BAGIAN 09: SAM TONG SINKANG (TENAGA SAKTI TIGA RUANG)
Dia memasuki kamarnya lewat
jendela, tetapi begitu membuka daun jendela, dia melihat Oey Yok Su tengah
duduk ditepi pembaringan, tengah duduk termenung.
„Muridku.....!" panggil
sang guru ini sambil tertawa.
Oey Yok Su terkejut, dia
tersadar dari lamunannya.
„Suhu.......!"
panggilnya.
„Kemana kau pergi Suhu,
membuat tecu jadi bingung......,!"
„Aku bertemu dengan seorang
sahabat, dan kami telah bercakap-cakap sampai lupa waktu.......!"
menjelaskan Tang Cun Liang.
„Mengapa engkau tidak tidur
saja...?"
„Tadi malam telah datang
seseorang, yang ingin bertemu dengan suhu...!" kata Oey Yok Su.
„Siapa ?"
„Katanya dia bergelar Ang See
Kiam dan be rnama Tu Li Sing...!" menjelaskan Oey Yok Stt.
„Apa ?" tanya sang guru
terke jut. ,
„Apakah dia sahabat suhu
?" tanya Oey Yok Su lagi.
Sang guru menggelengkan
kepalanya, dia telah menyahuti : „Bukan...dialah seorang tokoh persilatan yang
memiliki ilmu pedang sangat hebat...!
Aneh, ada urusan apa dia
mencari aku...!" dan kemudian Tang Cun Liang menoleh kepada muridnya, dia
bertanya lagi : „Apakah dia meninggalkan pesan ?"
Murid i'tu menggeleng.
„Apakah dia menyatakan ingin
datang lagi ?" tanya guru itu pula.
„Dia hanya meminta agar aku
menyampaikan kepada suhu perihal kedatangannya itu", menyahuti Oey Yok Su.
„Hemm......., jika demikian
biarlah dia datang lagi nanti.......!" kata Tang Cun Liang sambil
tersenyum, padahal hatinya tengah heran dan berpikir, keras, dia tidak mengerti
tokoh sakti seperti.
Ang See Kiam Tu Li Sing bisa
mencarinya ditempat ini, dan mengetahui kedatangannya.
„Sekarang kau tidurlah,
semalam tentu engkau kurang tidur...!"
Murid itu mengangguk. Dia
telah tidur
Sedangkan Tang Cun Liang duduk
barsemadhi, dia mengatur pernapasannya.
Dalam sekejap mata,
kesegarannya telah pulih kembali.
Ketika matahari telah naik
tinggi, Tang Cun Liang pergi berbelanja kebutuhan yang akan dibawa kepulaunya.
Sebetulnya sore itu Tang Cun
Liang bermaksud berangkat kembali kepulaunya.
Tetapi karena adanya peristiwa
dirinya dicari Ang See kiam, membuat dia jadi membatalkan maksudnya itu, dan
bermalam dirumah penginapan ini lagi.
Begitulah, mereka telah
bermalam dua malam lagi dirumah penginapan tersehut.
Tetapi, Ang See Kiam Tu Li
Sing tidak juga muncul.
Maka sore itu, Tang Cun Liang
memutuskan untuk kembali kepulaunya.
Oey Yok Su, sang murid, juga
telah diperintahkannya untuk bersiap-siap.
Tetapi waktu guru dan murid
ini bersiap-siap akan berangkat, justru pintu kamar mereka diketuk seseorang.
„Siapa ?" tanya Tang Cun
Liang sambil berhenti mengikat barang yang akan dibawanya., dia menduga pelayan
rumah penginapan tersebut:
„Aku-ingin bertemu dengan Tocu
sakti dari Tho Hoa To, apakah pintu kamarnya tidak menerima kunjunganku ?"
dari luar terdengar suara orang menyahuti, disertai suara tertawanya.
Tang Cun Liang mengerutkan
alisnya, dia menduga-duga entah siapa orang itu.
Tetapi Oey Yok Su telah
mengenali suara orang itu.
„Dialah Ang See Kiam Tu Li
Sing, suhu..." dia memberitahukan kepada gurunya.
Tang Cun Liang cepat-cepat
membuka pintu kamarnya.
Diluar kamarnya berdiri
seorang lelaki pendek gemuk yang tengah tertawa lebar.
