BAGIAN 06: TANG CUN LIANG TOCU DARI THO HOA TO
SEDANGKAN Oey Yok Su yang baru
berlari beberapa langkah, tahu-tahu lengannya telah dipegang oleh Tocu dari Tho
Hoa To.
„Jangan keras kepala !"
bentak Tocu itu sambil melontarkan Oey Yok Su, sampai anak itu jatuh terbanting
ditanah.
Oey Yok Su merintih kesakitan,
tetapi dia telah merangkak bangun sambil katanya dengan sikap penasaran sekali
: „Engkau jahat sekali...... aku tidak mau ikut dengan kau!"
„Coba kau ulangi sekali
lagi........!" kata Tocu itu dengan sikap dan suara yang dingin.
„Aku...aku tidak mau ikut
bersamamu, manusia jahat !" kata Oey Yok Su.
„Ketepaaakk........!"
muka Oey Yok Su telah ditempiling keras sekali, sampai anak itu merasakan
pipinya sakit sekali dan matanya juga nanar berkunang-kunang.
„Coba ulangi Iagi kata-katamu
itu........" kata Tocu itu dengan sikap yang tetap dingin.
„Manusia tidak tahu malu, tua
bangka menghina anak kecil !" kata Oey Yok Su kalap.
„Siapa yang menghinamu, hah
?" dan sambil bertanya begitu, tangan Tocu itu telah ber-gerak lagi,
disusul suara ketepaaak.... ketepoook..... beberapa kali.
Oey Yok Su menjadi semakin
nekad. Katanya : „Bunuhlah aku, jangan kau menyiksa demikian
macam..........!"
„Bunuh ?........ tidak semudah
itu.......!" sahut Tocu itu,
„Tetapi engkau manusia jahat,
jangan menyiksa aku ikut denganmu........aku Iebih baik mati dari pada harus
ikut denganmu ..........!"
„Apa kau bilang ? Kau Iebih
baik mati dari pada turut denganku ?" tanya Tocu itu heran.
„Ya,
kau.......bunuhlah.......!"
Tocu itu mengeluarkan suara
tertawa mengejek : „Aku sesungguhnya telah berbaik hati ingin rnengambil kau
menjadi kacungku, tetapi kenyataannya engkau seorang anak yang keras kepala.
Baik......! Baik...... ! kalau engkau memang ingin mati, aku akan turuti permintaanmu.........
!"
Oey Yok Su jadi ketakutan juga
melihat sorot mata yang dingin dari tocu itu.
Tocu itu telah melompat dan
tangannya diayunkan, tahu-tahu dia telah menjambak baju Oey Yok Su dan
mengangkat tubuh anak itu keatas udara.
„Katakan sekali lagi bahwa
engkau ingin mati, sekali raja kubanting tubuhmu ini, engkau akan segera mati
!" Tocu itu bilang.
„Ha, jangankan mati dibanting,
mati di bunuh dengan senjata tajam juga engkau tidak bisa menggertak aku atau
memaksa aku........!"
„Kenapa begitu ?" tanya
Tocu itu agak penasaran karena baru sekali ini dia menghadapi seorang anak yang
keras adatnya.
„Aku memang tidak takut mati !
Engkau te!ah menyiksa guruku untuk memotong sendiri lengan kanannya, sekarang
engkau menghina diriku, apakah dirimu seperti itu bisa disebut Hohan....!"
„Hemm......, aku tidak perlu
perkataan Hohan itu, aku lebih baik disebut sebagai manusia sesat kata tocu
itu.
„Kenapa begitu ?" Oey Yok
Su jadi bertanya juga karena dia jadi ingin tahu.
„Karena aku selalu melakukan apa
yang kuinginkan, dan orang yang tidak menuruti perkataanku harus mati "
„Nah, sekarang engkau bunuhlah
aku!'' kata Oey Yok Su yang telah menjadi nekad.
„Heh ?" Tocu dari pulau
Tho Hoa To itu tampaknya terkejut.
„Jadi benar-benar engkau ingin
mati ?".
„Ya, kalau engkau ingin
membunuhku, bunuhlah ! Aku lebih baik mati dari pada ikut denganmu, manusia
jahat !" menyahuti Oey Yok Su.
