting, di mana mereka bisa
menolong meringankan sebagian dari rakyat yang tengah menderita itu.
Jika memang mereka hidup
mengasingkan diri dan menyepi, berarti mereka lari dari hidup kenyataan,
melepaskan tanggung jawab sebagai orang-orang gagah dan meninggalkan begitu
saja rakyat yang tengah menderita.
Alasan yang dikemukakan oleh
Sasana memang dapat diterima oleh Yo Him, di mana akhirnya Yo Him membatalkan
maksudnya buat menyepi. Dan dia bertekad untuk sebanyak mungkin menolong rakyat
yang tengah dalam keadaan bersengsara dan tertindas oleh keganasan tentara
Mongolia tersebut.
Itulah sebabnya, banyak yang
dilakukan Yo Him dan Sasana. Mereka selalu dengan segera turun tangan membunuh
atau juga menghajar para balatentara Mongolia yang tengah melakukan kejahatan
dan keganasan.
Dan mereka walaupun hanya
berdua, akan tetapi mereka memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali.
Dengan begitu tidak bisa para tentara tersebut melakukan perlawanan.
Akhirnya Yo Him dan Sasana
merupakan momok yang sangat mengerikan di mata para tentara Mongolia. Karena
bagi mereka, jika memang mereka bertemu dengan Yo Him atau Sasana, sama mereka
bertemu dengan malaikat elmaut.
Karena dari itu, jika saja
para tentara Mongolia tersebut mendengar bahwa Yo Him dan Sasana berada di
sekitar tempat mereka berada, para tentara negeri tersebut tidak berani
melakukan keganasan mereka mengganggu penduduk.
Yo Him dan Sasana telah
bertindak bagaikan sepasang manusia sakti yang sangat dihormati oleh semua
orang-orang gagah di daratan Tiong-goan. Walaupun mereka berusia muda belia,
tokh orang-orang gagah dan golongan tua di dalam rimba persilatan, tetap
menghormati mereka dan merasa kagum atas tindakan mereka melaksanakan perbuatan
yang gagah perkasa dengan menolong rakyat yang tengah tertindas.
Tidak jarang juga Yo Him dan
Sasana berkumpul dengan Yeh-lu Chi, pangcu dari Kay-pang, untuk tukar pandangan
dan pikiran, guna menentukan langkah-langkah apa yang perlu mereka ambil.
Terlebih lagi sekarang,
setelah kematian Koksu negara Mongolia tersebut, di mana semua anggota Kay-pang
sangat dibenci dan dimusuhi oleh tentara Mongolia, yang mengetahui bahwa
kematian Koksu mereka terjadi di dalam rapat besar Kay-pang tersebut.
Yeh-lu Chi sendiri telah
beberapa kali mengalami kesulitan dalam menghadapi gangguan bala tentara
kerajaan Mongolia yang berusaha untuk mempersulit Kay-pang.
Sedangkan para pengemis
Kay-pang yang memiliki kepandaian masih rendah, jika melihat serombongan
tentara negeri, tentu akan berusaha mengelak dan menyingkirkan diri. Sebab
mereka menyadarinya tidak mungkin mereka bisa menghadapi para tentara kerajaan
tersebut.
Yo Him sangat murka mendengar
semua cerita Yeh-lu Chi, kebenciannya kepada Kaisar Mongolia jadi semakin
menjadi-jadi. Terlebih lagi dari Yeh-lu Chi didengarnya, betapa Kaisar Mongolia
tegas-tegas telah mengeluarkan perintah, untuk menangkap orang-orang tokoh Kay-pang.
Para pahlawan Kaisar, yang
umumnya memiliki kepandaian sangat tinggi telah dikerahkan untuk penangkapan
tersebut. Walaupun usaha dari Kaisar Mongolia tersebut tidak berhasil, namun
memang terlihat jelas, banyak kerusakan yang dialami oleh Kay-pang.
Juga beberapa tokoh penting
Kay-pang telah tertawan dan mereka dibawa ke kota raja, untuk diadili langsung
oleh Kaisar, yang hendak mengorek keterangan dari mulut mereka.
Yeh-lu Chi yakin bahwa
tokoh-tokoh Kay-pang tersebut tentu akan lebih rela mati dari pada harus
membongkar seluruh rahasia Kay-pang. Karena dari itu, hatinya tidak begitu
gelisah.
Ia hanya berikhtiar untuk
berusaha menolongi tokoh-tokoh Kay-pang yang telah tertawan tersebut.
Yo Him dan Sasana yang
mendengar keterangan seperti itu, menganjurkan kepada Yeh-lu Chi, agar
mengambil tindakan yang lebih berani dan nekad, yaitu menyatroni istana Kaisar,
buat berusaha menolongi tokoh-tokoh Kay-pang yang tertawan itu.
Akan tetapi Yeh-lu Chi telah
menolak saran tersebut dengan ragu. Menurut Yeh-lu Chi justru sekarang-sekarang
ini Kaisar Mongolia tersebut telah menempatkan penjagaan yang sangat ketat
sekali, banyak jago-jago yang memiliki kepandaian hebat telah didatangkan dari
Mongolia.
Karena dari itu, jika memang
mereka menyatroni istana Kaisar Mongolia tersebut dalam saat-saat seperti
sekarang, niscaya sama saja seperti mereka mengantarkan diri dalam jaring.
Yo Him dan Sasana berpikir
memang apa yang dikatakan oleh Yeh-lu Chi beralasan. Hanya saja mereka tetap
tidak rela jika tokoh-tokoh Kay-pang yang tertawan itu tetap berada di bawah
pengawasan dari tentara Mongolia tersebut di mana mereka berada dalam keadaan
yang tidak menggembirakan.
Jelas bahwa tokoh-tokoh
Kay-pang itu merupakan orang-orang gagah yang tidak akan membuka mulut dan keterangan
sepatah perkataanpun juga. Akan tetapi yang pasti mereka juga akan menerima
siksaan yang sangat hebat serta sadis sekali.
Karena itu, Yo Him dan Sasana
tetap bermaksud untuk menolong membebaskan mereka.
Bahkan Yo Him telah memajukan
dirinya bersama Sasana, di mana mereka berdua yang akan pergi ke kota raja
untuk menyelidiki keadaan para tokoh Kay-pang yang telah terjatuh ke dalam
tangan orang-orang Mongolia tersebut.