„Akhh, kiranya engkau, situa
she Tu .... .. !" berseru Tang Cun Liang girang.
Sedangkan orang itu, yang
memang tidak lain dari Ang See Kiam Tu Li Sing, telah tertawa lebar, sambil
katanya : „Benar, apakah kedatanganku ini membuat engkau jengkel saudara Tang
?"
Tang Cun Liang mempersilahkan
tamunya itu masuk kedalam kamarnya.
„Muridku menceritakan malam
yang lalu engkau mengunjungiku, benarkah itu ?" tanya Tang Cun Liang lagi,
setelah mereka saling mengambil tempat ciuuuk.
„Benar.......muridmu luar
biasa, memiliki bakat yang baik, engkau beruntung sekali, tua bangka she Tang
!"
„Hemmm......, mengapa engkau
mengetahui kunjunganku dikota ini ?" tanya Tang Cun Liang lagi, dia
bertanya sambil mengawasi Ang See Kiam, karena dia ingin mengetahui apa yang
akan dikatakan oleh orang she Tu itu.
„Siapa yang tidak mengetahui
Tocu Tho Hoa To?
Tentu saja, begitu engkau
sampai disini, semua orang rimba persilatan juga akan mengetahuinya, bahwa
dikota ini telah berkunjung seorang sakti yang memiliki kepandaian luar
biasa.......! ".
„Akh, engkau hanya menyindir
saja.......!" kata Tang Cun Liang.
Oey Yok Su saat, itu telah
ikut berkata : „Suhu, waktu itu Tu Pehpeh (paman Tu) telah mengatakan, setengah
sahabat, setengah bukan....... apakah maksudnya itu.?"
Sang guru tertawa.
„Kami memang
bersahabat.......Tu Pehpeh itu merupakan sahabat lamaku......Nah, sekarang
engkau harus memberi hormat kepadanya.......!"
Oey Yok Su menurut, dia telah
berlutut sambil memanggutkan kepalanya tiga kali, dan dia juga memanggil
"Tu Pehpeh, tecu Oey Yok Su menghunjuk hormat........!"
„Bagus......! Bagus.....!
Berdirilah bocah manis......," kata Tu Li Sing, „Malam itu aku telah
mengujinya, dan membuat dia dua kali jungkir balik. Apakah engkau situa bangka
she Tang tidak marah kepadaku ?"
Tang Cun Liang tertawa lebar,
katanya : „Engkau tentunya ingin menguji muridku itu untuk mengetahui apakah
anak ini memang patut menjadi muridku.......mengapa aku harus marah ?"
Ang See Kiam juga tertawa, dia
berkata : „Lima tahun yang lalu kita pernah mengadu kepandaian, dan kini
kepandaianmu situa bangka she Tang pasti telah bertambah liehay saja, dengan
beberapa jurus aku tentu akan berhasil engkau rubuhkah........!"
„Engkau bicara putar balik,
justru engkau ingin mengartikan bahwa akulah yang akan engkau rubuhkan dalam
beberapa jurus saja, karena kini engkau telah berhasil melatih diri dengan ilmu
yang liehay........!
Dasar tua bangka she Tu yang
mulutnya tajam......!" dan setelah berkata demikian, Tang Cun Liang
mengiringi tertawanya Ang See Kiam.
Waktu itu Ang See Kiam Tu Li
Sing telah berkata dengan suara yang gembira :
„Apakah selama ini engkau
telah berhasil menciptakan ilmu pula !"
Tang Cun Liang menggeleng,
tiba-tiba wajahnya berobah menjadi murung.
„Saudara Tu", katanya
kemudian.
„Kukira, kita akan bertemu
dalam waktu-waktu yang singkat sekali, sebab aku telah merasakan bahwa aku akan
dapat hidup didunia ini tidak lama
„Hemm......., engkau terlalu
memiliki perasaan yang tidak-tidak........seharusnya engkau tidak memiliki
pikiran serupa itu, dan memang dalam hal usia kita tidak ada yang bisa
memastikannya...!".
Maksud Ang See Kiam memang
untuk menghibur sahabatnya ini, tetapi wajah Tang Cun Liang telah berobah kian
murung.