Melihat sikap dan watak Oey
Yok Su yang keras seperti itu, telah membuat Tocu itu jadi semakin tertarik,
bukannya dia membinasakan anak itu, malah Tocu ini telah tertawa
bergelak-gelak, katanya kemudian : „Seumur hidupku baru kali ini aku bertemu
orang seperti engkau! Justru aku Tang Cun Liang tidak hendak membinasakanmu !
saja engkau menyatakan minta ampun dan maaf, aku akan mengampunimu ?"
„Tidak ! Aku tidak mau I"
teriak Oey Yok Su dengan suara yang nyaring.
„Mengapa tidak mau ?"
„Aku sudah mengatakan,
walaupun engkau membinasakan aku, aku tetap tidak mau mengikut
dirimu........kau jahat sekali.........!"
„Hemm......., jadi benar-benar
engkau tidak mau ikut denganku...?"
„Tidak...!"
„Baik.....! Aku mau lihat
apakah setelah kau ditotok masih mau berkata yang tidak-tidak...!" dan Oey
Yok Su merasakan dadanya sakit ditotok jari tangan Tocu itu.
Seketika Oey Yok Su merasakan
sekujur tubuhnya seperti di jalani dan digigit-gigit semut sehingga menimbulkan
perasaan sakit yang sangat.
Kemudian Tocu itu telah
bertanya : „Apakah sekarang engkau telah merobah pikiranmu?"
„Tidak......!" menyahuti
Oey Yok Su dengan suara keras sambil menahan perasaan sakit pada sekujur
tubuhnya.
„Anak yang bandel dan keras
kepala!" menggumam tecu itu sambil menghela napas.
„Biarpun engkau menyiksa aku
dengan cara apapun juga, aku tidak mau ikut dengan itu ! "
„Mengapa engkau keras kepala
seperti itu ?" tanya Tocu tersebut.
„Karena engkau manusia
jahat........!''.
„Kau mengatakan aku ini
manusia jahat?"
„Ya...!"
„Apakah engkau benar-benar
tidak takut mampus ? Tahukah engkau, orang-orang didalam rimba persilataan jika
melihat diriku, Tang Cun Liang Tocu dari Tho Hoa To, tentu mereka akan
ketakutan terkencing-kencing.........., tetapi engkau anak kucing yang tidak takut
harimau, benar-benar engkau keras kepala! "
Oey Yok Su diam saja sambil
menahan perasaan sakit disekujur tubuhnya.
„Aku akan mendidik kau ilmu
silat yang tinggi, jika memang engkau mau mengikuti aku:..!" kata Tocu she
Tang itu.
„Tidak mau..... !"
„Aku akan mengambil kau
menjadi muridku ! "
„Lebih-lebih lagi aku tidak
mau, memiliki guru seorang manusia jahat !"
„Lalu apa yang kau kehendaki
?" tanya Tocu itu penasaran.
„Aku tidak mau apa-apa, kau
bebaskan aku dari totokanmu dan meminta maaf kepadaku, baru aku tidak benci
kepadamu !"
Mendengar perkataan Oey Yok
Su, Tang Cun Liang jadi tertawa terbahak-bahak.
„Mengampuni dirimu dan meminta
maaf ? " Ha...., ha...., ha....., luar biasa sekali !
Sungguh kluar biasa !".
„Mengapa luar biasa ? "
„Aku didalam rimba persilatan
mungkin merupakan jago yang tidak-terkalahkan oleh siapapun juga, ternyata
diminta untuk memohon maaf kepada seorang anak kecil seperti engkau? Ha....,
ha...., ha....., mana bisa terjadi ? itu mana mungkin terjadi ?"
„Jika engkau tidak mau
membebaskan aku dari totokanmu dan meminta maaf kepadaku, aku tetap akan
membenci dirimu
„Orang-orang banyak yang
bersedia berlutut dihadapanku selama satu bulan untuk meminta menjadi muridku,
tidak seorangpun yang kuterima.....!" Tetapi justru engkau yang kutawari
untuk menjadi muridku, engkau malah bertingkah seperti ini ! Bukankah hal ini
menarik sekali......!" Coba engkau berlutut meminta-minta agar aku mau
menjadi gurumu, tidak nantinya aku terima........ sekarang justru aku semakin tertarik
untuk mengambil kau sebagai muridku...!".
„Aku, tidak sudi menjadi
muridmu !" teriak Oey Yok Su dengaa suara Yang keras.
„Tetapi aku akan memaksa
engkau untuk menjadi muridku !"
„Aku tidak sudi !"
„Tidak sudi juga harus mau
!"
„Siapa yang kesudian menjadi
murid orang jahat seperti engkau ?"
„Tetapi aku juga memang ingin
sekali mengambil kau menjadi muridku. Apa yang terjadi akan kuhadapi...!"
kata Tang Cun Liang.
„Aku tetap tidak sudi,
walaupun engkau membunuhku, tetap aku tidak mau...!"
„Hemm....., enak saja kau
bicara !" kata Tang Cun Liang dengan sengit.
„Engkau benar-benar ingin
mampus ?"
„Ya, kau bunuhlah, aku tidak
takut untuk mati ! Lebih baik aku binasa ditanganmu, dari pada harus ikut
denganmu, menyaksikan perbuatan-perbuatanmu yang bengis dan tidak kenal aturan
! Mengambil murid juga harus disetujui kedua belah pihak, tidak bisa kau
setuju, sedangkan aku dipaksa olehmu...! Mana ada aturan seperti itu ?"
Tocu Tho Hoa To Tang Cun Liang
telah tertawa bergelak-gelak.
„Inilah aneh dan baru pertama
kali aku menghadapi urusan seperti ini ! Mau atau tidak, engkau harus menjadi
muridku !"
Dan Tocu Tho Hoa To telah
melepaskan totokannya dan membiarkan Oey Yok Su inerangkak berdiri.
Anak itu yang telah pulih dari
totokan orang she Tang itu, bermaksud melarikan diri.
Tetapi Tocu Tho Hoa To telah
mengibaskan lengannya, maka disaat itu juga tubuh Oey Yok Su terjungkel jatuh
keras sekali.
Kemudian Oey Yok Su telah
merangkak bangun dan bermaksud melarikan diri lagi.
„Engkau benar-benar anak yang
tidak kenal aturan !" kata Tocu itu.
„Semakin engkau tidak mau
menjadi muridku, semakin keras keinginanku untuk mengambil kau sebagai muridku
! Engkau akari kuajari ilmu-ilmu yang hebat ! Kau lihat saja bekas gurumu itu
saja ketakutan begitu melihat diriku dan dia lebih rela menabas putus lengan
kanannya sendiri !"
„Justru engkau manusia jahat,
dengan mengandalkan kepindaianmu, engkau telah berusaha melakukan kejahatan
tanpa memiliki perikemanusiaan lagi...!"
„Hemm........, mengapa begitu
?"
„Engkau telah menyiksa guruku,
mana bisa aku berterima kasih kepadamu, walaupun engkau menawarkan kepandaian
yang tinggi ? Mungkin aku bersedia menjadi muridmu, tetapi suatu saat justru
aku akan membunuh dirimu...l"
„Kukira tidak semudah itu untuk
membunuh aku !'' kata Tocu itu agak mendongkol.
„Tetapi apa saja bisa terjadi
jika memang telah tiba waktunya.......!"
„ Ha...., ha...., ha.....,
rupanya engkau benar-benar seorang anak yang aneh !"
„Aku tidak aneh, aku justru
benci sekali kepadamu........,.!"
„Mengapa engkau bisa menbenci
aku ?"
„Aku sudah tidak senang
bergaul, dengan engkau sejak aku melihat engkau ini sebagai manusia
kejam.......!"
„Lalu bagaimana caranya, agar
engkau mau menjadi muridku ?"
„Dengan cara apa saja engkau
tidak bisa, memaksa diriku menjadi muridmu ?" kata Oey Yok Su dengan suara
yang keras: „Bukankah teIah kukatakan beberapa kali, biar engkau membunuhku
tidak nanti aku akan menuruti kehendakmu untuk menjadi muridmu......!"
„Hemm......., tetapi aku bisa
memaksa engkau untuk menjadi muridku...!"
„Mana bisa......?"
„Hemm........, aku akan
menotok urat gagumu dan menotok urat tenagamu, sehingga engkau, tidak bisa
bergerak dan tidak bisa ber-suara. Bukankah dengan mudah aku akan membawa
dirimu ?"
„Engkau bisa membawa tubuhku,
menundukkan aku dengan ilmumu, tetapi hatiku tidak berada pada dirimu ! Aku
tetap tidak sudi menjadi muridmu...!"