„Empat tahun yang lalu aku
telah berhasil menciptakan serupa ilmu, ternyata aku tersesat, sehingga
sekarang sudah terlanjur........kesesatan itu tidak bisa kubuang
lagi........!" waktu berkata begitu Tang Cun Liang memperlihatkan sikap
yang murung.
„Tetapi.........apakah engkau
tidak cepat-cepat memurnikan dan meluruskan latihanmu ?" tanya Ang See
Kiam terkejut.
Tang Cun Liang menggeleng.
„Justru disebabkan latihan
yang salah itu, yang aku sadari setelah terlanjur, maka akhirnya aku mengambil
keputusan untuk mengambil seorang murid untuk dapat mewarisi seluruh
kepandaianku........!
Kukira, paling lama aku bisa
bertahan untuk hidup terus selama sepuluh tahun lagi.........!".
„Saudara Tang, engkau tidak
perlu berpikir terlalu jauh seperti itu, karena mulai sekarang engkau bisa
melatih diri pula, untuk meluruskan latihanmu yang sudah terlanjur agak
tersesat itu ............!"
„Sudah terlambat.. .!"
„Mengapa terlambat ?"
„Aku bisa meluruskan kembali
latihanku, tetapi aku.harus mengorbankan kedua kakiku, yang harus menjadi
lumpuh karenanya.........!"
„Mengapa begitu ?"
„Karena jika aku memusatkan
seluruh sin-kangku, untuk berusaha meluruskan dan melatih ilmu sejati pula,
berarti seluruh sinkang yang terpengaruh hawa sesat itu akan berkumpul diujung
kakiku, dan kedua kakiku itu tidak akan tertolong lagi dan akan menjadi
lumpuh........."
„Hemm.........., tetapi itu
belum pasti..........!" membantah Ang See Kiam.
Tang CunLiang tertawa tawar.
„Kukira aku lebih mengetahui
jelas segalanya, karena menyangkut diriku, saudara Tu!" kata Tang Cun
Liang.
„Dan juga, tahukah engkau ilmu
apa yang telah kulatih ?"
„Coba kau jelaskan '' tanya Tu
Li Sing dengan tertarik.
„Aku jutstru telah melatih
ilmu Sam Tong Sinkang (Tenaga Sakti Tiga Ruang)........!" menyahuti Tang
Cun Liang.
„Apa...........?"
tampaknya Tu Li Sing jadi terkejut sekali.
„Aku justru telah melatih ilmu
mujijat itu.
jika aku tidak melakukan
kesalahan dalam melatihnya, memang aku akan berhasil memiliki sinkang yang luar
biasa!
Hanya sayangnya, justru pada
bagian pemberitahuan cara-cara melatihnya, telah lenyap beberapa lembar,
sehingga aku melatih sendiri.
Lebih celakanya lagi, justru
disaat aku telah melatih habis semuanya, baru aku menyadari bahwa aku telah
melakukan kesalahan dan sinkang hebat itu yang kulatih telah menjadi
tersesat...........!"
Ang See Kiam menghela napas
dalam-dalam, untuk sementara waktu dia tidak mengatakan apa-apa.
Sedangkan Oey Yok Su yang
tidak mengerti urusan yang tengah dibicarakan guru dan orang she Tu itu, dia
hanya berdiam diri mendengarkan saja.
Waktu itu Tang Cun Liang telah
menghela napas lagi sambil katanya dengan suara yang mengandung kedukaan:
„Sayang.........memang harus dibuat sayang......... justru kepandaian yang
begitu hebat, harus dibawa sampai keliang kubur, karena tidak mungkin aku
menurunkan ilmu sesat itu kepada muridku.........!"
Ang See Kiam telah bertanya
dengan memperlihatkan sikap yang bersungguh-sungguh
„Apakah engkau tidak bisa
mencari kesalahan yang telah engkau lakukan, maksudku sebab musababnya,
sehingga engkau bisa mengetahui dengan cara bagaimana melatihnya kembali untuk
meluruskan latihan2 itu."
„Tidak mungkin .....!",
kata Tang Cun Liang sambil menggelengkan kepalanya.
„Tidak mungkin
lagi.........aku memang telah dipengaruhi hawa sesat itu....... memang
menyedihkan.....!
Tetapi tahukah engkau, bahwa
kini hatiku agak terhibur........."
„Ya ?"
„Karena sekarang aku telah
memiliki seorang murid yang baik sekali, yang memiliki bakat sempurna seperti
Su-jie, jika memang dia bersungguh-sungguh mempelajari seluruh pelajaran yang
akan kuberikan, tentu dia akan menjadi seorang pendekar yang
gagah........hatiku puas, diapun sangat cerdas sekali............!"
Oey Yok Su menunduk malu
mendengar pujian gurunya.
Sedangkan Ang See Kiam telah
mengangguk-angguk beberapa kali.
„Jika memang engkau
mendidiknya dengan baik, tentu anak itu akah menjadi bintangnya rimba
persilatan...........!" kata Ang See Kiam.
Dengan demikian, suasana
percakapan itu jadi murung sejenak, karena Ang See Kiam juga menyadari kedukaan
yang mencekam hati." sahabatnya, yang telah terlanjur melatih salah ilmu
tenaga dalamnya.
Tetapi tidak lama kemudian
Tang Can Liang tertawa gembira lagi, dia telah berkata dengan suara yang riang
: „Sudahlah, untuk apa hal itu dipikirkan lagi ?" katanya.
„Bukankah aku masih sempat
sedikitnya hidup sepuluh tahun lagi.......,?
Hanya sayangnya, jika aku
telah mendahuluimu berpulang, engkau tidak ada orang yang bisa diajak berlatih
diri...........!"
Ang See Kiam juga
menganggukkan kepalanya, kemudian katanya : „Justru kedatanganku kemari
sebetutnya ingin mengundangmu berkunjung ketempatku beberapa hari, dan waktu
yang singkat itu bisa kita pergunakan untuk mengukur ilmu.......sayang sekali
tampaknya engkau tidak berselera.......!"
Tang Can Liang menghela napas,
namun kemudian dia tertawa lagi, dia bilang mulai hari ini aku memang sudah
tidak memiliki selera lagi untuk menjadi jago didalam rimba persilatan, aku
akan hidup tenang di Tho Hoa To selama tahun-tahun terakhir dari hidupku ini
bersama murid tunggalku itu.
Engkau jangan menyesal, orang
she Tu, jika memang kelak aku berhasil memulihkan latihan sesat itu menjadi
lurus kembali, siapa tahu kita bisa berjumpa lagi, walaupun telah lewat sepuluh
tahun ?"
Tu Li Sing mengangguk,
kemudian dia telah bilang : „Baiklah, kalau memang demikian, aku minta diri
saja dulu.......aku mendoakan semoga saja engkau berhasil untuk memulihkan
semangat dan sinkangmu menjadi lurus kembali dan kau berhasil melatih muridmu
itu..........!" dan setelah berkata begitu, Tu Li Sing bangun berdiri dan
memutar tubuhnya untuk berlalu.
---oo0oo---
TETAPI waktu Tu Li Sing
melangkah sampai dipintu, Tang Cun Liang telah mengulurkan tangannya, dia
menepuk bahu sahabatnya itu.
Sebagai seorang jago yang
memiliki kepandaian tinggi sekali, Ang See Kiam tentu saja mengetahui
menyambarnya angin serangan itu, dengan gerakan yang tidak disadarinya, bahunya
telah miring turun sendirinya, mengelakkan serangan tersebut.
Tetapi justru Tang Cun Liang
telah menepuk dengan tepukan yang disertai tenaga lwekang yang bersifat lunak,
yaitu Im, dia menyerang dengan tepukan yang menurun miring, maka biarpun bahu
Ang See Kiam telah miring menenurun kebawah, tokh tangan Tang Cun Liang telah
menyambar terus akan menepuknya pula.
Ang See Kiam terkejut, dia
cepat-cepat menyingkir dengan melompat kesamping, tangan kanannya dikibaskan
untuk menangkis serangan itu.
Namun waktu tangan mereka akan
saling bentrok, Tang Cun Liang telah menarik pulang tangannya dan orang she
Tang ini tertawa lebar.
„Kepandaianmu tetap hebat
seperti dulu, tua bangka she Tu !" serunya diantara tertawanya itu.
Ang See Kiam juga tertawa, dia
berkata dengan suara bergurau :
„Kau mengejutkan
aku.........semula aku duga, engkau ingin main-main denganku
disini............!"