Habis kesabaran Tocu itu, dia
mengulurkan kakinya untuk menendang beberapa jalan darah ditubuh Oey Yok Su,
sampai anak itu terkulai lemas dan bibirnya kalu tidak bisa bicara......!
Hati Oey Yok Su jadi kaget,
dia mengawasi Tocu itu dengan sorot mata yang tajam mengandung, penasaran.
Sedangkan Tang Cun Liang sudah
mengulurkan tangannya, dia mengempit Oey Yok Su yang dibawa lari dengan cepat
sekali seperti juga Tocu itu tengah terbang, karena cepat sekali larinya.
Oey Yok Su merasakan angin
berseliwiran keras sekali menyampok mukanya, tetapi dia tidak bisa menggerakkan
sepasang tangan dan kakinya, dia kaku tidak bisa bergerak.. untuk bicara juga
tidak bisa, karena bibirnya telah kelu.
„Aku akan membawa kau kepulau
Tho Hoa To........ disana aku akan mendidikmu semoga engkau bisa menjadi murid
yang baik dan berhasil mempelajari semua ilmu2-ku......!" kata Tocu itu
sambil terus berlari.
Tetapi Oey Yok Su tidak bisa
menyahuti, untuk memaki Tocu itu saja bibirnya sudah tidak bisa bergerak.
Setelah berlari-lari sekian
lama, akhirnya mereka tiba ditepi pantai. Disebuah batu karang, tampak terikat
sebuah perahu yang tidak begitu besar.
Tocu itu melemparkah tubuh Oey
Yok Su kedalam perahu itu, sampai tubuh anak itu terbanting keras dan
kesakitan, namun Oey Yok Su tidak bisa mengaduh atau menjerit kesakitan,
bibirnya kelu, tubuhnya juga tetap kaku tidak bisa bergerak.
Tocu dari pulau Tho Hoa To
telah membuka tali yang mengikat perahunya pada batu karang itu, kemudian
barulah dia menggayuh perahunya untuk berlayar meninggalkan pantai tersebut.
Cepat sekali Tocu itu
menggayuh perahunya dan dia telah membuat perahu itu meluncur dengan cepat luar
biasa, karena sambil menggayuh dia telah mengerahkan tenaga dalamnya pada kayu
penggayuh itu.
Oey Yok Su merasakan perahu
itu menerjang air dengan cepat, dia bisa menyaksikan, tetapi tidak bisa berkata
atau menggerakkan tubuhnya.
Setelah berlayar berada
ditengah-tengah laut, Tocu Tho Hoa Toa telah membebas-kan totokan di Ah-hiat
(urat gagu) itu, dia berkata kepada Oey Yok Su : „Apakah engkau tetap tidak
ingin menjadi muridku ?"
„Tidak mau !"
Dan Oey Yok Su hanya bisa
berkata tanpa bisa menggerakkan tubuhnya.
„Jika engkau bandel, aku akan
melemparkan tubuhmu kelautan agar menjadi santapan ikan-ikan hiu......"
mengancam Tocu itu.
Muka Oey Yok Su jadi berobah
pucat, dia memang ngeri jika membayangkan tercebur kedalam taut, dimana dia
tidak bisa berenang, belum lagi ancaman ikan-ikan hiu yang ganas.
„Bagaimana......? kau bersedia
atau tidak menjadi muridku ? Jika engkau setuju, aku akan membebaskan engkau
dari totokan itu !"
Oey Yok Su berdiam diri saja,
hanya matanya memancarkan perasaan tidak puas.
„Baiklah, rupanya engkau
memang keras kepala, nanti setelah tiba dipulau Tho Hoa To engkau baru akan
kubebaskan, dipulau itu tentu engkau tidak bisa melarikan diri........!".
Hati Oey Yok Su, jadi tidak
tenteram.
„Mengapa engkau mendesak aku
terus menerus untuk menjadi muridmu ?
Bukankah masih banyak anak
lelaki lain yang bisa engkau angkat menjadi muridmu...........?"
„Aku setuju engkau yang
menjadi murid tunggalku !" kata Tocu itu dengan suara yang dingin.
Kulihat engkau memiliki tulang
yang baik, adat yang samu denganku, dan juga bakat yang sempurna, sehingga
engkau satu-satunya yang mungkin bisa mewarisi
kepaadaianku..............!"
„Untuk pengangkatan guru. dan
murid harus terjadi karena kedua pihak menyetu juinya, tidak seperti engkau
yang main paksa seperti ini...!" kata. Oey Yok Su.
„Malah jika engkau setuju
menjadi muridku aku justru tidak mau.......tetapi karena engkau bersikeras
tidak, mau menjadi muridku, maka aku justru yang menghendaki engkau menjadi
muridku......... .!"
Oey Yok Su berdiam diri saja.
Tocu Itu telah meletakkan kayu
penggayuhnya, mengeluarkan bungkusan yang agak besar, waktu dibuka, terayata
itulah bungkusan barang makanan.
„Mari kita makan,
dulu...engkau sudah lapar atau belum ?"
„Aku tidak sudi makananmu
!" teriak Oey Yok Su.
„Makanlah olehmu sendiri"
„Apakah engkau tidak lapar
?"
„Walaupun lapar, aku tidak
sudi makan makananmu itu !" kata Oey Yok Su.
„Jadi...engkau lebih rela mati
kelaparan?'' tanya Tang Can Liang.
„Ya, biarlah aku mati
kelaparan, sehingga engkau tidak bisa memaksa aku terus untuk menjadi
muridmu:.....!", menyahuti Oey Yok Su dengan suara tegas.
„Anak yang bandel dan keras
kepala, sungguh hatimu seperti batu! Dalam usia sekecil ini engkau telah
membawa adat yang buruk itu...... !" „Adat buruk atau bukan, tidak
merugikan dirimu ! Asal engkau mau meminta maaf kepadaku, mungkin aku akan
memikirkan lagi apakah aku mau makan barang makananmu itu atau memang tidak
mau....!"
„Anak yang luar biasa !"
menggumam Tang Cun Liang dengan penasaran.
„Apakah engkau mau dibuntungi
kedua tanganmu ?"
„Silahkan engkau menyiksa aku,
tetapi keputusanku tetap tidak akan menjadi murid seorang manusia jahat seperti
engkau...!".
„Tang Cun Liang diam tidak
memperdulikan Oey Yok Su lagi, dia telah mulai bersantap. Wanginya sayur dan
barang makanan kering itu membuat perut Oey Yok Su berkeruyukan, dia melihat
Tocu Tho Hoa To yang bernama Tang.
Cun Liang itu memakan panggang
ayam dengan lezat sekali, sehingga Oey Yok Su memejamkan matanya tidak mau
melihatnya.
Waktu itu Tang Cun Liang
membiarkan perahu mereka bergerak perlahan-lahan dipermainkan ombak laut
tersebut. Setelah puas bersantap, Tocu ini membungkus lagi-sisa makanan-nya,
dia mulai menggayuh pula. Tujuannya adalah pulau Tho Hoa To.
„Sesungguhnya aku telah
bersumpah tidak akan meninggalkan Tho Hoa To, tetapi karena akhir-akhir ini aku
hendak memilih seorang anak yang bisa mewarisi ilmuku, menjadi muridku yang
tunggal, maka terpaksa aku keluar juga dari pulauku-itu.
Justru waktu aku berlabuh
dipantai itu dan menyusuri jalan, aku melihat kalian, guru. dan murid. Aku
telah melihat engkau memang tepat menjadi muridku, walaupun tidak memenuhi
seluruh syarat yang ada, tetapi kuanggap cukup pantas untuk menerima warisan
ilmu kepandaianku. Dan sayang sekali akupun harus mengampuni Kim Ie Seng,
dimana dia hanya kuperintahkan menabas putus lengan kanannya saja, seharusnya
menurut kebiasaanku, Kim ie Seng harus dibinasakan, disaat itu juga, namun
memandang engkau sebagai calon muridku, aku telah mengampuninya dan bersedia
memiberikan kesempatan kepadanya untuk hidup lebih lama didunia ini ........
tetapi ketiga orang Bin San Sam Ciat yang tidak ada hubungannya denganmu, telah
kubinasakan........!"
Oey Su hanya mendengarkan saja
perkataan Tocu dari pulau Tho Hoa To itu tanpa memberikan tanggapan atau reaksi
apa-apa, dia menutup mulut terus.