„Justru aku memiliki
permintaan kepadamu yang ingin aku mohon agar engkau bisa membantu
aku.........!" kata Tang Cun Liang.
Ang See Kiam jadi terkejut.
„Katakanlah, permintaan apa
yang kau inginkan dariku..........?" tanyanya sambil memandang Tang Cun
Liang dengan sorot mala yang tajam.
„Aku ingin meminta kepadamu,
agar kelak jika aku telah berpulang lebih dulu, maka sering-seringlah engkau
perhatikan muridku, bimbingan berharga darimu sangat diperlukan
sekali...........tentu arwahku akan puas sekali jika kelak engkau bisa memenuhi
permintaanku itu !"
Tu Li Sing tertawa lebar.
„Kukira permintaan untuk
nyebur kedalam kobaran api !" katanya bergurau.
„Baiklah, permintaanmu itu
akan kuperhatikan. Mudah-mudahan saja umurku juga masih bisa panjaung terus,
siapa tau justru dalam satu dua-tahun ini, akulah yang lebih dulu mcnghadap
Giam Lo Ong untuk meminta diadili olehnya ?"
Kedua tokoh sakti rimba
persilatan itu telah tertawa gelak-gelak.
Sedangkan Tang Cun Liang
mengantar tamunya sampai dipintu kamarnya, dan Tu Li Sing sendiri dengan
menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali mencelat keatas genting, dan dalam
waktu sekejap mata dia telah menghilang dikejauhan.
Setelah Tu Li Sing berlalu,
Tang Cun Liang mengajak Oey Yok Su meninggalkan penginapan untuk kembali
keperahu mereka. Cukup banyak barang yang telah dibeli mereka untuk, dibawa
kepulau.
Sepanjang perjalanan pulang
kepulau mereka, Tang Cun Liang banyak menceritakan perihal pergolakan dan
keadaan rimba persilatan, dimana banyak sekali tokoh-tokoh rimba persilatan
yang memiliki tabiat aneh dan kepandaian yang tinggi sekali.
Oey Yok Su begitu tertarik
mendengar cerita gurunya, ia mendengari terus sambil mengayuh perlahan-lahan,
sehingga perahu mereka berlayar dengan perlahan, dan saat -itu memang cuaca
baik sekali, laut jarang sekali dilanda gelombang yang besar.
GAMBAR 04
Sepanjang perjalanan pulang
kepulau mereka,
Tang Cun Liang banyak
menceritakan perihal
pergolakan dan keadaan rimba
persilatan.
Tang Cun Liang sendiri sengaja
menceritakan seluruh keadaan Rimba Persilatan, karena ia menghendaki agar
muridnya ini memiliki pengetahuan yang Iuas, dan mengenal lebih mendalam
tentang kehidupan tokoh-tokoh silat yang ada pada massa itu. Disamping itu juga
Tang Cun Liang telah memberikan petunjuk-petunjuknya, tentang kepandaain
aneh-aneh yang dimiliki oleh beberapa orang Rimba Persilatan. Tidak jarang Tang
Cun Liang memberikan contohnya, sehingga Oey Yok Su bisa menangkapnya dengan
cepat petunjuk-petunjuk yang diberikan gurunya. Hal itu bukan berarti Oey Yok
Su akan mem-pelajari gerakan-gerakan ilmu silat dari tokoh-tokoh rimba
persilatan yang diceritakan oleh gurunya, hanyalah ia bermaksud untuk
mengetahuinya agar nanti dengan mudah bisa mencarikan jalan untuk mempelajari
ilmu yang tinggi guna menghadapinya.
Memang Oey Yok Su juga
menyadarinya, setelah lebih dua tahun ia berguru pada gurunya tersebut,
ternyata ia mulai senang mempelajari ilmu silat. Dan akhirnya Oey Yok Su jadi
keranjingan. Sebagai seorang yang telah keranjingan ilmu silat, iapun tidak
melupakan latihan-latihan yang berat namun menyenangkan. Tidak mengherankan
jika Oey Yok Su bisa memperoleh kepandaian yang tinggi dalam waktu yang
singkat.
Setelah guru dan murid tiba
dipulau Tho Hoa To, Oey Yok Su melatih diri lebih giat lagi.
Setiap petunjuk gurunya
diperhatikan dengan baik.
Semakin bertambah usianya,
semakin cerdas pula anak ini.