Sedangkan Tocu pulau Tho Toa
To itu ieIah menoleh kepada Oey Yok Su, dia mengawasi anak itu dalam-dalam,
kemudian katanya: „Engkau telah melihat sendiri betapa Kim le Seng sangat
ketakutan waktu bertemu dengan aku, dia sampai rela mengutungkan lengan
kanannya sendiri dan meninggalkan engkau begitu saja. Orang seperti dia mana
pantas menjadi gurumu ? Bukankah jika engkau menjadi muridnya hanya akan membuang-buang
waktu belaka, membuang waktu tanpa berarti apa-apa?
Berlainan jika engkau menjadi
muridku, engkau akan memperoleh pelajaran dan ilmu yang tinggi sekali, sehingga
kelak engkau bisa memperoleh kesempatan untuk menjadi seorang pendekar besar
yang memiliki kepandaian liehay sekali...! ".„Tetapi justru engkau terlalu
jahat.......!" kata Oey Yok Su akhirnya.
„Didunia ini semua orang harus
memiliki kekuatan sendiri, jika kita selalu bersikap lemah, tentu diri kita
sendiri yang akan disiksa oleh yang kuat. Maka dari itu, aku bermaksud mencari
seorang murid dan kini aku telah melihat anak yang kusetujui adalah engkau,
jika kelak engkau telah mewarisi seluruh kepandaianku dan berhasil
menguasainya, engkau tidak akan mangalami lagi hal-hal yang bisa membuat dirimu
penasaran....diwaktu itu engkau baru akan menyadarinya bahwa yang kuat akan
memegang peranan yang berarti........dan engkau juga akan menyadari betapa
perlunya ilmu silat yang tinggi, selain bisa dipergunakan untuk menjaga
keselamatan diri kita, pun bisa dipergunakan untuk melakukan banyak sekali
perbuatan amal dan kebajikan dengan mengandalkan kepandaian yang akan engkau
miliki........!"
„Tetapi pengangkatan guru dan
murid tidak bisa dilakukan dengan cara paksa seperti sekarang lni...!"
bilang Oey Yok Su.
„Bagaimana engkau bisa menjadi
guruku jika memang engkau memaksa diriku ?
Biarpun engkau mengajari aku
ilmu-ilmu yang luar biasa, namun jika aku tidak bersemangat mempelajarinya,
bukankah akan mengecewakan engkau juga akan hasilnya.
„Itu terserah kepadamu, jika
memang engkau tahu diri,dan mempelajari ilmu-ilmu yang kuwarisi dengan baik,
maka engkau kelak akan memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi jika engkau
bermalas-malasan saja dan tidak begitu mengacuhkan pelajaran yang akan
kuturunkan, kelak jika engkau bertemu dengan seorang jago, engkau akan
dirubuhkan dan dihina, justru dirimu sendiri yang akan rugi.........!"
Oey Yok Su menganggap
perkataan Tocu dari pulau Tho Hoa To itu ada benarnya juga, maka dia telah
bilang : „Baiklah, aku akan ikut bersamamu beberapa saat, jika nanti aku telah
melihat engkau cukup baik, tentu aku bersedia menjadi muridmu..........!"
„Ha...., ha...., ha.....,
engkau ini lucu sekali...bagaimana engkau bisa mengetahui aku ini jahat atau
buruk, sedangkan dipulau Tho Hoa To kelak kita hanya tinggal berdua saja, tidak
ada orang ketiga........!"
„Dimanakah letak pulau Tho Hoa
To itu?" tanya Oey Yok Su kemudian.
„Tidak jauh lagi...!" dan
setelah berkata begitu, Tocu dari pulau Tho Hoa To itu tidak berkata-kata lagi,
dia telah mengayuh dengan mempergunakan sinkangnya (tenaga sakti) yang
dikerahkan kepada kayu pengayuh, sehingga perahunya meluncur cepat sekali
seperti juga terbang.
Saat itu, Oey Yok Su juga jadi
berpikir, betapa gurunya yang bernama Kim Ie Seng, telah berlaku dan bertindak
pengecut sekali, untuk memutuskan lengan kanannya sendiri dan juga telah lari
meninggalkan begitu saja dirinya, tanpa berani sedikitpun memberikan perlawanan
kepada Tang Cun Liang.
„Jika aku terus menjadi
muridnya, bukankah kepandaianku jadi tidak berarti ?
Apakah lebih baik aku bersedia
diangkat menjadi murid oleh orang she Tang ini, sehingga aku dapat mempelajari
ilmu yang sejati dan tidak membuang-buang waktu percuma...?"
Rupanya Tang Can Liang telah
melihat perobahan wajah Oey Yok Su yang jadi lebih lunak dari tadi, tidak
bersikeras seperti semula.
„Bagaimana...... ? Engkau
setuju atau tidak menjadi muridku ?" tanyanya.
„Baiklah.......!"
menyahuti Oey. Su.
„Bebaskan dulu aku dari
totokanmu........!"
Tang Cun Liang tersenyum dan
mengulurkan kakinya, dia menendang pinggul Oey Yok Su, dan anak itu terbebas
dari totokan sehingga bisa menggerakkan tubuhnya.
Oey Yok Su teIah bangkit dan
berlutut.
„Baiklah suhu........ aku
bersedia menjadi muridmu .......suhu: „terimalah pemberian hormatku!" kata
Oey Yok Su kemudian.
Tang Cun Liang tampak jadi
girang bukan main, dia telah bangunkan muridnya itu dari berlutut, dia mengulur
kedua tangannya memegang bahu muridnya.
„Bangunlah muridku, mulai
sekarang engkau resmi menjadi muridku, dan tentu saja tidak akan menerima
hinaan dan perlakuan keras lagi. Tetapi engkau harus benar-benar mempelajari
setiap jurus ilmu silat yang akan kuturunkan kepadamu setiap jurus ilmu silat
itu harus ditekuni dengan baik, sehingga engkau tidak perlu membuang-buang
waktu dengan percuma. Jika engkau meremehkan dan berlatih semau hati saja,
tentu engkau akan mensia-siakan waktumu, kelak engkau akan menyesal sendiri,
karena hasil yang kau peroleh tentu tidak memuaskan........!"
Oey Yok Su mengangguk, dia
mengiyakan perkataan gurunya tersebut.
Begitulah perahu telah
meluncur terus dengan cepat.
Lewat enam hari sampailah
mereka ditepi pantai sebuah pulau.
„Inilah pulau Tho Hoa To.....
Tang Cun Liang memberitahukannya."
Pulau itu cukup besar dan
luas, ditengah-tengah pulau itu dibangun sebuah rumah dinding yang cukup besar.
„Dulu sengaja aku membawa
sepuluh orang tukang untuk membangun rumah ini dan setelah selesai, mereka
semuanya kukirim kembali kedaratan Tionggoan........!" Tang Cun Liang
memberitahukan muridnya.
Oey Yok Su melihat pulau ini
indah dan nyaman sekali, dimana banyak sekali pohon bunga tho yang memenuhi
sebagian dari daratan pulau tersebut.
Oey Yok Su juga menerima
perlakuan yang baik dari gurunya, dimana dia telah menerima pelajaran ilmu
silat sejurus demi sejurus, yang diturunkan oleh gurunya dengan sikap yang
sabar. Ternyata sikap bengis yang pernah diperlihatkan oleh Tang Cun Liang,
tidak pernah dilihatnya lagi selama dia menjadi murid orang she Tang tersebut,
bahkan gurunya ini memperlakukan dia dengan sabar dan manis sekali, memanjakan
dengan penuh kasih sayang.
Cepat sekali Oey Yok Su bisa
menguasai setiap jurus yang diwarisi gurunya padanya.
Tang Cun Liang juga
girang-bukan main melihat kecerdasan muridnya itu.
Yang lebih menggembirakan
hatinya justru muridnya itu seorang yang pendiam, sehingga dengan demikian
memperlihatkan Yok Su adalah seorang yang tidak banyak bicara dan jujur
sehingga dia bisa memecahkan setiap jurus yang diajarkan kepadanya.
Juga disore hari, Oey Yok Su
menerima pelajaran ilmu surat dari gurunya.
Diapun cepat sekali dapat
membaca dan menulis huruf indah.
Ternyata Oey Yok Su memang
memiliki bakat untuk mempelajari ban dan bu (surat dan silat).
Tanpa terasa dalam dua tahun
Oev Yok Su berdiam didalam pulau Tho Hoa To, dia sudah bisa mempelajari
sebagian dari kepandaian Tang Cun Liang.
„Mungkin delapan tahun lagi
engkau baru bisa menguasai semua ilmu silatku" kata Tang Cun Liang suatu
hari memberitahukan kepada muridnya.
---oo0oo---