Bahkan Oey Yok Su mulai bisa
melihat kenyataan hidup, seorang yang lemah dan tidak memiliki kepandaian apa,
apa, tentu akan celakalah dia.
Dan inilah yang telah membuat
Oey Yok Su jadi melatih diri dengan giat.
Tidak percuma dan sia-sia Tang
Cun Liang mengambil Oey Yok Su men jadi muridnya, karena pilihannya memang
tidak meleset, dimana selain Oey Yok Su sangat cerdas, iapun merupakan seorang
anak yang memiliki bakat sangat terpuji untuk, mempelajari ilmu silat. Maka,
dalam waktu tiga tahun, Yok Su telah memiliki kepandaian yang tinggi.
Begitulah, setiap hari Oey Yok
Su telah menerima pelajaran ilmu silat dari gurunya. ilmu kelas wahid tentunya.
Dan semua itu bisa dipelajari oleh Oey Yok Su dengan baik.
Waktu Oey Yok Su berusia tujuh
belas tahun, ja merupakan seorang pemuda yang tampan, selalu rapih, pendiam dan
bersikap sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu urusan. Yang terpenting justru
Oey Yok Su kini telah memiliki kepandaaan tinggi sekali, kepandaian yang diperoleh
dari gurunya. Seluruh kepandainn dan ilmu silat Tang Cun Liang telah diwariskan
kepadanya, dan yang kurang buat Oey Yok Su hanyalah pengalaman belaka. Tetapi
walaupun kurang pengalaman, tokh tidak sembarangan orang yang bisa
merubuhkannya, karena Oey Yuk Su selain memiliki kepandaian yang tinggi, juga
ilmunya itu merupakan ilmu silat yang luar biasa hasil ciptaan Tang Cun Liang,
yang sebelumnya memang sangat terkenal sebagai salah seorang tokoh sakti rimba
persiiatan.
Yang membuat Tang Cun Liang lebih
kagum dan girang, justru Oey Yok Su kini telah dapat pula menguasai ilmu surat.
Setiap sajak sajak kuno yang sulit-sulit telah berhasil dikuasainya dengan
baik, begitu pula pengetahuan kesasteraannya, telah menakjubkan sang guru,
karena Oey Yok Su bisa menghafal sebuah sajak yang sulit hanya dengan sekali
membaca, untuk selanjutnya tidak satu hurufpun-akan terlupa lagi.
Disamping semua itu, Oey Yok
Su juga telah mempelajari ilmu perbintangan dari gurunya. Tetapi khusus untuk
ilmu ini Oey Yok Su tidak begitu banyak berhasil mempelajarinya, karena Tang
Cun Liang sendiri kurang begitu menguasai ilmu tersebut.
Namun Oey Yok Su telah
bertekad, bahwa ia kelak akan berusaha mempelajari ilmu perbintangan dengan
baik sampai ia bisa menguasai seluruhnya.
Begitulah, Oey Yok Su setiap
hari menghabiskan waktunya untuk melatih diri.
Gurunya sering menyatakan,
dalam satu atau dua tahun lagi Oey Yok Su akan menjadi seorang pendekar muda
yang sulit dicari tandingannya.
Memang Tang Cun Liang juga
sering menyatakan kepada Oey Yok Su, jika muridnya ini berhadapan dengan jago
tua yang merupakan tokoh persilatan, mungkin muridnya belum bisa menandingi,
tetapi setidaknya Oey Yok Su tentu bisa mempergunakan kepandaiannya untuk
menjaga keselamatan dirinya.
Kata-kata gurunya itu membuat
Oey Yok Su jadi tambah giat melatih diri, sehingga ia sering lupa makan dan
tidur.
Tidak jarang Tang Cun Liang
ditengah malam buta rata mendengar angin berkesiuran keras diluar kamarnya, dan
waktu Tang Cun Liang keluar, ia menyaksikan muridnya tengah, asyik melatih diri
dengan ilmu-ilmu pukulannya. Angin sinkang yang keluar dari kepalan tangan
muridnya itu berkesiuran keras sekali. Diam-diam sang guru jadi tersenyum
girang, karena ia mengetahui bahwa muridnya kini memiliki kemauan yang keras untuk
memiliki kepandaian yang tinggi sekali..
---oo0oo---